Aufklärung: Save Me, Please
Aufklärung: Save Me, Please
Naruto © Masashi Kishimoto
Warning: Rated T. AU.
Romance/Spiritual. Naruto and Sakura.
Based on the movie “Langit Ketujuh,
directed by Rudi Soedjarwo”
.
~saat
cinta bertemu di dunia yang berbeda~
.
Hola,
ini fic baru Elven. Seperti biasa
idenya sama sekali tidak original, makanya Elven kasih sumber dari mana Elven
dapat ide. Kalau original biasanya malah pengen Elven bikin novel hehe. Oh ya
Elven kasih genre-nya spiritual. Bener nggak ya? Ada saran?
Selamat
membaca
.
.
Summary: Namikaze Naruto, seorang
otaku dan mangaka sukses yang
bersahaja, namun terkadang naif. Dan Haruno Sakura, seorang perempuan pintar
peraih penghargaan Miss Jepang, yang selalu merasa tidak puas dengan hidupnya
karena itu ia selalu mengejar penghargaan. Suatu ketika, mereka dijodohkan oleh
kedua orangtua mereka. Namun, ada sesuatu yang jahat yang membatalkan hari
tunangan mereka. Naruto pun mencoba menerima takdir jika Sakura akan mati
karena berhari-hari koma akibat kecelakaan parah yang dialaminya. Tapi yang ia
sadari berikutnya, roh Sakura mendatanginya untuk meminta pertolongan. Dan yang
Naruto sadari juga, hanya ia yang bisa melihat dan berbicara langsung dengan
Sakura. Lalu apa yang akan Naruto lakukan? Karena ia juga sangat ketakutan….
Prolog
.
.
Bau khas rumah sakit menusuk-nusuk
hidung Naruto hingga membuatnya mual. Sejak dulu ia benci dengan aroma rumah
sakit. Memang ia jarang sekali berada di rumah sakit. Tapi meski demikian ia
tidak mau beranjak dari sana sebelum menerima kejelasan. Ini begitu tiba-tiba
baginya. Ia juga tidak mengerti apa yang sedang terjadi sehingga menunggu
adalah hal yang sudah sepatutnya ia lakukan.
Hari ini hampir menjelang fajar. Seseorang
meneleponnya, bahwa calon istrinya Haruno Sakura masuk rumah sakit karena
kecelakaan. Dan ia langsung mengetahui dari suara di seberang jika yang
meneleponnya adalah Haruno Kizashi, calon mertuanya sendiri. Tanpa pikir
panjang, Naruto langsung tancap gas ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit Naruto
langsung menuju ke ruangan operasi. Di ruang tunggunya ia melihat Kizashi duduk
sembari tertunduk. Namun calon mertuanya hanya melihatnya sejenak lalu menunduk
lagi. Ia tidak mengatakan sepatah kata pun. Ia mendiamkan Naruto dalam waktu
yang cukup lama.
Naruto pun paham dan tidak
menanyakan apa-apa pada Kizashi. Ia tahu betul jika calon mertuanya itu sedang
syok berat menerima kenyataan ini. Terlebih Sakura adalah anak satu-satunya. Anak
yang akan mewarisi perusahaan Haruno Corporation.
Naruto tahu betul jika ia sangat menyayangi Sakura lebih dari apa pun.
Saat ini operasi pada Sakura sedang
berlangsung, entah kapan akan selesai. Namun Naruto memutuskan untuk menunggu
kepastian. Lagi pula ini adalah Haruno Sakura, seorang gadis yang sedang
berusaha dicintainya.
Sakura dan Naruto dijodohkan oleh
kedua orangtua mereka masing-masing. Dan seharusnya besok hari mereka akan
melangsungkan pertunangan. Undangan sudah disebar dan tentu saja akan
dibatalkan karena keadaannya memang tidak memungkinkan untuk melakukan
pertunangan.
Tak berapa lama, Kizashi dan Naruto
menyadari bahwa lampu tanda operasi berjalan telah mati. Itu artinya operasi
telah selesai dilaksanakan. Dokter yang mengenakan pakaian serba hijau pun
keluar dari dalam ruangan.
