Kembalinya Klan Peri Klan Uzumaki Chapter 21

Kembalinya Klan Peri Klan Uzumaki
Naruto © Masashi Kishimoto
The Lord of The Rings © J.R.R Tolkien
Warning: Sequel from ‘HEART’. Setting Canon. Semi-Crossover with The Lord of The Rings. Romance/Adventure. A bit Fantasy. OOC
PAIRING: Naru/Saku, Mina/Kushi, Sasu/Hina, Shika/Ino, Kaka/Kure

            Hallooo, akhirnya bisa update agak cepet ^^v. Ini juga nulisnya dadakan, maaf kalau berantakan wkwk. Btw, novel baruku udah terbit nih. Judulnya Fall For Fangirl terbitan Grasindo, ditulis barengan sama Daisy Ann atau yang biasa dikenal Masahiro ‘Night’ Seiran. Sudah tersedia di toko buku terdekat ya #PromosiModeOn.
            Oke deh, happy reading!
.
.
            Namun, Shikamaru tiba-tiba merasa dunianya berhenti. Ia menyadari Ino yang bersusah-payah melindungi diri dari serangan bertubi-tubi para mayat hidup itu. Salah satu dari mayat hidupnya menyerang dari belakang. Ia lantas tahu apa yang harus dilakukannya.
            Shikamaru mendorong Ino dengan cepat. Sementara tubuhnya ditembus oleh salah satu mayat hidup itu.
            Hati Ino hancur berkeping-keping melihatnya. Teriakannya lantas membumbung tinggi ke udara. “SHIKAMARU!”
.
Menuju Kehancuran II
.
.
            Bagi Ino ini adalah mimpi buruk di sepanjang hidupnya. Ia memperhatikan Shikamaru yang berubah wujud menjadi mayat hidup dan mengejar mangsanya ke sana kemari. Pipinya sudah basah dengan air mata. Ia sampai tidak menyadari masih berada di tengah-tengah musuh yang melakukan penyerangan.
            Makin banyak pihak Konoha yang berjatuhan. Mereka yang bejatuhan pun bangkit kembali sebagai mayat hidup dan melakukan penyerangan bertubi-tubi.
            “A-apa yang harus kulakukan?” Ino tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapinya. Yang ada di matanya adalah Shikamaru yang sudah menjadi mayat hidup dan menyerang para shinobi lain dengan membabi-buta. Ia menggeleng-geleng sedih. “I-itu bukan Shikamaru, kan? Shikamaru … tidak pernah menyerang temannya sendiri. Ia adalah shinobi Konoha yang paling setia.”
            Lalu salah satu dari mayat hidup hendak menerkam Ino hidup-hidup.
            “Rawwwrrr!”
            Ino yang menyadarinya pun tidak berkutik. Ia sudah menyerah. Ingin berniat menyusul Shikamaru saja. “Shikamaru… dia sudah mati? Tidak bisa diselamatkan lagi?”
            Namun Chouji berhasil menghalau serangan itu dan mengirimkan si mayat hidup mental beberapa meter. “Ino! Ayo, pergi! Di sini sangat berbahaya!” ia buru-buru menarik Ino agar berdiri.
            “Tapi Shikamaru—”
            “Maafkan aku, Ino, aku juga tidak tahu apa yang harus kulakukan,” Chouji juga mengaku kalah. Ia lalu membesarkan tangannya dan mengirimkan beberapa mayat menjauh darinya. “Mayat-mayat ini tidak mempan dengan jurus-jurus kita. Sepertinya hanya jurus tertentu yang bisa mengatasi mereka.”
            Ino pun semakin sesenggukan. Ia juga sudah tahu cara untuk mengembalikan para mayat hidup itu seperti semula hanya dengan pengetahuan yang dimiliki Klan Uzumaki. Namun prosesnya cukup rumit. Itu dilakukan hanya terhadap Kakashi dan Neji. Lalu bagaimana caranya mengembalikan para mayat hidup yang jumlahnya tidak terhitung ini? “Jadi kita benar-benar akan berakhir di sini?”
