Fanfiksi Naruto: Shinjitsu no Uta


Shinjitsu no Uta
Naruto © Masashi Kishimoto
Thousand Night Love Song © Chieko Hara
Warning: AU. Rated T. Typos. Multichapters. Adventure/Romance.
Pairing: Sasuke dan Hinata.


Wanita terdiktum untuk direndahkan.
Barisan dogma itu sempat menyesatkanku pada hal-hal yang sebenarnya tak patut aku alami.
Dan aku tak membiarkan para lalim itu memukauku dengan kesesatan dunia fana yang hina ini.
Aku ingin menemukan diriku yang asli,
karena itu aku berani keluar dari sangkarku sendiri.
Membiarkan diriku terbang bebas tanpa harus mengikuti pranata kuno itu lagi.
Aku akan terus bernyanyi sampai menemukan kebenaran sejati.

.
.
Chapter 1
Putri yang Dibuang dan Pangeran Setengah Gila
.
.
            Kerajaan Hyuuga merupakan kerajaan yang menguasai sebagian kecil daerah Kinomoto yang masih berkembang. Tak ada yang istimewa dari kerajaan itu. Namun rakyatnya dapat hidup sejahtera dengan pendapatan per kapita yang tidak terlalu tinggi. Setidaknya…sebagian besar rakyatnya terbilang mampu.
Sayangnya, sebagian besar yang lain hidup di bawah garis kemiskinan. Hal ini adalah masalah utama yang sering terjadi di wilayah kerajaan Hyuuga. Tak ayal banyak wanita dan anak di bawah umur yang menjadi buruh kasar. Peminta-minta bertebaran di seluruh pelosok wilayah. Dan sedikit di antaranya menjadi pekerja seks komersial.
Sang raja, Hyuuga Hiashi, bukannya tidak tinggal diam dengan persoalan yang kian hari kian membuatnya pusing tujuh keliling. Ia memikirkan berbagai cara untuk mengurangi penurunan pendapatan daerah kerajaannya yang semakin merosot tajam. Dan lagi-lagi jalan keluarnya yang akan ia tempuh adalah ‘itu’. Karena lagi-lagi ia tidak tahu kemana lagi harus meminta pertolongan. Kebijakan-kebijakannya telah mencapai kuldesak, sehingga ia tak tahu lagi harus memperbaharui kebijakan itu dengan sebagaimana mestinya.
Keputusan terakhirnya, Raja Hiashi akan meminjam uang lagi pada kerajaan tetangga, kerajaan besar Uchiha.
Kerajaan Uchiha wilayahnya sangat makmur dan sejahtera. Daerah kekuasaan mereka lebih luas daripada kerajaan Hyuuga. Ikut dalam koloni kerajaan Namikaze, kerajaan terbesar di wilayah utara Kinomoto. Kerajaan yang sekarang di pimpin oleh seorang ratu karena rajanya mengalami sakit yang tak kunjung sembuh.
Nama ratu tersebut adalah Uchiha Mikoto. Ia menggantikan suaminya yang sering sakit untuk mengurusi seluruh persoalan kerajaan yang setiap hari membuatnya kelimpungan.
Sementara itu suaminya ditempatkan di daerah pedalaman yang sejuk dan damai. Ratu Mikoto mengunjungi suaminya setiap seminggu sekali dikarenakan kesibukannya.
Namun dengan tangan dingin sang ratu, rakyat kerajaan Uchiha hidup makmur dengan pendapatan yang tinggi di setiap tahunnya. Ia juga memiliki pertahanan keamanan yang tangguh.
Kerajaan Uchiha sudah terbiasa membantu kerajaan Hyuuga yang menjadi aliansi selama bertahun-tahun. Namun ada yang berbeda kali ini, sang ratu menginginkan pamrih sebagai tanda terima kasih kerajaan Hyuuga yang telah ia pinjamkan uang untuk memperbaiki masalah ekonomi wilayahnya.
Karena tak tahu harus membayar dengan apa, Raja Hiashi pun memberikan putri sulungnya pada kerajaan Uchiha untuk dijadikan pelayan pribadi pangeran kerajaan kaya itu. Dengan syarat putri itu akan tinggal selamanya di sana dan tak pernah kembali ke kerajaan Hyuuga.
Hiashi pun memberikan putri sulungnya, Hyuuga Hinata kepada Mikoto. Padahal sebenarnya Hinata adalah pewaris pertama kerajaan Hyuuga. Namun ayahnya itu meragukannya; ia tidak ingin seorang wanita yang memimpin kerajaan. Ia pun memutuskan untuk membuang anak sulungnya sendiri dikarenakan putrinya itu sangat jauh dari kriteria pemimpin yang diidamkannya. Alasan lain mengapa ia tak mau mengurusi Hinata lagi.
