Kembalinya Klan Peri Klan Uzumaki
Naruto © Masashi Kishimoto
The Lord of The Rings © J.R.R Tolkien
Warning: Sequel from ‘HEART’. Setting
Canon. Semi-Crossover with The Lord of The Rings. Romance/Adventure. A
bit Fantasy. OOC
PAIRING: Naru/Saku, Mina/Kushi, Sasu/Hina,
Shika/Ino, Kaka/Kure
Hallooo,
akhirnya bisa update agak cepet ^^v. Ini juga nulisnya dadakan, maaf kalau
berantakan wkwk. Btw, novel baruku udah terbit nih. Judulnya Fall For
Fangirl terbitan Grasindo, ditulis barengan sama Daisy Ann
atau yang biasa dikenal Masahiro ‘Night’ Seiran. Sudah tersedia di toko
buku terdekat ya #PromosiModeOn.
Oke
deh, happy reading!
.
.
Namun, Shikamaru tiba-tiba merasa
dunianya berhenti. Ia menyadari Ino yang bersusah-payah melindungi diri dari
serangan bertubi-tubi para mayat hidup itu. Salah satu dari mayat hidupnya
menyerang dari belakang. Ia lantas tahu apa yang harus dilakukannya.
Shikamaru mendorong Ino dengan
cepat. Sementara tubuhnya ditembus oleh salah satu mayat hidup itu.
Hati Ino hancur berkeping-keping
melihatnya. Teriakannya lantas membumbung tinggi ke udara. “SHIKAMARU!”
.
Menuju Kehancuran II
.
.
Bagi
Ino ini adalah mimpi buruk di sepanjang hidupnya. Ia memperhatikan Shikamaru
yang berubah wujud menjadi mayat hidup dan mengejar mangsanya ke sana kemari. Pipinya
sudah basah dengan air mata. Ia sampai tidak menyadari masih berada di
tengah-tengah musuh yang melakukan penyerangan.
Makin
banyak pihak Konoha yang berjatuhan. Mereka yang bejatuhan pun bangkit kembali
sebagai mayat hidup dan melakukan penyerangan bertubi-tubi.
“A-apa
yang harus kulakukan?” Ino tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapinya. Yang
ada di matanya adalah Shikamaru yang sudah menjadi mayat hidup dan menyerang
para shinobi lain dengan membabi-buta. Ia menggeleng-geleng sedih. “I-itu bukan
Shikamaru, kan? Shikamaru … tidak pernah menyerang temannya sendiri. Ia adalah
shinobi Konoha yang paling setia.”
Lalu
salah satu dari mayat hidup hendak menerkam Ino hidup-hidup.
“Rawwwrrr!”
Ino
yang menyadarinya pun tidak berkutik. Ia sudah menyerah. Ingin berniat menyusul
Shikamaru saja. “Shikamaru… dia sudah mati? Tidak bisa diselamatkan lagi?”
Namun
Chouji berhasil menghalau serangan itu dan mengirimkan si mayat hidup mental
beberapa meter. “Ino! Ayo, pergi! Di
sini sangat berbahaya!” ia buru-buru menarik Ino agar berdiri.
“Tapi
Shikamaru—”
“Maafkan
aku, Ino, aku juga tidak tahu apa yang harus kulakukan,” Chouji juga mengaku
kalah. Ia lalu membesarkan tangannya dan mengirimkan beberapa mayat menjauh
darinya. “Mayat-mayat ini tidak mempan dengan jurus-jurus kita. Sepertinya
hanya jurus tertentu yang bisa mengatasi mereka.”
Ino
pun semakin sesenggukan. Ia juga sudah tahu cara untuk mengembalikan para mayat
hidup itu seperti semula hanya dengan pengetahuan yang dimiliki Klan Uzumaki.
Namun prosesnya cukup rumit. Itu dilakukan hanya terhadap Kakashi dan Neji.
Lalu bagaimana caranya mengembalikan para mayat hidup yang jumlahnya tidak
terhitung ini? “Jadi kita benar-benar akan berakhir di sini?”
