Naruto Fanfiksi: Menjemputmu Dalam Maut

Menjemputmu Dalam Maut
Naruto © Masashi Kishimoto
Warning: Canon. Romance/Hurt/Comfort. Song fiction. Spoiler Naruto Chapter 511.
Pairing: Yahiko/Konan

Terinspirasi dari Naruto chapter 510 kemarin.
Amegakure…
Suram pesonanya di siang hari. Sepi seakan mati suri tanpa ada kehidupannya yang berarti. Bersembunyi dalam ketakutan, bersanding dengan kejahatan yang setiap saat menghantui. Bisa menyerang sewaktu-waktu tanpa diketahui.
Deraian hujannya turun ke bumi. Lautan biru terbentang dengan rela menerima persembahan dari langit. Suara-suara memanggil di tengah-tengah kesepian, beranjak meminta pergi menyusuri awan kenangan.
Konan. Memandang dirinya ke hamparan langit luas di atas. Ia mengapung di antara rona-rona kesepian yang menggerogoti tubuhnya hingga terasa dingin. Dia sendiri… Tubuhnya remuk-redam akibat dari serangan Uchiha Madara. Ia ingin berlari, menghentikan Uchiha tua itu mengambil apa yang bukan miliknya. Namun apa daya, tangan saja tak mampu ia gerakkan.
Dalam hati ia merutuki dirinya sendiri. Jadi seperti inikah akhir hayatnya? Terapung tak berdaya menunggu malaikat maut menjemput.
Konan sedang menunggu detik-detik menjelang ajalnya. Rasa takut dan was was kini menghantui. Setelah mati nanti, kemanakah dia akan pergi? Surga atau neraka, Konan tak peduli, yang inginkan hanyalah ia dapat bertemu dengan orang-orang berharga semasa hidupnya dulu.
Nagato. Konan berharap dapat bertemu dengan teman se-timnya itu. Meminta maaf karena tidak berhasil menjaga jasadnya dari cengkraman Uchiha Madara. Si pengguna sharingan berhasil mendapatkan apa yang dia mau.
Lalu, kalau bisa Konan juga ingin sekali bertemu dengan Jiraiya. Ia sempat membelot, terjebak dalam jalan gelap yang sama sekali tidak Jiraiya ajarkan. Sebuah ideologi yang ia dapat karena pengalamannya sendiri. Kepedihan, kematian, dan keputusasaan…semua hal menyakitkan yang menjadikan Konan sebagai wanita yang dingin. Ia ingin meminta maaf atas kekeliruannya pada Jiraiya.
Dan juga Yahiko, sahabat kecilnya sekaligus cinta matinya. Terlalu singkat masa-masa bersama mereka dulu. Mereka terjebak dalam penjara menyengsarakan bernama peperangan. Mereka terlibat dalam peperangan tiada akhir yang melanda desa mereka dalam waktu yang sangat lama.
Tak ada waktu untuk berkasih-kasihan. Yang ada hanya misi, misi, dan misi. Walaupun begitu Konan tetap bersyukur kalau ia dan Yahiko memiliki perasaan yang sama. Rasa cinta yang tumbuh karena kebersamaan. Peperangan, luka, dan kematian, tidak menghalangi mereka untuk melampiaskan perasaan yang bergejolak dalam hati. Mereka juga sempat membagi rasa cinta lewat sentuhan bibi mereka.
Tapi setidaknya…Konan ingin bisa bertemu dengan Yahiko lagi. Bersama-sama dengan Nagato lagi, membentuk tim seperti dulu. Walau mungkin keadaannya nanti akan berbeda dari yang sudah-sudah. Dan kalau bisa juga, mereka berkumpul lagi dengan Jiraiya-sensei.
Sekarang Konan tak khawatir, hatinya tak lagi gundah gulana. Dia tak meninggalkan penyesalan ketika nyawanya dicabut nanti. Misi menciptakan perdamaian dunia—yang Yahiko impi-impikan—akan dilanjutkan oleh seseorang yang menurutnya tepat untuk mengembannya.
Uzumaki Naruto. Ya, Uzumaki Naruto-lah orangnya.
Ia memiliki tekad baja seperti Yahiko. Semangat membara yang tak pernah mati walau malang melintang yang ia lalui. Mereka berdua begitu mirip-mirip, sampai-sampai Konan pada si blondie itu. Tapi tidak, sekali-sekali tidak. Ia sadar betul hanya ada Yahiko seorang di dalam hatinya.
Sedangkan soal kekuatan, Naruto memiliki kekuatan yang sama hebatnya dengan Nagato. Mungkin lebih…