            “Mungkin,” wajah Chouji menunjukkan bahwa ia siap mati di sini. “Yang penting kita sudah berjuang sebisa kita.”
            “RAWRRR!”
            Ino dan Chouji memperhatikan para mayat hidup yang hendak menyerang mereka secara bersamaan.
            Tangan Chouji mengepal. Meski ini yang terakhir kalinya, ia akan berjuang sampai titik darah penghabisan. Ia akan melindungi Ino dengan segenap jiwanya.
            Para mayat hidup itu semakin mendekat dan Chouji pun mengeluarkan jurus andalannya. Ia berubah menjadi raksasa dan memukul-mukul para mayat hidup itu dengan membabi buta.
            Ino pun menggunakan jurus andalan klan-nya. Ia membuat satu mayat memakan satu sama lain. Ia yang melihatnya nyaris muntah karena mayat-mayat itu makan dengan rakusnya dan menjijikan. Namun air matanya semakin tidak terbendung. Ia lantas terdiam memperhatikan ke sekitar. Tiba-tiba saja Shikamaru menghilang dari pengawasannya. “Shikamaru! Shikamaru!” Ia berniat berlari ke lokasi di mana para mayat hidup berkumpul dan menerkam salah satu shinobi. Shikamaru ternyata ada di sana.
            “Ino! Jangan berpencar!” Kiba menarik lengan Ino, sebelum kunoichi itu melakukan hal di luar akal sehatnya.
            “Tapi Shikamaru—”
            “Diam! Aku tahu gara-gara Shikamaru diserang, kita jadi tidak tahu lagi harus berbuat apa-apa, tapi jangan gegabah! Kalau kita berpencar, mayat-mayat itu akan lebih mudah menghabisi kita!” jelas Kiba.
            Para shinobi Konoha pun berkumpul di satu tempat. Mereka saling melindungi dan mengawasi. Sekarang mereka dikepung oleh para mayat hidup itu.
            “Lapaaarrr!”
            “Makanannya ada banyakk….!”
            “Ugh. Sepertinya bukan ide yang bagus juga sih,” satu peluh lalu turun dari pelipis Kiba.  
            “Sepertinya kita harus membagi formasi untuk menyerang mereka sekaligus.” Chouji lalu menghitung jumlah mereka. Tinggal 20-an. Ia pun mulai memutar otaknya. “Tapi dibagi berapa ya bagusnya? Lalu kalau kita jadinya berpencar bagaimana akhirnya?” Ia tidak ingin ada lagi yang jadi korban. Chouji memandang sedih ke Shikamaru yang berada di dalam barisan para mayat itu. “Dia benar-benar menjadi bagian dari mereka?”
            “Yang penting jangan sampai membuat Shikamaru terluka,” Ino sebenarnya sudah putus asa, tapi ia berharap Shikamaru masih bisa kembali seperti semula.
          “Bagaimana kalau kita membagi posisi seperti arah mata angin. Masing-masing kelompok berisi empat orang,” Tenten lalu menyampaikan idenya.
            “Ide yang bagus. Jumlah segitu pas untuk melalukan serangan berkelompok.”
            “Ayo, bersiap!”
            Para mayat hidup itu berlarian ke arah shinobi dari Konoha.
            Shinobi dari Konoha tidak gentar menghadapi mereka. Mereka sudah melakukan ancang-ancang.
            Kiba lalu menaikkan tangannya tinggi-tinggi. “Seranggg—eh?” ia terdiam ketika menyadari ada sosok lain yang baru saja muncul di depan mereka.
            “Kalian sudah berjuang sekuat tenaga ya. Baguslah kalian berhasil mengumpulkan mereka seperti itu. Aku jadi lebih mudah mengurung mereka. Doton: Inochi no haka[1]!