Hiashi lebih mempercayai keponakannya, Hyuuga Neji yang akan menggantikannya kelak. Walaupun Neji sudah berkali-kali menolaknya secara halus, namun sepertinya keputusan Hiashi telah tidak dapat diganggu gugat.
.
o0o
.
Raja Hiashi mengantar rombongan kerajaan Uchiha hingga gerbang utama. Ia kemudian menghadap Ratu Mikoto untuk memberikan salam perpisahan. “Terima kasih atas bantuannya, Baginda. Saya harap dengan kehadiran Hinata di tempat Anda bisa semakin mempererat tali persaudaraan kita.”
Mikoto membalasnya dengan tersenyum. “Sama-sama, Hiashi. Tak usah sungkan-sungkan. Kalau butuh bantuan datang saja ke tempatku,” ujarnya sembari mengipasi diri dengan kipas berornamen buah plum berwarna merah. Matanya memandang Hiashi dengan tatapan meremehkan.
Untungnya Hiashi tidak menyadari hal itu karena ia berpaling pada anak perempuannya yang sejak tadi tertunduk lesu. “Dan kau, Hinata. Jangan berbuat macam-macam yang merepotkan keluarga Uchiha. Jaga nama baik keluarga ini. Kau harus bisa hidup mandiri di umurmu yang ke 20 tahun.”
Hinata hanya mengangguk sembari menatap ayahnya dengan takut-takut. “A-Ayah, apa suatu s-saat aku bisa p-pulang?”
“Itu kalau Mikoto-sama mengizinkanmu,” ujar Hiashi dengan nada datar.
Hinata langsung termangu dan tak berani untuk memandang tatapan tajam ayahnya.
“Haha, Hinata. Tidak perlu takut, nanti ada Sasuke, anakku yang akan menemanimu. Umurnya juga sama denganmu, jadi aku rasa kalian bisa cepat akrab.” Mikoto mencoba menghibur Hinata dengan menyentuh bahu si putri yang pemalu itu. “Baiklah, Hiashi-sama. Kami permisi dulu.” Mikoto dan Hinata pun membungkukkan badan mereka sebelum masuk ke dalam kereta kuda kerajaan Uchiha.
Hiashi membalasnya dengan membungkukkan badan juga hingga Mikoto dan Hinata masuk ke dalam kereta.
Kereta pun akhirnya meninggalkan wilayah kerajaan Hyuuga secara perlahan. Hinata hanya bisa menatap kampung halamannya dari dalam. Ia merasa sedih dan kehilangan. Ia pasti akan sangat rindu dengan tempat ini. Namun dari lubuk hatinya yang terdalam, ia juga senang dapat pergi dari sangkar yang selama ini mengurungnya. Ia bertekad untuk terbang bebas sekarang.
Selama dalam perjalanan, Mikoto sangat ramah pada Hinata. Ia mengajaknya bercakap-cakap tentang segala hal. Dari soal kerajaan hingga persoalan wanita. Walau ia tahu alasan mengapa ayahnya memintanya untuk tinggal di kerajaan Uchiha, ia bersyukur bahwa Mikoto tidak seburuk yang ia kira.
Hinata merasa nyaman dengan sikap Mikoto yang sangat baik padanya. Ia berdoa semoga saja ia dapat cepat akrab dengan Sasuke, pangeran kerajaan Uchiha yang akan ia layani nanti. Mengingat ia paling tidak pintar bergaul, tapi setidaknya ia ingin belajar.
Akhirnya setelah tiga jam perjalanan, mereka sampai di tempat tujuan. Kereta kuda itu pun berhenti di depan pintu masuk bangunan kerajaan Uchiha yang sangat besar.
Hinata dengan hati-hati menapakkan kakinya ke tanah. Ia mengangkat sedikit  kimono biru muda yang ia pakai.
Matanya lalu tidak pernah luput dari bangunan kerjaan Uchiha yang berdiri di hadapannya. Kerajaan ini lebih luas dari pada bangunan kerajaannya sendiri. Tembok bangunannya meliuk-liuk seperti naga, bisa dipastikan itu adalah tembok yang sangat kuat. Dibuat untuk melindungi kerajaan apabila terjadi perang besar.
“Ayo kita masuk, Hinata. Anggap saja sebagai rumahmu sendiri,” ujar Mikoto, menarik tangan Hinata perlahan agar tidak sungkan-sungkan untuk masuk ke dalam.
“Selamat datang, Mikoto-sama.” Seorang penjaga pintu menyalami tuannya itu dengan santun. Ia juga kemudian menunduk pada Hinata sebelum membuka pintu kerajaan yang berukir kepala naga.