Sontak
Kizashi pun segera menghampirinya. “Bagaimana keadaan Sakura, Dok? Dia baik-baik
saja, kan? Dia akan segera sembuh, kan?”
Dokter
Tsunade pun membuka maskernya. “Tim dokter berhasil menutup luka parah yang ada
di kepalanya, namun saat ini anak Anda tidak sadarkan diri. Saya tidak bisa
memastikan kapan ia akan terbangun, tapi saya dan dokter lain akan berusaha
sekeras mungkin untuk menyelamatkan putri Anda,” jelasnya. Ia lalu permisi
karena masih ada pasien lain yang membutuhkan bantuannya.
Kizashi
pun tidak mengungkapkan apa-apa lagi. Ia melihat anak semata wayangnya di
pindahkan ke ruangan ICU untuk mendapatkan perawatan intensif. Lalu mengikuti
hingga berdiri di jendela ruangan ICU. Selain dokter dan suster dilarang masuk.
Saat ini Sakura belum diizinkan dijenguk secara langsung ke dalam ruangan.
Naruto
mengikuti dari belakang. Ia lalu berdiri di samping Kizashi. Matanya menatap
miris Sakura yang berada di dalam. Tubuh gadis itu dibalut perban di sana-sini.
Tampaknya kecelakaan yang Sakura alami cukup parah.
“Kizashi-san!” suara seseorang terdengar di
lorong ICU, orang itu berlari menuju Kizashi.
Sejurus
Kizashi menoleh ke sumber suara. Ia cukup mengenal sosok itu. Ia adalah mantan
pacar Sakura, Uchiha Sasuke.
“Bagaimana
keadaan, Sakura?” tanya Sasuke yang dari ekspresinya tersimpan kekhawatiran
yang besar.
Namun
Kizashi tak menjawabnya. Ia malah kembali menoleh pada Sakura yang terbaring
lemah di sana. “Apa Sakura malam ini ingin mengunjungimu?”
“Ya,
Kizashi-san,” jawab Sasuke
mengangguk. “Seharusnya aku menjemputnya sehingga tidak terjadi hal seperti
ini.”
Kizashi
lalu menatap Sasuke dengan garang. “Seharusnya Sakura tidak pernah
mengunjungimu. Apakah kau yang mengundangnya? Kau tidak tahu besok dia akan
bertunangan dengan Naruto?”
Naruto
yang mendengarnya pun terkejut. Jadi Sakura berniat kabur agar tidak jadi
bertunangan dengan dirinya?
“Tapi
Kizashi-san, Anda tahu betul jika
Sakura dan aku saling mencintai—”
“Pergi
dari sini! Jangan membuatku tambah pusing dengan omong kosongmu itu! Sakura
sudah memiliki calon suami, itu yang harus kau tahu!” potong Kizashi.
Sasuke
ingin mengutarakan sesuatu, tapi urung ia lakukan karena ia tidak ingin
menambah runyam masalah. Ia pun memutuskan pergi dari sana. Namun sebelum itu
ia menyadari Naruto sedang memandangnya dengan ekspresi datar. Ia pun membalas
pandangan Naruto dengan tatapan tajam. Mangaka
itu yang telah mengacaukan hubungannya dengan Sakura, gadis yang sangat
dicintainya.
Sementara
itu Naruto melihat Sasuke menghilang dari pandangannya. Ia tidak ada niat
merebut Sakura dari Sasuke kok, tapi permintaan ibunya ini tidak bisa ia tolak.
Ia memang masih berusaha mencintai Sakura.
“Naruto….”
“Ya, Kizashi-san?” panggilan Kizashi membuyarkan lamunan Naruto. akhirnya calon
mertuanya itu mengajaknya bicara juga.
“Maafkan aku jika besok
pertunangannya dibatalkan.”
Naruto mengangguk pelan. “Apa boleh buat,
Kizashi-san. Semua ini terjadi di
luar kendali kita.”
Kizashi sangat bersyukur memiliki
calon menantu yang pengertian. Sejak awal menjodohkan putrinya dengan anak
sahabatnya Namikaze Minato, ia tahu betul jika ia tidak salah pilih. Naruto dan
Sakura sudah ditakdirkan bersama, ia sangat yakin akan hal itu. Terlebih Naruto
adalah seorang mangaka sukses yang
karyanya sudah dikenal sampai ke mancanegara. “Untuk sementara waktu, jadwal
pertunangan belum bisa ditentukan kembali sampai Sakura sembuh total.”