“Mungkin,”
wajah Chouji menunjukkan bahwa ia siap mati di sini. “Yang penting kita sudah
berjuang sebisa kita.”
“RAWRRR!”
Ino
dan Chouji memperhatikan para mayat hidup yang hendak menyerang mereka secara
bersamaan.
Tangan
Chouji mengepal. Meski ini yang terakhir kalinya, ia akan berjuang sampai titik
darah penghabisan. Ia akan melindungi Ino dengan segenap jiwanya.
Para
mayat hidup itu semakin mendekat dan Chouji pun mengeluarkan jurus andalannya.
Ia berubah menjadi raksasa dan memukul-mukul para mayat hidup itu dengan
membabi buta.
Ino
pun menggunakan jurus andalan klan-nya. Ia membuat satu mayat memakan satu sama
lain. Ia yang melihatnya nyaris muntah karena mayat-mayat itu makan dengan
rakusnya dan menjijikan. Namun air matanya semakin tidak terbendung. Ia lantas
terdiam memperhatikan ke sekitar. Tiba-tiba saja Shikamaru menghilang dari
pengawasannya. “Shikamaru! Shikamaru!” Ia berniat berlari ke lokasi di mana
para mayat hidup berkumpul dan menerkam salah satu shinobi. Shikamaru ternyata ada di sana.
“Ino!
Jangan berpencar!” Kiba menarik lengan Ino, sebelum kunoichi itu melakukan hal di luar akal sehatnya.
“Tapi
Shikamaru—”
“Diam!
Aku tahu gara-gara Shikamaru diserang, kita jadi tidak tahu lagi harus berbuat
apa-apa, tapi jangan gegabah! Kalau kita berpencar, mayat-mayat itu akan lebih
mudah menghabisi kita!” jelas Kiba.
Para
shinobi Konoha pun berkumpul di satu
tempat. Mereka saling melindungi dan mengawasi. Sekarang mereka dikepung oleh
para mayat hidup itu.
“Lapaaarrr!”
“Makanannya
ada banyakk….!”
“Ugh.
Sepertinya bukan ide yang bagus juga sih,” satu peluh lalu turun dari pelipis
Kiba.
“Sepertinya
kita harus membagi formasi untuk menyerang mereka sekaligus.” Chouji lalu
menghitung jumlah mereka. Tinggal 20-an. Ia pun mulai memutar otaknya. “Tapi
dibagi berapa ya bagusnya? Lalu kalau kita jadinya berpencar bagaimana
akhirnya?” Ia tidak ingin ada lagi yang jadi korban. Chouji memandang sedih ke
Shikamaru yang berada di dalam barisan para mayat itu. “Dia benar-benar menjadi
bagian dari mereka?”
“Yang
penting jangan sampai membuat Shikamaru terluka,” Ino sebenarnya sudah putus
asa, tapi ia berharap Shikamaru masih bisa kembali seperti semula.
“Bagaimana
kalau kita membagi posisi seperti arah mata angin. Masing-masing kelompok
berisi empat orang,” Tenten lalu menyampaikan idenya.
“Ide
yang bagus. Jumlah segitu pas untuk melalukan serangan berkelompok.”
“Ayo,
bersiap!”
Para
mayat hidup itu berlarian ke arah shinobi
dari Konoha.
Shinobi dari Konoha tidak gentar
menghadapi mereka. Mereka sudah melakukan ancang-ancang.
Kiba
lalu menaikkan tangannya tinggi-tinggi. “Seranggg—eh?” ia terdiam ketika
menyadari ada sosok lain yang baru saja muncul di depan mereka.
“Kalian
sudah berjuang sekuat tenaga ya. Baguslah kalian berhasil mengumpulkan mereka
seperti itu. Aku jadi lebih mudah mengurung mereka. Doton: Inochi no haka[1]!”
