Me and Bandung #1
Assalammu’alaykum
readers :D
Pada dasarnya alasan saya ngulas
pengalaman saya sendiri selama tinggal di Bandung karena mungkin sampai akhir hayat
saya nanti, saya nggak akan pernah melupakannya. Saya tinggal di Bandung selama
lima tahun. Dan lima tahun bagi saya adalah cukup untuk merekam kenangan,
pelajaran, dan perjuangan saya selama menimba ilmu di sana.
Kata orang kalau kamu ke Bandung
kamu pasti bakal cinta kotanya dan orang asli sana. Well, saya mengalami keduanya hehehe. Tapi yang akan saya bahas di
sini cuma tentang kecintaan saya sama Bandung (yang satu lagi akan saya simpan
untuk proyek novel saya :3).
source:antaranews.com |
Dimulai dari masa-masa terakhir di
SMA, cita-cita utama saya sehabis itu sebenarnya pengen banget masuk
Universitas Indonesia jurusan Sastra Jepang kalau nggak Sastra Indonesia. Tapi
di dalam hati saya juga pengen sekolah di Bandung, meski belum tahu mau masuk
perguruan tinggi mana. Waktu itu saya nggak tertarik sama Unpad, dan ITB. Lalu
sebelum SMPTN saya ikutan tes SMBB Telkom, tapi saya nggak lolos. Saya
tenang-tenang aja tuh nggak masuk Telkom karena saya pikir masih ada harapan,
SMPTN.
Nah, setelah sebulan, ada surat
datang ke rumah saya dari lembaga sertifikasi yang di naungi sama Yayasan
Pendidikan Telkom. Ibu saya pun mengira bahwa itu adalah STT Telkom yang masih
punya ikatan dinas (yang nanti bakal langsung kerja di Telkom) dan meminta saya
untuk daftar ulang saja di sana. Saya senang juga bakal sekolah di Bandung
(karena pada waktu itu saya nggak pernah ke Bandung dan banyak yang bilang asik
banget kuliah di sana). Cuma yang jadi kendala saya nggak punya saudara yang
tinggal di sana dan teman yang sekolah di lembaga tersebut.
Karena itu saya meminta izin sama
Ibu saya untuk mencoba ikut tes SMPTN. Saya sudah beli formulirnya. Tapi saya
nggak direstui sekolah di UI karena melihat jurusan yang saya ambil. Ibu saya
bilang kalau mau belajar bahasa Jepang les aja nggak usah sekolah kayak gitu,
lagian kamu udah di Telkom lho, nanti gampang cari kerja. Dan saya memang
tipikal anak penurut karena saya percaya ridha orangtua adalah ridha Allah,
meski sebenernya masih setengah hati karena saya pengen banget masuk ke Sastra
Jepan. Biar gampang ke Jepangnya hehe. Dari kecil umur 10 tahun nonton Digimon,
saya pengen banget ke Jepang sono, minimal traveling
lah, kalau beruntung sekolah di sana juga bagus.
Akhirnya saya jual formulir SMPTN
yang sudah saya beli ke sahabat saya. Lalu seorang sahabat saya berusaha
menghibur dan bilang: Nggak apa-apa
kuliah di Bandung, siapa tahu ketemu jodoh di sana. Hanya saja saya sama
sekali nggak kepikiran cari jodoh di sana hahaha. Saya masih menggalaukan
kesendirian yang bakal saya rasakan saat pertama kali menginjakan kaki di
Bandung.
Tapi sampai detik ini saya nggak
menyesal dengan pilhan saya untuk kuliah di Bandung. Di lembaga sertifikasi itu
saya bertemu dengan empat cewek luar biasa yang jadi sahabat saya sampai
sekarang. Saya juga kenal teman-teman lain dari seluruh wilayah Indonesia yang
punya karakter berbeda-beda. Meski karakter mereka bikin saya kena culture shock diawal-awal. Soalnya
selama di SMA dulu saya bergaul di lingkungan orang-orang alim yang pintar menutup
aibnya. Sedangkan pertama kali di Bandung, saya bertemu dengan orang-orang apa
adanya yang nggak malu-malu memperlihatkan aibnya K.
Namun Alhamdulillah, semua saya
jadikan pelajaran yang berharga.
Balik lagi sebelum keberangkatan ke
Bandung. Ibu saya pun membantu saya mencari teman sebelum sampai di sana.
Beliau meminta nomor telepon murid baru cewek ke lembaga itu. Sekadar untuk
kenalan. Akhirnya dikasih empat. Tapi dari empat nomor itu yang ngerespon baik
cuma satu orang, namanya Andini Fitri Lubis dari Medan…. Dan sampai sekarang
dia menjadi sahabat terbaik saya :3.
Berikutnya saya akan bercerita
tentang kenangan-kenangan saya bersama Dini :D
Tags:
Curcol
Me and Bandung
0 komentar