            Kemudian setelah seseorang meneriakkan jurus itu. Para mayat hidupnya tenggelam di tanah-tanah yang menghisap mereka. Teriakan sengsara para mayat hidup itu pun memenuhi arena itu.
            Ino yang ngeri mendengarnya sampai menutup telinga. Ia kemudian menoleh ke direksi sosok yang telah menyelamatkan mereka dalam sekali serangan. Ia pun bisa bernapas lega dan mengembang senyum di bibirnya. Ia tahu harapan itu masih ada. “Rin-san!”
            Para shinobi Konoha yang tersisa menghampiri Rin.
            “Syukurlah Anda datang juga. Kami benar-benar kewalahan menghadapi mereka,” ujar Chouji.
            Rin mengangguk mengerti, tapi ia merasa miris ketika hanya tersisa sedikit sihnobi yang berada di sana. “Kalau begitu kalian lanjutkan evakuasi. Serangan ini belum berakhir. Ini baru yang pertama.”
            “Rin-san, tolong selamatkan Shikamaru!” Ino berharap Shikamaru bisa kembali seperti semula.
            “Memang apa yang terjadi pada Shikamaru?” Rin tentu saja keheranan.
            Ino lalu memperhatikan para mayat hidup yang meronta-ronta ingin keluar dari tanah yang mengurung mereka. “Itu Shikamaru, Rin-san. Dia mendapatkan sengatan karena berusaha menyelamatkanku.”
            Rin terang saja kaget melihat direksi di mana Shikamaru berada. Peluh itu meluncur dari dahinya. “Ini, gawat….”
            Kemudian udara di sana tiba-tiba menjadi dingin.
            “Semuanya! Menunduk! Doton! Tochi no Yousai!” Rin membuat benteng tanah raksasa, tapi hanya bisa menahan serangan itu sebagiannya.
            BLARRR
            “Aaaaa!”
            Para shinobi Konoha dan Rin pun terlempar akibat serangan elemen air yang sangat dingin milik Kokuou.
            “A-apa itu?” Ino yang tersungkur ke tanah merasa badannya sakit semua.
            Chouji berusaha untuk bangkit. Matanya membesar ketika melihat sosok bijuu ekor lima yang kulitnya berwarna putih dan bentuknya mirip seperti kuda.
            Rin menyeka bibirnya yang berdarah. “Mereka sudah melakukan serangan kedua. Kalian bersiaplah!”
            Ino rasanya ingin menangis. Ia memperhatikan ke direksi di mana Shikamaru berada. Shikamaru! Kau harus mampu bertahan!
.
.
            “Sasuke-kun!” Hinata tidak tinggal diam. Ia berniat menyerang Kabuto. Tangannya mengeluarkan chakra dan membentuk seperti cakar harimau.
            Kemudian Kabuto yang fokusnya sekarang ada pada Hinata, tidak menyadari Sasuke yang berubah jadi abu dan berpindah tempat hingga kembali menunjukkan sosoknya yang asli.
            Sasuke dan Hinata pun menyerang Kabuto secara bersamaan. Namun ia cepat menghilang dan membuat Sasuke langsung waspada terhadap sekitarnya. Punggungnya lalu menyentuh punggung Hinata.
            “Dia masih di sekitar sini, Sasuke-kun.” Hinata mengaktifkan byakugan miliknya. Ia memang tidak bisa menangkap sosok Kabuto, tapi ia masih bisa merasakan ada chakra lain selain miliknya dan Sasuke.
            “Ya, jangan lengah.” Sasuke melirik ke segala arah. Ia memang tidak punya sharingan lagi, tapi hal itu tidak membuat pengawasannya jadi menurun. Ia yang pernah hidup beberapa tahun bersama Kabuto tahu betul bahwa orang yang sangat setia pada Orochimaru itu licik dan penuh dengan kepalsuan. Ia lalu merasakan ada bahaya yang datang dari tanah. “Hinata! Menyingkir!”