Bisa disimpulkan Uzumaki Naruto adalah perpaduan antara Yahiko dan Nagato. Konan menyerahkan misi itu pada Naruto. Ia percaya penuh kepadanya karena ia adalah cahaya yang akan menciptakan perdamaian di muka bumi ini.
Tiba-tiba Konan merasakan aliran oksigen dalam pernafasannya berkurang, saatnya telah tiba. Ia tak mampu mendeskripsikan bagaimana rasanya roh terlepas dari raganya sendiri. Semuanya tampak gelap, hingga ia menyadari tubuhnya melayang-layang di udara. Ia perhatikan raganya di depan sana. Konan menatapnya tanpa ekspresi.
Ini bukan akhir dari segalanya ‘kan?
Matahari kemudian menampakan indah cahayanya di ufuk timur. Hujan telah berhenti, ia yakin suatu saat nanti desa ini tak akan menangis lagi.
Tak perlu ada yang disesali. Kenangan-kenangan yang ada akan Konan jadikan pelajaran, bahwa kehidupan adalah anugrah yang tak ternilai harganya. Ya, dia akan pergi dan tak ‘kan kembali.
“Konan.”
Konan menyadari ada seseorang yang memanggil namanya. Ia pun menoleh kepadanya, matanya  terbuka lebar ketika ia melihat sosok yang menyapanya. “Ya—Yahiko…”
O hisashiburi de ne, Konan,” ucap Yahiko sembari menunjukkan seulas senyuman nyentriknya pada gadis berambut ungu itu.
“Ya—Yahiko!” Konan lantas menjatuhkan tubuhnya ke dalam pelukan Yahiko. Pemuda itu dengan senang hati menyambutnya. “I—Ini kenyataan ‘kan?” Tanya Konan mengkonfirmasi. Ia menyentuh dengan lembut wajah Yahiko dengan kedua tangannya.
“Ya, Konan. Kau sangat lama sampai di tempat kami, jadi aku datang untuk menjemputmu. Nagato dan Jiraiya-sensei telah menunggu.”
“Nagato dan Jiraiya-sensei? Ma—Maksudmu…?”
Yahiko tertawa kecil. “Kita akan berkumpul lagi bersama mereka, Konan.”
“Be—Benarkah?”
“Maka dari itu kita harus meninggalkan tempat ini, tugas kita telah selesai. Tak perlu ada yang dikhawatirkan. Aku juga percaya pada apa yang kau percaya,” ucap Yahiko sembari melontarkan cengirannya pada si penyuka origami itu.
“Ja—Jadi… Kau mengetahuinya?”
“Ya, aku percaya pada Uzumaki Naruto.”
Perlahan tampak setitik air mata yang berlinangan dari mata Konan, lama-lama deras seperti air yang turun dari jeram-jeram kecil di pegunungan. Ia tertunduk lesu.
Yahiko yang mentadari hal itu segera menghapus airmata Konan dengan kedua tangannya. “Tak perlu menyesalinya, Konan. Jadikanlah pengalaman-pengalamanmu kemarin sebagai pelajaran. Diberi kesempatan hidup pun adalah anugrah yang tak ternilai harganya, Konan. Aku tak pernah menyesal mati untuk melindungimu. Untuk melindungi Nagato juga.”
Konan lantas menyebamkan kepalanya di dada bidang Yahiko. ”Aku bersyukur bisa bertemu lagi denganmu Yahiko.”
Ore mo,” ujar Yahiko sembari membelai rambut violet Konan. Ia lalu melepas pelukannya pada gadis ”Ikutsu, Konan. Jiraiya-sensei dan Nagato sedang menunggu kita,” ucapnya lembut.
”Ha—Hai.”
Maut... Tak ada satu pun manusia yang lolos dari jeratannya.
Tapi tak sepatutnya manusia takut akan kesendirian yang akan menimpa mereka ketika hari itu menghampiri tanpa terlebih dahulu mengkonfirmasi.
Karena...kematian bukanlah akhir dari sebuah kehidupan yang tak berarti.
Karenanya aku menjemputmu di kala maut  menenggelamimu tanpa kau tahu kemanakah kau akan menyelam.

THE END
Pengumuman! Fanfiksi multichapterku yang Shinjitsu No Uta dan Kembalinya Klan Peri Klan Uzumaki masih dalam tahap pengerjaan. Aku juga sedang dalam masa mau UTS, jadi harap maklum ya kalau updatenya lama sekali ^^a  
Nanti juga bakal ada fanfiksi short multichapter buat ultah Naruto, ditunggu saja ya.
Terima kasih buat para pembaca ^^

Share:

1 komentar