Kemudian
setelah seseorang meneriakkan jurus itu. Para mayat hidupnya tenggelam di
tanah-tanah yang menghisap mereka. Teriakan sengsara para mayat hidup itu pun
memenuhi arena itu.
Ino
yang ngeri mendengarnya sampai menutup telinga. Ia kemudian menoleh ke direksi sosok
yang telah menyelamatkan mereka dalam sekali serangan. Ia pun bisa bernapas
lega dan mengembang senyum di bibirnya. Ia tahu harapan itu masih ada. “Rin-san!”
Para
shinobi Konoha yang tersisa
menghampiri Rin.
“Syukurlah
Anda datang juga. Kami benar-benar kewalahan menghadapi mereka,” ujar Chouji.
Rin
mengangguk mengerti, tapi ia merasa miris ketika hanya tersisa sedikit sihnobi
yang berada di sana. “Kalau begitu kalian lanjutkan evakuasi. Serangan ini
belum berakhir. Ini baru yang pertama.”
“Rin-san, tolong selamatkan Shikamaru!” Ino
berharap Shikamaru bisa kembali seperti semula.
“Memang
apa yang terjadi pada Shikamaru?” Rin tentu saja keheranan.
Ino
lalu memperhatikan para mayat hidup yang meronta-ronta ingin keluar dari tanah
yang mengurung mereka. “Itu Shikamaru, Rin-san.
Dia mendapatkan sengatan karena berusaha menyelamatkanku.”
Rin
terang saja kaget melihat direksi di mana Shikamaru berada. Peluh itu meluncur
dari dahinya. “Ini, gawat….”
Kemudian
udara di sana tiba-tiba menjadi dingin.
“Semuanya!
Menunduk! Doton! Tochi no Yousai!”
Rin membuat benteng tanah raksasa, tapi hanya bisa menahan serangan itu
sebagiannya.
BLARRR
“Aaaaa!”
Para
shinobi Konoha dan Rin pun terlempar akibat serangan elemen air yang sangat
dingin milik Kokuou.
“A-apa
itu?” Ino yang tersungkur ke tanah merasa badannya sakit semua.
Chouji
berusaha untuk bangkit. Matanya membesar ketika melihat sosok bijuu ekor lima yang kulitnya berwarna
putih dan bentuknya mirip seperti kuda.
Rin
menyeka bibirnya yang berdarah. “Mereka sudah melakukan serangan kedua. Kalian
bersiaplah!”
Ino
rasanya ingin menangis. Ia memperhatikan ke direksi di mana Shikamaru berada. Shikamaru! Kau harus mampu bertahan!
.
.
“Sasuke-kun!” Hinata tidak tinggal diam. Ia berniat
menyerang Kabuto. Tangannya mengeluarkan chakra
dan membentuk seperti cakar harimau.
Kemudian
Kabuto yang fokusnya sekarang ada pada Hinata, tidak menyadari Sasuke yang
berubah jadi abu dan berpindah tempat hingga kembali menunjukkan sosoknya yang
asli.
Sasuke
dan Hinata pun menyerang Kabuto secara bersamaan. Namun ia cepat menghilang dan
membuat Sasuke langsung waspada terhadap sekitarnya. Punggungnya lalu menyentuh
punggung Hinata.
“Dia
masih di sekitar sini, Sasuke-kun.”
Hinata mengaktifkan byakugan miliknya. Ia memang tidak bisa menangkap sosok
Kabuto, tapi ia masih bisa merasakan ada chakra lain selain miliknya dan
Sasuke.
“Ya,
jangan lengah.” Sasuke melirik ke segala arah. Ia memang tidak punya sharingan lagi, tapi hal itu tidak
membuat pengawasannya jadi menurun. Ia yang pernah hidup beberapa tahun bersama
Kabuto tahu betul bahwa orang yang sangat setia pada Orochimaru itu licik dan
penuh dengan kepalsuan. Ia lalu merasakan ada bahaya yang datang dari tanah.
“Hinata! Menyingkir!”