            Hinata lalu salto ke langit dan benar yang Sasuke katakan, ada ular raksasa yang muncul menyerangnya. Namun Hinata tidak tinggal diam. Tangannya semakin menyala. “Hiaaat!” Ia pun merobek tubuh ular itu dalam sekejap.
            Dan hal itu membuat Kabuto yang muncul kembali pun marah. “Grrhh. Kau membunuh hewan kesayanganku!” Ia lalu menyerang Hinata dengan ular lain yang bersembunyi di baju pada lengannya.
            Namun dengan secepat kilat Sasuke memotong ular-ular itu dengan pedangnya.
            Hinata langsung mendapatkan ide bagus. Ia menggunakan kesempatan ini menyerang Kabuto dengan bersalto ke atas. Ia pun mencakar lengan Kabuto dan membuat lengannya terputus seketika.
            “Aarrggg!” Kabuto memekik kesakitan dan berlutut ke tanah. Ketika itu pula ada logam tajam yang mengarah pada lehernya. Logam tajam itu mengeluarkan panas yang membuatnya semakin kesakitan.
            Ternyata itu adalah Sasuke. “Kau sebenarnya sudah sekarat. Apa yang kau lakukan di sini? Orochimaru sudah mati, harusnya kau tidak lagi punya tujuan hidup.”
            Kabuto menyeringai. Meski terlihat kesakitan, ia tetap saja mampu mengeluarkan wajah jahatnya. “Aku ingin melihat kalian mati perlahan-lahan.”
            Dahi Sasuke mengerut. Ia tahu Madara akan merencanakan hal gila. Namun ia tidak menyangka Kabuto akan bekerja sama dengannya. “Kau memang tidak berubah.”
            “Heh, kau lupa? Kau yang membuatku seperti ini! Gara-gara kau membunuh Orochimaru, aku sampai tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan di sini.”
            Mata Sasuke menajam. Ia semakin membuat panas ujung pedangnya di leher Kabuto. Teriakan Kabuto pun kian menjadi, sampai-sampai Hinata ikut meringis karenanya. “Aku bisa memenggal kepalamu kapan saja, kau tahu itu? Cepat katakan padaku apa rencana Madara yang sebenarnya!”
            Kabuto lalu terbahak-bahak. “Kau tahu, Sasuke? Sembilan Iblis itu… aku yang membuka segelnya.”
            “Apa?!”
            Hinata menutup mulutnya dengan tangan saking kagetnya.
            “Bagaimana bisa kau melakukannya?!” Sasuke tidak mengerti mengapa hal itu bisa terjadi. Yang menyegel mereka adalah Rikudo Sennin, sudah pasti segelnya pun tidak bisa diragukan lagi kekuatannya. Lokasinya juga sendiri ia tidak mengetahuinya. Lalu bagaimana bisa Kabuto mendapatkan lokasi segel tersembunyi itu?
            Kabuto lalu terbahak-bahak. Kemudian mulutnya mengeluarkan darah segar. “Segel itu bisa dibuka oleh siapa saja yang begitu putus asa menginginkan mereka kembali.” Ia lalu menggeleng miris. “Aku benar-benar tidak sabar melihat kalian dilumat perlahan-lahan oleh iblis itu. Tapi harusnya kau juga paham, Sasuke. Bukan hanya Sembilan Iblis yang akan membuat kalian jadi lalat-lalat yang beterbangan.”
            BLARR
            Ledakan tiba-tiba itu membuat Sasuke dan Hinata terlempar ke udara.
            Sasuke yang menyadari Hinata dalam bahaya langsung meraih tangan dan memeluknya.
            “Sasuke-kun!”
            “Tenanglah. Kita akan baik-baik saja.”
            Sasuke dan Hinata lalu berpijak ke tanah masih berangkulan.
            Hinata tersentak ketika melihat sosok raksasa itu ada di depan mereka. Namun bagaimana bisa ia ada di sini? “I-itu, kan ….”