Naruto kembali mengangguk. Sebenarnya
ia berharap jika pertunangannya dibatalkan saja. Ia tahu betul jika Sakura sama
sekali tidak mencintainya, dan ia sendiri menerima perjodohan itu karena
menghargai kemauan ayah dan ibunya. Tapi sepertinya ia masih harus menunggu
lebih lama lagi.
“Jika Sakura tidak bangun—”
“Jangan berkata seperti itu,
Kizashi-san,” potong Naruto
cepat-cepat. “Sakura pasti akan bangun dan sembuh seperti sedia kala.”
Kizashi pun mengangguk. Memang saat
ini ia butuh kata-kata yang dapat menenangkan pikirannya seperti itu.
.
o0o
.
Setelah
pulang dari rumah sakit, Naruto tidak langsung pulang ke rumahnya. Ia pergi ke
kaki gunung Fuji di Shizuoka. Ia berjalan di pinggir danau yang membentang luas
di sana. Kakinya melangkah ke satu tujuan, yaitu beberapa tangkai bunga mawar
yang ditanaminya di sana khusus untuk melamar Sakura. Ia memang tidak terlalu
mengenal Sakura. Setelah enam bulan masa pengenalan, ia memberanikan diri
melamar Sakura di tempat yang sangat indah itu. Ia memang belum begitu
mencintai Sakura, tapi setidaknya ia ingin menciptakan kenangan khusus.
Naruto mengetahui dari Kizashi jika
Sakura sangat menyukai bunga mawar, maka dari itu ia pun menanam sendiri bunga
mawar sampai tumbuh dengan subur di pinggir danau di dekat kaki Gunung Fuji
itu. Meski pada akhirnya Sakura sama sekali tidak terlalu bahagia; hanya sudi
mengambil mawar yang Naruto berikan padanya, tanpa mengucapkan jawaban ya atau
tidak. Tapi Naruto tahu setidaknya Sakura tidak menolak karena memang gadis itu
tidak bisa menolak. Sakura pasti juga menghargai kemauan ayahnya, meski berkali-kali
juga ia berusaha menunjukkan ia tidak ingin dijodohkan oleh Naruto.
Naruto menarik napas dalam-dalam
udara segar yang berada di sekitar sana. Ia lalu mengeluarkan buku sketsanya
dan mulai menggambar mawar yang tinggal tunasnya saja. Suatu hari jika tidak
rusak mawar itu akan kembali tumbuh dengan bunga yang baru. Tapi rasa-rasanya
ia akan bingung memberikannya kepada siapa. Tak lupa ia menambahkan danau dan
Gunung Fuji di sketsanya itu.
“Aku tidak masalah kok tidak
menikah. Yang penting aku bisa menggambar sampai akhir hayatku,” ujarnya. Kelihatan
naif memang, tapi begitulah sifat Namikaze Naruto. Ia selalu berusaha menerima
takdir yang sudah diguratkan Tuhan untuknya.
.
o0o
.
Haruno Sakura berlari-lari di
koridor rumah sakit. Ia tidak tahu ke mana akan pergi. Yang jelas ia ingin
meminta pertolongan. Kepada siapa? Ia masih terus mencari. Seluruh orang yang ada
di sana tidak menyadari keberadaannya. Yang jelas ia harus sesegera mungkin
mencari pertolongan karena ia tahu sedang berada dalam bahaya besar. Ia dapat
menembus benda-benda padat. Tadinya ia mengira bahwa ia sudah mati, tapi
sepertinya Tuhan berkehendak lain. Ia melihat layar EKG-nya sendiri yang masih
bergerak dinamis. Itu artinya ia masih memiliki kesempatan. Ia pun memutuskan
mencari pertolongan ke luar rumah sakit.
“Aku harus meminta bantuan Sasuke-kun. Semoga saja ia bisa melihatku,”
ucapnya penuh harap.
Bersambung
0 komentar