Hinata
lalu salto ke langit dan benar yang Sasuke katakan, ada ular raksasa yang
muncul menyerangnya. Namun Hinata tidak tinggal diam. Tangannya semakin
menyala. “Hiaaat!” Ia pun merobek tubuh ular itu dalam sekejap.
Dan
hal itu membuat Kabuto yang muncul kembali pun marah. “Grrhh. Kau membunuh
hewan kesayanganku!” Ia lalu menyerang Hinata dengan ular lain yang bersembunyi
di baju pada lengannya.
Namun
dengan secepat kilat Sasuke memotong ular-ular itu dengan pedangnya.
Hinata
langsung mendapatkan ide bagus. Ia menggunakan kesempatan ini menyerang Kabuto
dengan bersalto ke atas. Ia pun mencakar lengan Kabuto dan membuat lengannya
terputus seketika.
“Aarrggg!”
Kabuto memekik kesakitan dan berlutut ke tanah. Ketika itu pula ada logam tajam
yang mengarah pada lehernya. Logam tajam itu mengeluarkan panas yang membuatnya
semakin kesakitan.
Ternyata
itu adalah Sasuke. “Kau sebenarnya sudah sekarat. Apa yang kau lakukan di sini?
Orochimaru sudah mati, harusnya kau tidak lagi punya tujuan hidup.”
Kabuto
menyeringai. Meski terlihat kesakitan, ia tetap saja mampu mengeluarkan wajah
jahatnya. “Aku ingin melihat kalian mati perlahan-lahan.”
Dahi
Sasuke mengerut. Ia tahu Madara akan merencanakan hal gila. Namun ia tidak
menyangka Kabuto akan bekerja sama dengannya. “Kau memang tidak berubah.”
“Heh,
kau lupa? Kau yang membuatku seperti ini! Gara-gara kau membunuh Orochimaru,
aku sampai tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan di sini.”
Mata
Sasuke menajam. Ia semakin membuat panas ujung pedangnya di leher Kabuto.
Teriakan Kabuto pun kian menjadi, sampai-sampai Hinata ikut meringis karenanya.
“Aku bisa memenggal kepalamu kapan saja, kau tahu itu? Cepat katakan padaku apa
rencana Madara yang sebenarnya!”
Kabuto
lalu terbahak-bahak. “Kau tahu, Sasuke? Sembilan Iblis itu… aku yang membuka
segelnya.”
“Apa?!”
Hinata
menutup mulutnya dengan tangan saking kagetnya.
“Bagaimana
bisa kau melakukannya?!” Sasuke tidak mengerti mengapa hal itu bisa terjadi.
Yang menyegel mereka adalah Rikudo Sennin, sudah pasti segelnya pun tidak bisa
diragukan lagi kekuatannya. Lokasinya juga sendiri ia tidak mengetahuinya. Lalu
bagaimana bisa Kabuto mendapatkan lokasi segel tersembunyi itu?
Kabuto
lalu terbahak-bahak. Kemudian mulutnya mengeluarkan darah segar. “Segel itu
bisa dibuka oleh siapa saja yang begitu putus asa menginginkan mereka kembali.”
Ia lalu menggeleng miris. “Aku benar-benar tidak sabar melihat kalian dilumat
perlahan-lahan oleh iblis itu. Tapi harusnya kau juga paham, Sasuke. Bukan
hanya Sembilan Iblis yang akan membuat kalian jadi lalat-lalat yang beterbangan.”
BLARR
Ledakan
tiba-tiba itu membuat Sasuke dan Hinata terlempar ke udara.
Sasuke
yang menyadari Hinata dalam bahaya langsung meraih tangan dan memeluknya.
“Sasuke-kun!”
“Tenanglah.
Kita akan baik-baik saja.”
Sasuke
dan Hinata lalu berpijak ke tanah masih berangkulan.
Hinata
tersentak ketika melihat sosok raksasa itu ada di depan mereka. Namun bagaimana
bisa ia ada di sini? “I-itu, kan ….”