            Sasuke mendesis marah. “Gyuuki.” Mereka memang sudah pernah bertemu sebelumnya. Namun ia tidak menyangka akan berhadapan lagi dengan bijuu ekor delapan itu. Karena bijuu itu berubah menjadi wujud aslinya, sudah ini adalah lawan yang tidak bisa diremehkan. Sasuke melirik sejenak ke arah Kabuto yang tubuhnya sudah menjadi abu. “Sialan, mereka benar-benar ingin membuat Konoha hancur-lebur.”
            Perasaan Hinata sendiri jadi tidak enak. “Mereka harusnya ada delapan, kan? Semoga saja tidak berpencar.” Kalau itu sungguhan terjadi, Hinata tidak mau membayangkannya. Ia seumur hidup belum pernah berhadapan dengan bijuu yang muncul dalam bentuk aslinya.
            “Bersiaplah, Hinata. Kita tidak bisa membunuh bijuu ini.”
            “Eh?” Hinata jadi keheranan.
            “Masa kau lupa? Mereka harus disegel oleh Naruto, yang kita lakukan hanyalah membuat mereka kalah.”
            Hinata menelan ludahnya sendiri. “Jadi kita harus membuatnya babak-belur ya?”
            Sasuke mengangguk yakin. Ia lalu mempersiapkan pedangnya. “Kalau ada apa-apa, aku terpaksa memanggil Suzaku. Ya… walaupun tempat ini bisa hancur kalau para bijuu dan hewan titisan dewa itu saling bertarung.”
.
.
            Tsunade memantau evakuasi penduduk di bagian Konoha yang paling tenang itu. Ia sangat bersyukur ketika berada di sana tidak terjadi hal yang tidak diinginkannya.
            “Sedikit lagi, sedikit lagi mereka akan berada di tempat yang lebih aman.” Tsunade berusaha menenangkan dirinya sendiri. Tinggal beberapa barisan penduduk yang masuk ke dalam tempat pengungsian.
            Namun tiba-tiba ada bau tak sedap yang menguar. Tsunade segera menutup hidungnya dengan tangan.
            Apa lagi ini? Tsunade memperhatikan ke sekitar. Ia tidak menyangka ada yang menyerang secara diam-diam, padahal sejak tadi ia sudah dalam posisi awas. Ia lalu bisa melihat aliran udara berwarna hijau yang bermunculan di sekitarnya. Matanya membesar ketika satu per satu shinobi di depannya berjatuhan ke tanah padahal tidak ada yang menyerang mereka. “Racun?!”
            Tsunade lantas mendongak. Matanya pun membesar. Ia tidak menyangka bijuu berbentuk seperti kumbang itu berada di sana. Ekornya ada tujuh. “Itu kan Choumei. Sejak kapan dia ada di sana?” Ia merasakan tubuhnya yang melemah. Tadi ia sempat menghirup racunnya. Namun ia berusaha berdiri di pijakannya. Ia adalah seorang Hokage, jadi ia tahu tugasnya adalah melindungi penduduk Konoha meski yang jadi taruhan adalah nyawanya sendiri.
            Untungnya Tsunade menyiapkan penawar racun di kantong celananya. Ia mengambil penawar racun itu dan menyuntikkannya ke tangan. Penawar racun itu selain mampu menawarkan racun, mampu juga membuat sistem imun di dalam tubuhnya meningkat. “Huh, jangan pernah meremehkanku.”
            Tangan Tsunade mengepal, ia sudah siap melakukan penyerangan. Choumei terbang rendah. Ia tidak tahu apa yang bijuu itu rencanakan. Namun ia paham kehadiran bijuu itu akan sangat berbahaya bagi para pengungsi yang hampir seluruhnya sudah berpindah ke bagian dalam pegunungan.
            Choumei lalu melesat cepat ke lokasi pengungsian yang berada di balik gunung itu.
