Naruto Fanfiksi: Yume
Yume
Naruto © Masashi
Kishimoto
Warning: Romance. Rated T. Canon. Alternate Reality. Fluff.
Characters:
Uzumaki Naruto dan Haruno Sakura
.
.
Mimpi….
Instrumen kehidupan yang mengalun indah menemani langkah kakiku. Menapaki
hara-hara berliku yang akhirnya masih misteri. Karena tanpa mimpi aku merasa
hampa. Seumpama makhluk hidup yang mati rasa.
“Hei, Sakura-chan.”
“Hm…?”
“Kau bahagia?”
“Memangnya kenapa? Tentu saja aku bahagia.”
Siang itu, di atas bukit paling tinggi Konohagakure.
Tak jauh dari pusat desa. Hanya saja tempatnya memang cukup terpencil. Tak
banyak yang berkunjung. Karena bukit itu adalah tempat rahasia mereka berdua.
Uzumaki Naruto dan Haruno Sakura. Hokage dan kepala
tim medis Konohagakure, diam-diam selalu bertemu setiap hari di sini.
Karena tanggung jawab mereka sangatlah besar.
Menyebabkan mereka jarang bertemu di sela-sela pekerjaan. Pun jika bertemu itu
hanya sebentar. Sekadar menyelesaikan urusan desa yang tak ada habisnya.
Siang itu adalah waktu yang tepat, karena ada waktu istirahat
sekitar 30 menit.
“Kau yakin?” tanya Naruto pada
kekasihnya itu.
Mereka berbaring bersebelahan. Beralaskan rumput
hijau, atapnya adalah pohon rindang. Seperti biasa, mereka selalu ada topik
untuk dibicarakan.
Sakura membalikkan tubuhnya ke samping, menatap Naruto
yang biru matanya sedang menyambangi langit. “Memangnya aku kelihatan tak bahagia?”
Naruto menoleh pada gadis di sebelahnya itu. Safir dan
zamrud pun beradu. Lantas senyuman kecil mengembang dari bibir tipisnya. “Tidak
juga sih.”
“Lalu mengapa menanyakan itu?”
“Apakah kau merasa semua ini sudah cukup?”
“Maksudmu?” tanya Sakura yang tetap dalam posisinya.
Sedangkan Naruto kembali menatap langit. Ekspresinya
nyaris seperti Shikamaru.
Ya, akhirnya kedamaian di dunia shinobi pun tercipta juga. Perang itu telah mereka menangkan. Meski
beribu jiwa terbuang, beribu liter darah tumpah di sana-sini. Tapi semua bisa
menerimanya. Karena mereka mengerti bahwa tak ada yang sia-sia dari setiap
pengorbanan itu.
Kembalinya Sasuke ke Konoha, dan menjadi Hokage termuda
dalam sejarah Konohagakure, akhirnya Naruto bisa mewujudkan mimpi-mimpi itu.
Meski dengan segala daya upaya yang bukan main beratnya. Yang jelas ia
berhasil. Ia mampu mewujudkannya.
Setelahnya, ia memang berhasil mendapatkan cinta Sakura.
Tapi Naruto tak merasa puas. Masih ada yang mengganjal di pikirannya. Ia coba
membagi kegundahannya itu pada Sakura. “Ini sudah masuk tahun kedua setelah
perang dunia shinobi keempat usai.
Sasuke sebentar lagi akan keluar dari penjara,” ujarnya datar.
Namun
mimpiku ada di langit. Menjulang tinggi. Sulit digapai dengan kekuatanku
sendiri. Karena sayap-sayapku terlanjur patah di perjalanan. Rasa pantang
menyerah itu memang tersimpan. Namun sudikah kau membantu mengumpulkannya kembali?
Sayap-sayap patahku.
“Lalu apa urusannya denganku?” tanya Sakura yang
semakin tak mengerti apa yang Naruto bicarakan.
“Kau tak bahagia jika Sasuke keluar dari penjara?”
Lekas Naruto bertanya lagi pada gadis berambut pink itu. Suaranya tegas,
seperti mengharapkan kejujuran.
Alis Sakura terangkat. Bahagia dan Sasuke. Ia pun
mengerti apa yang Naruto maksud. Jadi dia
masih berpikir seperti itu? “Tentu saja, Naruto. Kau juga pasti bahagia, kan?”