Sasuke
mendesis marah. “Gyuuki.” Mereka memang sudah pernah bertemu sebelumnya. Namun
ia tidak menyangka akan berhadapan lagi dengan bijuu ekor delapan itu. Karena bijuu
itu berubah menjadi wujud aslinya, sudah ini adalah lawan yang tidak bisa
diremehkan. Sasuke melirik sejenak ke arah Kabuto yang tubuhnya sudah menjadi
abu. “Sialan, mereka benar-benar ingin membuat Konoha hancur-lebur.”
Perasaan
Hinata sendiri jadi tidak enak. “Mereka harusnya ada delapan, kan? Semoga saja
tidak berpencar.” Kalau itu sungguhan terjadi, Hinata tidak mau
membayangkannya. Ia seumur hidup belum pernah berhadapan dengan bijuu yang muncul dalam bentuk aslinya.
“Bersiaplah,
Hinata. Kita tidak bisa membunuh bijuu ini.”
“Eh?”
Hinata jadi keheranan.
“Masa
kau lupa? Mereka harus disegel oleh Naruto, yang kita lakukan hanyalah membuat
mereka kalah.”
Hinata
menelan ludahnya sendiri. “Jadi kita harus membuatnya babak-belur ya?”
Sasuke
mengangguk yakin. Ia lalu mempersiapkan pedangnya. “Kalau ada apa-apa, aku
terpaksa memanggil Suzaku. Ya… walaupun tempat ini bisa hancur kalau para bijuu dan hewan titisan dewa itu saling bertarung.”
.
.
Tsunade
memantau evakuasi penduduk di bagian Konoha yang paling tenang itu. Ia sangat
bersyukur ketika berada di sana tidak terjadi hal yang tidak diinginkannya.
“Sedikit
lagi, sedikit lagi mereka akan berada di tempat yang lebih aman.” Tsunade
berusaha menenangkan dirinya sendiri. Tinggal beberapa barisan penduduk yang
masuk ke dalam tempat pengungsian.
Namun
tiba-tiba ada bau tak sedap yang menguar. Tsunade segera menutup hidungnya
dengan tangan.
Apa lagi ini? Tsunade memperhatikan ke sekitar.
Ia tidak menyangka ada yang menyerang secara diam-diam, padahal sejak tadi ia
sudah dalam posisi awas. Ia lalu bisa melihat aliran udara berwarna hijau yang
bermunculan di sekitarnya. Matanya membesar ketika satu per satu shinobi di depannya berjatuhan ke tanah
padahal tidak ada yang menyerang mereka. “Racun?!”
Tsunade
lantas mendongak. Matanya pun membesar. Ia tidak menyangka bijuu berbentuk seperti kumbang itu berada di sana. Ekornya ada
tujuh. “Itu kan Choumei. Sejak kapan dia ada di sana?” Ia merasakan tubuhnya
yang melemah. Tadi ia sempat menghirup racunnya. Namun ia berusaha berdiri di
pijakannya. Ia adalah seorang Hokage, jadi ia tahu tugasnya adalah melindungi
penduduk Konoha meski yang jadi taruhan adalah nyawanya sendiri.
Untungnya
Tsunade menyiapkan penawar racun di kantong celananya. Ia mengambil penawar
racun itu dan menyuntikkannya ke tangan. Penawar racun itu selain mampu
menawarkan racun, mampu juga membuat sistem imun di dalam tubuhnya meningkat.
“Huh, jangan pernah meremehkanku.”
Tangan
Tsunade mengepal, ia sudah siap melakukan penyerangan. Choumei terbang rendah.
Ia tidak tahu apa yang bijuu itu
rencanakan. Namun ia paham kehadiran bijuu
itu akan sangat berbahaya bagi para pengungsi yang hampir seluruhnya sudah
berpindah ke bagian dalam pegunungan.
Choumei
lalu melesat cepat ke lokasi pengungsian yang berada di balik gunung itu.
“Sialan!”
Tsunade berlari cepat mengejar bijuu itu.