            “Sialan!” Tsunade berlari cepat mengejar bijuu itu. Ia tidak akan membiarkan Choumei menabrak gunung yang kini menjadi tempat pelindung rakyat sipil Konoha. Ia pun berhasil menangkap salah satu ekornya dan menariknya dengan kekuatan supernya. “Rasakan ini!” Tsunade lantas melempar Choumei ke bagian lain. Bijuu itu pun menabrak beberapa pohon dan membuatnya tumbang. “Lawanmu adalah aku!”
            Tsunade tidak akan mengampuninya. Ia mengeluarkan tinju dahsyatnya untuk menyerang Choumei.
            BOOM!
            Lokasi itu pun berguncangan dan menimbulkan asap yang membumbung tinggi.
.
.
            Naruto berjengit. Ia baru saja mendapatkan laporan dari Rin melalui pesan yang ia dapatkan di pikirannya. Para yousei memang punya kemampuan komunikasi jarak jauh dengan cara seperti ini. “Kaa-sama, ada serangan bijuu di tempat lain.”
            Kushina menatap ke direksi di mana kepulan asap membumbung tinggi. “Kalau di sana ada Rin, kau tenang saja. Dia pasti mampu mengatasinya.”
            “Tapi kepulan asapnya bertambah Kaa-sama. Sepertinya ada serangan lain yang datang. Apakah itu para bijuu?” Naruto mulai menerka-nerka. Ia sebenarnya ingin menyusul ke lokasi-lokasi berasap itu, tapi ia jadi khawatir dengan Sakura. Ia melirik sejenak ke arah Sakura yang masih bertarung dengan Nekomata.
            “Aku tidak menyangka Madara melakukan serangan terpisah seperti ini. Apa yang ia inginkan?” Naruto tampak berpikir. Ia bisa saja mengaktifkan jurus Segel Empat Penjuru Mata Angin-nya, tapi ia harus memastikan bahwa semua bijuu sudah berada di sini. Matanya lalu kembali fokus pada Sakura.
            Sakura melompat dari dahan ke dahan untuk memancing Nekomata mengikuti ke mana ia pergi. “Tangkap aku kucing manis!” ia tampak menikmati pertarungan ini. Sakura seakan lupa bahwa ia sedang melawan seekor bijuu yang punya kekuatan menyeramkan.
            Sakura lalu melakukan salto yang cukup tinggi hingga ke langit. Kemudian ia turun dengan kecepatan tinggi dan menendang Nekomata di bagian dahinya.
            Nekomata kembali terjerembab ke tanah.
            Namun Sakura tidak membiarkan bijuu itu bangkit. Ia ingin membuatnya tidur secepat mungkin. Maka dari itu, ia pun mengeluarkan empat botol obat tidur manjur yang ada di kantong kunainya.
            Nekomata kemudian menyerang Sakura dengan cakarannya.
            “Whoaaa!” Sakura berhasil menghindar dengan melompat ke belakang. “Hampir saja.”
            Kushina juga tetap berdiri di pijakannya. Ia memercayakan Sakura melawan Nekomata. “Mungkin ia melakukannya agar bijuu-bijuu itu tidak dapat disegel di satu tempat. Maka dari itu ia menurunkannya di tempat yang berbeda.”
            “Aku sudah meminta Chouji membentuk pola segel di bawah tanah mencakup seluruh Konoha. Jadi, sepertinya bukan itu alasannya, Kaa-sama,” entah mengapa pikiran buruk terus berkecamuk di kepala Naruto. Ia membenci hal ini. Ia punya kekuatan yang lebih hebat dari sebelumnya, tapi ia belum mengenal lawannya yang terkenal licik itu.
            Sementara itu Sakura mulai melompat setinggi-tingginya. Ia punya rencana yang cukup bagus, meski sebenarnya terbilang berbahaya. Ia pun tersenyum penuh kemenangan tatkala Nekomata membuka mulutnya lebar-lebar hendak menembakkan bola api biru yang panasnya tidak diragukan lagi. “Selamat tidur!”
            Sakura melesat cepat ke arah Nekomata dan melemparkan empat botol obat tidurnya ke dalam mulut bijuu itu.