Hinata lekas mafhum bahwa hewan legenda itu adalah lambang kerajaan ini.
“Terima kasih, Kotetsu. Oh ya kau melihat Tuan Muda? Ada di mana dia?” tanya Mikoto yang mencari anaknya sedari tadi. Ia berharap Sasuke menyambut kedatangannya karena sejak kemarin malam mereka belum sempat bersua.
“Yang aku tahu, Tuan Muda sedang berkuda di pekarangan belakangan, Mikoto-sama.”
Mikoto hanya bisa menghembuskan nafas perlahan dengan sikap tidak peduli anaknya itu. “Ah, baiklah. Mungkin ia belum menyadari kedatanganku. Aku saja yang mengunjunginya kalau begitu. Kau ikut ya, Hinata?”
Hinata mengangguk perlahan. Ia segera mengikuti langkah Mikoto dari belakang, enggan berjalan sejajar karena itu tidaklah sopan. Biar pun kini ia menjadi putri yang dibuang, namun ia sangat menuruti pranata kerajaan yang mengajarkannya tata krama dengan baik.
Mereka keluar dari bangunan yang satu dan masuk ke dalam bangunan yang lainnya.
Hinata agak capek juga karena perjalanannya lumayan jauh dari yang ia bayangkan sebelumnya. Kerajaan Uchiha terdiri dari bangunan-bangunan besar yang letaknya terpisah.
Tak berapa lama kemudian akhirnya mereka sampai di lapangan berkuda yang cukup luas. Di sana terdengar ringkikan kuda yang melengking seperti habis terkena siksa. Ternyata kuda itu berlari bak kesetanan dengan seorang pemuda yang sedang menungganginya.
Dari kejauhan Hinata melihat pemuda itu tertawa terbahak-bahak seperti orang gila. Menunggangi kudanya dengan brutal, padahal dari yang ia lihat kuda itu sedang tidak mood untuk ditunggangi.
“Hentikan, Sasuke! Kau sebenarnya sedang apa? Ayo turun!” teriak Mikoto yang khawatir dengan tingkah aneh anak bungsunya itu. Namun sepertinya Sasuke tidak mendengarnya karena suara ibunya itu kalah besar dengan suara pekikan kuda yang meronta-ronta untuk ditinggalkan.
Kuda itu berlari berputar-putar dengan ganas, meminta penunggangnya turun dari tubuhnya.
Beberapa pengawal kerajaan berusaha menghentikan kuda yang mulai tak bisa dikendalikan itu. “Sasuke-sama. Nanti anda bisa celaka. Mikoto-sama sedang melihat tingkah Anda ini. Bisa-bisa Anda kena marah nanti,” ujar Genma yang berlari sembari berusaha menyamakan kecepatannya dengan kuda yang ditunggangi Sasuke.
“Berisik! Minggir kau! Aku tidak peduli!” Sasuke memukul badan kuda itu agar dia mau berlari lebih kencang lagi. “Hahaha. Ayo tunjukan lari tercepatmu padaku, Hoshi!”
Kuda hitam itu tiba-tiba meringkik sembari mengangkat tubuhnya ke atas. Ia akan terpelanting ke belakang; hendak menimpa Sasuke yang tersungkur ke tanah.
Semua orang yang ada di sana memandang ngeri kejadian itu. Para pengawal berlari menuju Sasuke untuk menyelamatkannya sebelum kuda itu menimpanya.
Hinata memejamkan matanya, tidak mau melihat apa yang akan terjadi.
Tapi ternyata Sasuke menyadari hal itu dan ia pun menggulingkan tubuhnya ke kanan secepat mungkin. Dan…
BRUK!
Kuda hitam bernama Hoshi itu terpelanting ke tanah setelah Sasuke berhasil menyelamatkan diri.
Mikoto dan Hinata lantas menghembuskan nafas kuat-kuat melihat apa yang mereka takutkan itu akhirnya tidak terjadi. Genma si pengawal segera berlari menuju Sasuke yang terlihat biasa-biasa saja dengan kejadian barusan. Dianggap seperti angin yang sedang lewat saja.
“Hahaha, benar-benar menyenangkan!” teriak Sasuke sembari mengibas-ibaskan bajunya yang kotor terkena tanah. Ia berdiri sendiri tanpa mempedulikan pengawalnya yang menawarkan bantuan.
“Sasuke-sama, Anda tidak apa-apa?”
“Sudah tidak usah menggangguku!” bentak Sasuke pada Genma. “Mana handukku?” tanyanya dengan kasar pada pengawal lain.
Pengawal itu buru-buru memberikan handuknya pada Sasuke. “Ini, Tuan.”