Ia tidak akan membiarkan Choumei menabrak gunung yang kini menjadi tempat
pelindung rakyat sipil Konoha. Ia pun berhasil menangkap salah satu ekornya dan
menariknya dengan kekuatan supernya. “Rasakan ini!” Tsunade lantas melempar
Choumei ke bagian lain. Bijuu itu pun
menabrak beberapa pohon dan membuatnya tumbang. “Lawanmu adalah aku!”
Tsunade
tidak akan mengampuninya. Ia mengeluarkan tinju dahsyatnya untuk menyerang
Choumei.
BOOM!
Lokasi
itu pun berguncangan dan menimbulkan asap yang membumbung tinggi.
.
.
Naruto
berjengit. Ia baru saja mendapatkan laporan dari Rin melalui pesan yang ia
dapatkan di pikirannya. Para yousei memang
punya kemampuan komunikasi jarak jauh dengan cara seperti ini. “Kaa-sama, ada serangan bijuu di tempat lain.”
Kushina
menatap ke direksi di mana kepulan asap membumbung tinggi. “Kalau di sana ada
Rin, kau tenang saja. Dia pasti mampu mengatasinya.”
“Tapi
kepulan asapnya bertambah Kaa-sama.
Sepertinya ada serangan lain yang datang. Apakah itu para bijuu?” Naruto mulai menerka-nerka. Ia sebenarnya ingin menyusul ke
lokasi-lokasi berasap itu, tapi ia jadi khawatir dengan Sakura. Ia melirik
sejenak ke arah Sakura yang masih bertarung dengan Nekomata.
“Aku
tidak menyangka Madara melakukan serangan terpisah seperti ini. Apa yang ia
inginkan?” Naruto tampak berpikir. Ia bisa saja mengaktifkan jurus Segel Empat
Penjuru Mata Angin-nya, tapi ia harus memastikan bahwa semua bijuu sudah berada di sini. Matanya lalu
kembali fokus pada Sakura.
Sakura
melompat dari dahan ke dahan untuk memancing Nekomata mengikuti ke mana ia
pergi. “Tangkap aku kucing manis!” ia tampak menikmati pertarungan ini. Sakura
seakan lupa bahwa ia sedang melawan seekor bijuu
yang punya kekuatan menyeramkan.
Sakura
lalu melakukan salto yang cukup tinggi hingga ke langit. Kemudian ia turun
dengan kecepatan tinggi dan menendang Nekomata di bagian dahinya.
Nekomata
kembali terjerembab ke tanah.
Namun Sakura tidak membiarkan bijuu itu bangkit. Ia ingin membuatnya
tidur secepat mungkin. Maka dari itu, ia pun mengeluarkan empat botol obat
tidur manjur yang ada di kantong kunainya.
Nekomata
kemudian menyerang Sakura dengan cakarannya.
“Whoaaa!”
Sakura berhasil menghindar dengan melompat ke belakang. “Hampir saja.”
Kushina
juga tetap berdiri di pijakannya. Ia memercayakan Sakura melawan Nekomata. “Mungkin
ia melakukannya agar bijuu-bijuu itu
tidak dapat disegel di satu tempat. Maka dari itu ia menurunkannya di tempat
yang berbeda.”
“Aku
sudah meminta Chouji membentuk pola segel di bawah tanah mencakup seluruh
Konoha. Jadi, sepertinya bukan itu alasannya, Kaa-sama,” entah mengapa pikiran buruk terus berkecamuk di kepala
Naruto. Ia membenci hal ini. Ia punya kekuatan yang lebih hebat dari
sebelumnya, tapi ia belum mengenal lawannya yang terkenal licik itu.
Sementara
itu Sakura mulai melompat setinggi-tingginya. Ia punya rencana yang cukup
bagus, meski sebenarnya terbilang berbahaya. Ia pun tersenyum penuh kemenangan
tatkala Nekomata membuka mulutnya lebar-lebar hendak menembakkan bola api biru
yang panasnya tidak diragukan lagi. “Selamat tidur!”