            Nekomata pun tidak jadi menyerang Sakura dan terbatuk-batuk. Seketika itu pula ia pingsan dengan kaki di atas dan punggungnya ada di bawah.
            Sakura yang melihatnya jadi gemas sendiri. “Lucunya!”
            Naruto memperhatikan ekspresi Sakura yang tampak polos itu. Ia jadi ikut tersenyum. “Ada-ada saja.”
            Kushina melirik Naruto dengan wajah seriusnya. Kemudian ia ikut tersenyum. “Kalau begitu kita tidak boleh lengah sedikit pun. Jangan sampai ia menyatukan para bijuu itu hingga berubah ke wujud aslinya.”
          Naruto mengangguk. “Aku mengerti—eh?” ia terkejut ketika tiba-tiba berpindah ke tempat bersalju. “Aakkk!” Naruto terpental hingga melayang ke udara akibat tendangan dahsyat itu. “Siapa?!” ia lalu memperhatikan bayangan hitam melesat di atasnya. “Madara?” Namun seketika itu pula, sebuah bola api raksasa menyerangnya dari belakang. “Kau tidak punya jurus lain, hah? Aku bosan berhadapan dengan bola api ini terus!”
            Naruto secepat kilat melakukan salto dan menyemburkan angin besar dari mulutnya pada bola api itu. Apinya semakin membesar, tapi karena serangan Naruto itu bola apinya jadi jatuh ke tumpukan salju yang begitu tebal dan padam seketika.
            Naruto lantas berpijak di atas saljunya. Matanya menajam menatap Madara yang ada di depannya. “Kau… yang memindahkanku ke sini? Bagaimana bisa?”
            “Heh, Bocah Sialan. Jangan meremehkanku. Bagaimanapun darah Uzumaki juga mengalir di tubuhku. Kau pikir cuma kau saja yang bisa pindah tempat seenaknya?”
            Tangan Naruto mengepal. Ia lalu hendak berpindah ke dimensi lain, tapi tiba-tiba Madara sudah berada di hadapannya.
            “Jangan kabur!” Madara meninju Naruto dengan kuat.
            Namun Naruto menangkisnya dengan satu tangan. Ia lalu meninju rahang Madara dan berhasil membuat musuhnya mundur, tapi ini belum berakhir, ia lompat tinggi-tinggi dan menendang Madara hingga terpelanting ke tumpukan salju.
            Naruto berniat akan menghabisi Madara saat ini juga. “Apa yang kau rencanakan?! Kau berniat menjauhkanku dari Konoha, kan?!”
            Madara lalu berdiri perlahan dan meludahkan darah yang ada di mulutnya. Ia menyeringai. “Pokoknya kita selesaikan urusan di antara kita. Aku sangat membutuhkan Kyuubi yang ada di perutmu itu.”
            “Hh, langkahi dulu mayatku!” Naruto lalu melesat cepat ke arah Madara.
            Mereka pun adu kemampuan taijutsu.
            Naruto meninju bagian perut Madara, tapi Madara mampu menghalaunya dan menarik tangan Naruto dengan cepat.
            Madara berniat mencekik leher Naruto. Namun Naruto tidak tinggal diam, ia menepis tangan Madara itu dengan tangan kanannya. Tangan kirinya yang bebas pun memukul dada Madara kuat-kuat hingga ia mundur beberapa meter.
            “Kau yang akan kuhabisi di sini!” Naruto melesat cepat ke arah Madara. Ia kemudian mengeluarkan rasengan.
            “Hei, kau sebenarnya mau ke mana?”
            Naruto terkesiap ketika menyadari Madara ada di belakangnya. “Ugh!” Ia pun sengaja menghilangkan rasengan dan menjatuhkan  dirinya ke salju. Tangan kanannya yang berpijak pada salju menumpu seluruh badan. Kemudian ia menghadiahi Madara dengan tendangan tiba-tiba di bagian perut.