“Haah, tentu saja, Sakura-chan. Tapi kita berbeda persepsi.”
Sakura pun duduk dari rebahannya. Tampaknya pembicaraan
ini akan menuju ke pembicaraan yang serius. “Apanya yang berbeda?”
Naruto membalikkan tubuhnya ke samping, sehingga ia
membelakangi Sakura. “Aku rasa kau juga mengetahuinya, Sasuke nampaknya
mencintaimu.”
Sakura terhenyak. Sebenarnya ia tak suka topik ini.
Terlalu sensitif. Meski ia mengerti Naruto juga manusia biasa. Yang kadang
memiliki rasa takut akan kehilangan seseorang yang penting baginya. “Lalu kalau
dia mencintaiku memangnya kenapa?”
“Kalau dia mencintaimu. Itu berarti kau akan menikah
dengannya, karena kau juga pernah mencintainya.
Bukankah itu mimpimu? Lalu tentunya kau akan merasa bahagia. Bagaimana pun dia
adalah cinta pertamamu.”
Entah mengapa Sakura malah tertawa mendengar pernyataan
Naruto itu. Jujur sekali Hokage satu ini.
“Kok tertawa?” tanya Naruto dengan wajah masam.
“Kau terlalu banyak berspekulasi, Naruto. Dan menurutku,
kau ini sok tahu,” ujar Sakura frontal. Selama menjalin hubungan ini, ternyata
Naruto masih belum seratus persen mempercayainya. “Dia memang cinta pertamaku,
tapi bukan berarti yang terakhir. Kau masih belum mempercayaiku juga?” tanya
Sakura ketus.
Akhirnya Naruto pun memutuskan untuk duduk juga. Ia
sekarang menghadap ke Sakura. “Dengan semua yang telah terjadi sekarang, kau
sudah merasa puas? Jadi kau tak ingin menikah dengan Sasuke?”
“Naruto, tak usah bertele-tele. Sebenarnya apa yang
ingin kau katakan padaku?” Akhirnya Sakura bertanya demikian. Lama-lama ia
jengkel juga dengan kecemburuan kekasihnya itu.
Memang tak dipungkiri, lambat laun Sakura pandai
membaca pikiran Naruto. Dulu memang tak begitu. Tapi sekarang berbeda. Mereka
sudah memiliki ikatan yang kuat untuk saling memahami.
Naruto lantas memakai jubah Hokagenya lagi. Ia sudah
bersiap-siap mau pergi dari sana. Jam istirahat sudah hampir habis. Tapi
sebelum itu…. “Kurasa kau pun mengetahuinya Sakura-chan. Aku memiliki banyak mimpi. Semuanya memang sudah kucapai,
meski kulalui dengan jalan panjang yang berliku. Tapi sebenarnya masih ada satu
mimpiku yang belum tercapai.”
Sakura pun penasaran dibuatnya. “Apa?”
Namun Naruto belum mau menjawab. Ia pun mengalihkan
pembicaraan. “Apa kau tak merasa udara di sini semakin lama semakin panas,
Sakura-chan?”
Dahi Sakura mengerut, ia tak mengerti apa yang Naruto
rencanakan, tapi ia memutuskan untuk mengikuti permainannya. Ia pun mengangguk
pelan.
Naruto lalu mendekatkan dirinya lebih ke depan Sakura,
duduk di sana. Mereka kini saling berhadapan. “Kau mau kubuatkan angin?”
“Boleh saja,” jawab Sakura tanpa ragu.
Naruto tersenyum. “Baiklah.” Ia lalu menaikkan tangan
kanannya sehingga berada tepat di tengah-tengah ia dan Sakura. “Fuuton: Rasengan,” ujarnya sembari
berbisik.
Rupanya Naruto membuat rasengan kecil, ditambahi dengan elemen angin. Sakura mulai
merasakan sejuk di sekitarnya.
“Supaya lebih indah kau tambahkan jurusmu, Sakura-chan,” bisik Naruto.
Sakura menatap Hokage termuda itu sebentar. Jurus yang
mana, ia mengetahuinya. Karena ia dan Naruto sering memadukan jurus itu
bersama-sama. Tujuannya seperti kata Naruto, agar suasananya menjadi lebih
indah.
