[Review Film Bollywood] Black

Assalammu’alaikum, Guys.
            Saya kembali mereview film yang baru saya tonton liburan Lebaran kemarin. Pada dasarnya saya memang suka film Bollywood, harus saya akui meski kadang ceritanya drama banget, tapi tetep ngena di hati :’).
            Film Black ini keluar tahun 2005. Saya tahu film ini karena yang nggak sengaja nemu di IMDB. Ratingnya cukup tinggi, 8 ke atas. Pas saya nonton filmnya, saya pun merasa nggak heran kenapa filmnya dapet rating bagus, ternyata ceritanya juga bagus.
http://www.filmapia.com/
            Ini info tentang film Black:
            IMDB Rating: 8,3
            Sutradara : Sanjay Leela Bansali
            Pemain : Amitabh Bachchan, Rani Mukerji, Shernaz Patel
            Jadi, film ini mengisahkan tentang Michelle, si anak bisu, tuli, dan buta. Bagi Michelle dunia itu cuma satu, yaitu hitam. Orangtuanya kesulitan mengurus dia seperti anak normal lainnya. Ayahnya seorang yang sibuk bekerja, mereka sebenarnya keluarga kaya. Namun Michelle diurus sendiri oleh ibunya, kadang dibantu oleh PRT, tapi itu juga tidak banyak menolong.
            Michelle kecil tumbuh jadi anak yang nakal. Kalau lagi makan dia nggak bisa diam. Malah berkeliling meja makan yang panjang dan ngambil makanan orang-orang yang sedang makan juga di sana. Pernah dia juga nggak sengaja menjatuhkan lilin yang ada di meja makan, dan lilinnya pun membakar taplak sampai menimbulkan api besar.
            Michelle semakin lama menjadi semakin nggak kekontrol. Akhirnya orangtuanya pun memanggil seorang guru yang dapat mengajari Michelle, setidaknya menjadikan Michelle bisa hidup secara normal. Namanya Pak Sahai, dia adalah lelaki yang galak, terus pemabuk. Dia adalah mantan guru di sebuah sekolah, namun sepertinya ia tidak mengajar lagi di sekolah itu. Atau sekolahnya yang memang sudah bubar.
            Pertama kali tiba di rumah Michelle, Pak Sahai langsung kesal melihat Michelle di bajunya digantungi sebuah lonceng. Hal ini menurut orangtuanya dilakukan agar mereka tahu Michelle berada di mana, sehingga mereka nggak kehilangan jejak. Pak Sahai pun membuang lonceng itu dan mengatakan tidak sepantasnya Michelle diberi tanda seperti binatang. Setelah mempelajari perilaku Michelle, Pak Sahai paham Michelle memang buta, tuli, dan bisu, namun otaknya berjalan seperti orang pada umumnya. Ia hanya perlu didisiplinkan.
            Pas saya nonton film ini saya jadi ingat novel Tere Liye yang judulnya Moga Bunda Disayang Allah, ceritanya nyaris mirip. Cuma pas lihat tanggal lirisnya, sudah pasti Bang Tere nulis novel itu terinspirasi dari film ini.
            Akhirnya Michelle pun bisa berkomunikasi, hidupnya pun lebih teratur. Ia jadi mengerti benda-benda dan bisa berkomunikasi pakai bahasa isyarat dengan orang-orang terdekatnya. Michelle juga nggak malu untuk tampil di depan umum.
          Sampai Michelle berumur kepala dua, ia masuk kuliah umum dan Pak Sahai bersedia mendampingi agar Michelle bisa dengan mudah menangkap apa yang diajarkan dosennya. Sayangnya Michelle memang tidak mudah mengikuti pembelajaran di sana, selama dua tahun berturut-turut ia gagal lulus di semua mata pelajaran dan harus mengulang di tahun berikutnya.
            Yang lebih membuat miris, pas Pak Sahai yang semakin tua mulai terlihat memiliki Alzheimer. Pak Sahai lalu memutuskan pergi dari hidup Michelle. Dari sana Michelle pun terus mencari Pak Sahai. Ending-nya nggak sampai disitu kok, masih panjang dari yang saya ceritakan. Saya cerita segini aja biar nggak terlalu spoiler hoho.

            Film ini sedih sih, walau saya nggak nangis, mungkin karena saya nontonnya lagi kekenyangan habis makan besar :’D. Terus nggak ada joget-joget ala India dan nyanyi yang lama. Jarang banget ketemu guru kayak Pak Sahai, yang bersedia mendampingi muridnya hingga jenjang kuliah. Pak Sahai memang sangat berjasa sekali mengubah hidup Michelle.

Share:

0 komentar