            Naruto berhasil membuat Madara mundur. Kemudian yang ia lakukan selanjutnya adalah menyerangnya kembali dengan jurus andalannya. “Rasengan!” ia terkesiap ketika tubuhnya malah menembus tubuh Madara. “Kurang ajar.”
            Naruto paham untuk bertarung jarak dekat dengan Madara itu sangat sulit. “Jadi harus bertarung jarak jauh ya? Baiklah.”
            “Aku tidak akan membiarkanmu hidup, Naruto. Tidak akan kubiarkan kau menyegel bijuu-bijuu kesayanganku,” ujar Madara. Sharingan-nya kian menyala.
            Naruto membentuk tiga segel di tangannya. Kemudian ia melemparkan ratusan kunai pada Madara. Ia melemparkannya dari segala arah.
            Madara pun menangkisnya dengan susah-payah. Ia bersalto dan menghindari serangan kunai yang banyak itu dengan lincah.
            Melihat kesempatan ini Naruto segera melakukan hal yang ingin ia lakukan. Serangan tadi sebenarnya hanya agar melemahkan fokus Madara. Dengan kekuatannya, ia berhasil pindah tempat ke Konoha dalam sekejap, tapi yang Naruto lihat selanjutnya seketika membuatnya putus asa.
            “A-aku tidak salah tempat, kan?” Naruto tercenung memandang ke sekitarnya. Matanya membesar dua kali lipat.
            Seluruh Konoha dilalap api yang membumbung hingga mencapai langit-langit. Hanya warna merah yang bisa ia lihat. Tubuhnya mengeluarkan peluh yang cukup banyak tatkala menyadari mayat dengan tubuh hangus bergelimpangan di tanah. “Bagaimana bisa? A-aku hanya menjauh sebentar saja kan tadi?”
            Mata Naruto membesar ketika melihat Sakura yang terkapar di atas tanah. Di mulutnya begitu banyak bercak darah. “Ti-tidak mungkin.”
            Apa yang sebenarnya terjadi?
            Bersambung….
           
           
           

           





[1] Kuburan hidup

Share:

1 komentar

  1. Cuman mau ngasih tau kaka klo ini fanfic indonesia ke 2 yang aku baca. Cuman mau cerita sihh

    Dulu cuma bocil umur sekitar 7-8 tahun (sekarang sma kls 1) yg gk terima klo naruto itu sama hinata trus aku cari dong di google naruxsakura lah ketemu fanfic indonesia pertama dan itu lemon gila anak kecil 7 tahun udah tau lemon ck ck ck yaa di fanfic itu singkat aja naruto bakal nikah sama sakura lah sakuranya sebelum itu malah 4646 sama sasuke baru nikah besoknya sama naruto itu juga baca cerita ntr pertama
    Lalu setelah bacanya tamat ketemu fanfic kakak fanfic kakak adalah fanfic adventure naruto pertama yang aku baca
    Dan aku cuma inget nama kakak karena paling unik coba liat nama penulis naruto lain keren tapi mainstream sedangkan kakak unik. Yah mungkin kakak nanya kok malah cerita gk jelas sih, kok aku malah liatin cerita anak sma yg gaje, ya aku cuma mau ngungukapin isi hati aku aja yg mau terima kasih sama kakak yang udah kenalin aku ke dunia fanfiksi naruto. Aku lanjut cerita ya aku ini pemalu mungkin karena aku kakak di blogspot sepi jadinya enggak.

    Jadi tadi (jam 22.00+ sekarang idah jam 23.00 dan ini tanggal 21 november klo kakak penasaran) aku lagi bosen di webnovel karena lagi nunggu update cerita lain trus inget fanfiction.net yang udah lama aku tinggalin aku juga sempet bernostalgia trus keinget kakak ya aku cari dong blognya dan ketemulah blog sepi tanpa pengunjung wk wk yaa itu aja sih makasih banyak ya kak

    ReplyDelete