Sakura
melesat cepat ke arah Nekomata dan melemparkan empat botol obat tidurnya ke
dalam mulut bijuu itu.
Nekomata
pun tidak jadi menyerang Sakura dan terbatuk-batuk. Seketika itu pula ia
pingsan dengan kaki di atas dan punggungnya ada di bawah.
Sakura
yang melihatnya jadi gemas sendiri. “Lucunya!”
Naruto
memperhatikan ekspresi Sakura yang tampak polos itu. Ia jadi ikut tersenyum.
“Ada-ada saja.”
Kushina
melirik Naruto dengan wajah seriusnya. Kemudian ia ikut tersenyum. “Kalau
begitu kita tidak boleh lengah sedikit pun. Jangan sampai ia menyatukan para bijuu itu hingga berubah ke wujud
aslinya.”
Naruto
mengangguk. “Aku mengerti—eh?” ia terkejut ketika tiba-tiba berpindah ke tempat
bersalju. “Aakkk!” Naruto terpental hingga melayang ke udara akibat tendangan
dahsyat itu. “Siapa?!” ia lalu memperhatikan bayangan hitam melesat di atasnya.
“Madara?” Namun seketika itu pula, sebuah bola api raksasa menyerangnya dari
belakang. “Kau tidak punya jurus lain, hah? Aku bosan berhadapan dengan bola
api ini terus!”
Naruto
secepat kilat melakukan salto dan menyemburkan angin besar dari mulutnya pada
bola api itu. Apinya semakin membesar, tapi karena serangan Naruto itu bola
apinya jadi jatuh ke tumpukan salju yang begitu tebal dan padam seketika.
Naruto
lantas berpijak di atas saljunya. Matanya menajam menatap Madara yang ada di
depannya. “Kau… yang memindahkanku ke sini? Bagaimana bisa?”
“Heh,
Bocah Sialan. Jangan meremehkanku. Bagaimanapun darah Uzumaki juga mengalir di
tubuhku. Kau pikir cuma kau saja yang bisa pindah tempat seenaknya?”
Tangan
Naruto mengepal. Ia lalu hendak berpindah ke dimensi lain, tapi tiba-tiba
Madara sudah berada di hadapannya.
“Jangan
kabur!” Madara meninju Naruto dengan kuat.
Namun
Naruto menangkisnya dengan satu tangan. Ia lalu meninju rahang Madara dan
berhasil membuat musuhnya mundur, tapi ini belum berakhir, ia lompat
tinggi-tinggi dan menendang Madara hingga terpelanting ke tumpukan salju.
Naruto
berniat akan menghabisi Madara saat ini juga. “Apa yang kau rencanakan?! Kau
berniat menjauhkanku dari Konoha, kan?!”
Madara
lalu berdiri perlahan dan meludahkan darah yang ada di mulutnya. Ia
menyeringai. “Pokoknya kita selesaikan urusan di antara kita. Aku sangat
membutuhkan Kyuubi yang ada di perutmu itu.”
“Hh,
langkahi dulu mayatku!” Naruto lalu melesat cepat ke arah Madara.
Mereka
pun adu kemampuan taijutsu.
Naruto
meninju bagian perut Madara, tapi Madara mampu menghalaunya dan menarik tangan
Naruto dengan cepat.
Madara
berniat mencekik leher Naruto. Namun Naruto tidak tinggal diam, ia menepis
tangan Madara itu dengan tangan kanannya. Tangan kirinya yang bebas pun memukul
dada Madara kuat-kuat hingga ia mundur beberapa meter.
“Kau
yang akan kuhabisi di sini!” Naruto melesat cepat ke arah Madara. Ia kemudian
mengeluarkan rasengan.
“Hei,
kau sebenarnya mau ke mana?”
Naruto
terkesiap ketika menyadari Madara ada di belakangnya. “Ugh!” Ia pun sengaja
menghilangkan rasengan dan
menjatuhkan dirinya ke salju. Tangan
kanannya yang berpijak pada salju menumpu seluruh badan. Kemudian ia
menghadiahi Madara dengan tendangan tiba-tiba di bagian perut.