Sasuke dengan kasar mengambil handuk itu dari tangan si pengawal. “Haah, aku jadi kotor begini, sepertinya aku harus mandi,” ujarnya tanpa ekspresi, lalu berjalan masuk ke dalam bangunan kerajaan.
“Uchiha Sasuke….” Panggil Mikoto pada akhirnya. Sasuke benar-benar membuatnya naik pitam kali ini. Bukan hanya karena hampir melukai diri sendiri, tapi tindakan Sasuke tadi mencoreng nama baiknya di depan Hinata. Ia sungguh malu bukan kepalang.
Sasuke lantas memalingkan wajahnya pada wanita paruh baya yang meski sudah tua terlihat masih cantik itu. “Oh, kau rupanya…,” ucapnya dingin.
Hinata terkejut mendengarnya, ia tidak tahu jika sifat Sasuke seperti ini. Apa lagi ia melakukan itu pada ibunya sendiri.
“Di mana sopan santunmu, Sasuke? Kau tidak lihat kita sedang kedatangan tamu?” ujarnya geram sambil menunjuk pada Hinata.
Sasuke menatap Hinata dengan wajah datar, kemudian ia memejamkan matanya sambil menyeringai seram. “Habis bersenang-senang, ya? Sekarang pelacur mana lagi yang kau ajak ke sini untuk melayaniku, eh?”
Hinata dibuat terkejut oleh ucapan Sasuke, tidak menyangka pangeran muda itu akan mengatainya sekasar ini. Dan pelacur? Apa di sini ia akan dijadikan budak?
“Jangan berbicara sembarangan, Sasuke! Hinata ini putri dari kerajaan Hyuuga! Kau harus meminta maaf padanya!”
“Untuk apa? Mengenalnya pun aku tidak. Kau masih menyempatkan diri untuk pulang. Aku pikir kau tidak ingat jalan ke rumahmu sendiri,” ucap Sasuke lagi memandang sinis ibunya itu.
“Cepat masuk ke dalam, Sasuke!” Mikoto tak tahu harus bagaimana lagi menghadapi sikap anaknya yang kurang ajar itu.
“Ya, ya, dari tadi aku mau masuk, kok.” Sasuke lalu berjalan dengan santai tanpa mempedulikan orang-orang yang memandangnya dengan tatapan beragam. Ada yang marah, sedih, juga iba… Kemudian Sasuke menghentikan langkahnya di depan pintu, kembali menatap ibunya dengan sangar. “Jangan pernah kau samakan aku denganmu.” Setelah itu ia pergi entah ke mana
Hinata bergidik mendengarnya. Bagaimana bisa ia melayani orang kasar seperti itu. Dan juga Sasuke menyebut dirinya sebagai pelacur, padahal setahunya ia disuruh kemari untuk menemani Sasuke saja, bukan untuk yang macam-macam.
“Hinata, maafkan Sasuke. Sejak ayahnya sakit ia menjadi seperti itu. Harus aku akui, aku juga kurang memberikannya perhatian karena terlalu sibuk mengurusi urusan kerajaan. Aku harap kau tidak mengambil hati kata-katanya barusan. Kau datang ke sini bukan untuk dijadikan budak.”
Hinata hanya mengangguk pelan sembari menatap Mikoto tanpa berkedip. Ia benar-benar syok melihat tingkah laku Sasuke yang kurang waras itu. Paling tidak ia bisa merasa lega karena ia tidak akan dijadikan sebagai budak.
“Baiklah, kau sekarang ke kamarmu, ya.” Mikoto tersenyum padanya. “Genma, tolong antarkan putri Hinata ke kamarnya.”
Genma lantas menyanggupi. “Mari ikuti saya, Putri Hinata.”
Hinata pun mengikuti ke mana Genma membawanya. Pangeran Sasuke itu sebenarnya sangat tampan, namun ia tidak memiliki perangai yang baik. Ia mulai berpikir dalam benaknya, apa ayahnya akan membiarkan dirinya menjadi pelayan seorang pangeran yang setengah gila ini? Kalau memang Hiashi tahu, mengapa dia sampai tega memberikan anaknya pada keluarga kerajaan Uchiha?
Ah, tapi ia tidak perlu berpikiran seperti itu lagi. Hinata menyadari kalau kini ia telah dibuang oleh ayahnya sendiri. Berharap mendapat kehidupan yang layak di sini, Hinata tidak tahu apa itu akan bisa terwujud. Semoga saja hari ini adalah hari terakhir ia diperlakukan kasar seperti ini oleh orang yang akan ia layani itu.
Sasuke begitu kelewat kasar pada ibunya, pasti telah terjadi suatu konflik di kerajaan yang megah ini.
Dan Hinata tidak mau terlibat dalam masalah mereka…
Bersambung…








Share:

0 komentar