“Sakura sae no
jutsu (Jurus bunga sakura berguguran).” Kemudian kelopak-kelopak bunga
Sakura muncul dari telapak tangan kanan Sakura. Warnanya cerah, persis seperti
warna rambutnya. Kelopak bunga Sakura itu berputar tak beraturan mengelilingi rasengan kecil Naruto.
Mereka dibuat asyik dengan pemandangan yang ada di
depannya. Kelopak bunga Sakura berputar menari mengitari rasengan. Dua insan yang menciptanya, saling menatap, saling
tersenyum lembut. Menikmati angin membelai tubuh mereka, menjadikannya sejuk
seperti berada di dataran tinggi.
Tersadar tubuh mereka begitu dekat. Dahi dan hidung
nyaris bersentuhan. Ingin menghindar, tapi apa boleh buat, enggan lebih
menguasai. Kadung nyaman dengan posisi masing-masing.
Duhai,
Langit. Mimpiku. Bawa saja aku ke sana. Jikalau kau enggan membantuku
mengumpulkan sayapku, cukup ulurkan tanganmu saja. Aku masih mengharapkanmu. Aku
masih memperjuangkanmu.
Melihat Sakura nampak hanyut akan suasana, Naruto pun
membuat inisiatif lain. Ia tambahkan chakra Kyuubi sedikit ke rasengan-nya. Menjadikannya berwarna
jingga kemerah-merahan, nyaris seperti api. Tapi tak membakar kelopak bunga
Sakura itu karena yang dikeluarkan tetaplah hawa dingin.
Naruto pun melepaskan rasengan itu dari tangannya. Ia berputar-putar melayang di udara, tapi
masih berada di antara Naruto dan Sakura. Lantas dengan jari telunjuknya, ia
membentuk simbol hati di rasengan
tersebut. Kemudian…
BLASS!
Rasengan yang diselimuti kelopak bunga Sakura itu akhirnya
berubah bentuk menjadi hati. Menimbulkan percikan kecil. Warna jingga dan merah
jambu bersatu padu. Menciptakan pesona baru yang lebih cerah dan elegan. Karena
keduanya sama-sama terang.
Mengapa kau
begitu mengasakanku, tanyamu… Kujawab, sudah kubilang kau adalah mimpiku. Yang
belum kesampaian…
Senyuman Sakura semakin mengembang ketika melihat
keindahan itu.
“Mimpiku itu…yang belum tercapai. Adalah kau…,” ujar
Naruto perlahan namun jelas terdengar. Tiba-tiba rasengan itu menghilang di
tangan Naruto. Sebentar ia mengatupnya kuat-kuat. Kemudian ia membuka tangannya
lagi. Tahu-tahu muncul cincin emas bermata batu scarlet dari sana.
Sakura mematung, menatap cincin itu sesaat. Tak
percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Jadi…
“Maukah kau jadi teman hidup—”
“Baka!” belum selesai Naruto bicara,
Sakura sudah memeluknya sampai terpelanting ke tanah. Ia berada di atas,
sedangkan Naruto di bawah.
“Aduh!” teriak Naruto kesakitan, tapi juga tertawa.
Tak percaya reaksi Sakura bakal seperti ini.
“Kau ini. Jika ingin melamarku kau tak perlu
membawa-bawa Sasuke!” teriak Sakura sembari menyubit pipi Naruto.
“Hehehe. Aku hanya ingin menjahilimu. Aku percaya kau
sepenuhnya kok.”
Sakura pun menatap lekat-lekat pemilik mata biru
langit itu. Tanpa ragu kemudian ia mencumbu bibir Naruto dengan cepat. “Jadi
begitu? Aku ini termasuk mimpimu? Mengapa bisa begitu?”
“Boku no sekai
no subete datta dakara (Karena kau adalah segalanya bagiku),” jawab Naruto
mantap.
Karena kau,
Langitku. Adalah segalanya bagiku…
Dan Sakura pun mengerti, ia langsung mengatakan ya
tanpa harus berpikir selama berhari-hari.
.
.
The End
Tags:
Fanfiksi
0 komentar