Naruto
berhasil membuat Madara mundur. Kemudian yang ia lakukan selanjutnya adalah
menyerangnya kembali dengan jurus andalannya. “Rasengan!” ia terkesiap ketika tubuhnya malah menembus tubuh
Madara. “Kurang ajar.”
Naruto
paham untuk bertarung jarak dekat dengan Madara itu sangat sulit. “Jadi harus
bertarung jarak jauh ya? Baiklah.”
“Aku
tidak akan membiarkanmu hidup, Naruto. Tidak akan kubiarkan kau menyegel bijuu-bijuu kesayanganku,” ujar Madara. Sharingan-nya kian menyala.
Naruto
membentuk tiga segel di tangannya. Kemudian ia melemparkan ratusan kunai pada Madara.
Ia melemparkannya dari segala arah.
Madara
pun menangkisnya dengan susah-payah. Ia bersalto dan menghindari serangan kunai
yang banyak itu dengan lincah.
Melihat
kesempatan ini Naruto segera melakukan hal yang ingin ia lakukan. Serangan tadi
sebenarnya hanya agar melemahkan fokus Madara. Dengan kekuatannya, ia berhasil
pindah tempat ke Konoha dalam sekejap, tapi yang Naruto lihat selanjutnya
seketika membuatnya putus asa.
“A-aku
tidak salah tempat, kan?” Naruto tercenung memandang ke sekitarnya. Matanya
membesar dua kali lipat.
Seluruh
Konoha dilalap api yang membumbung hingga mencapai langit-langit. Hanya warna
merah yang bisa ia lihat. Tubuhnya mengeluarkan peluh yang cukup banyak tatkala
menyadari mayat dengan tubuh hangus bergelimpangan di tanah. “Bagaimana bisa?
A-aku hanya menjauh sebentar saja kan tadi?”
Mata
Naruto membesar ketika melihat Sakura yang terkapar di atas tanah. Di mulutnya
begitu banyak bercak darah. “Ti-tidak mungkin.”
Apa yang sebenarnya terjadi?
Bersambung….
1 komentar
Cuman mau ngasih tau kaka klo ini fanfic indonesia ke 2 yang aku baca. Cuman mau cerita sihh
ReplyDeleteDulu cuma bocil umur sekitar 7-8 tahun (sekarang sma kls 1) yg gk terima klo naruto itu sama hinata trus aku cari dong di google naruxsakura lah ketemu fanfic indonesia pertama dan itu lemon gila anak kecil 7 tahun udah tau lemon ck ck ck yaa di fanfic itu singkat aja naruto bakal nikah sama sakura lah sakuranya sebelum itu malah 4646 sama sasuke baru nikah besoknya sama naruto itu juga baca cerita ntr pertama
Lalu setelah bacanya tamat ketemu fanfic kakak fanfic kakak adalah fanfic adventure naruto pertama yang aku baca
Dan aku cuma inget nama kakak karena paling unik coba liat nama penulis naruto lain keren tapi mainstream sedangkan kakak unik. Yah mungkin kakak nanya kok malah cerita gk jelas sih, kok aku malah liatin cerita anak sma yg gaje, ya aku cuma mau ngungukapin isi hati aku aja yg mau terima kasih sama kakak yang udah kenalin aku ke dunia fanfiksi naruto. Aku lanjut cerita ya aku ini pemalu mungkin karena aku kakak di blogspot sepi jadinya enggak.
Jadi tadi (jam 22.00+ sekarang idah jam 23.00 dan ini tanggal 21 november klo kakak penasaran) aku lagi bosen di webnovel karena lagi nunggu update cerita lain trus inget fanfiction.net yang udah lama aku tinggalin aku juga sempet bernostalgia trus keinget kakak ya aku cari dong blognya dan ketemulah blog sepi tanpa pengunjung wk wk yaa itu aja sih makasih banyak ya kak