Kembalinya Klan Peri Klan Uzumaki
Naruto
© Masashi Kishimoto
The
Lord of The Rings © J.R.R Tolkien
Warning:
Sequel from ‘HEART’. Semi-Crossover with The Lord of The Rings.
Romance/Adventure. A bit Fantasy. AU. OOC.
Pairing insert: Naru/Saku, Mina/Kushi, Sasu/Hina, Shika/Ino, Kaka/Kure
.
Airmuka Suzaku pun menunjukkan rasa iba. “Anda…memang sangat
ingin sekali bertemu dengan Sakura-hime…” Sepertinya ia sangat mengenal sosok
istri tuannya.
“Tentu saja, seharusnya seribu tahun pun akan bisa kami
lewati bersama-sama di sini. Namun apa boleh buat, semuanya telah terjadi…”
“Baiklah kalau begitu, kami berempat pun akan menjaga
tempat ini di keempat pintu masuk utama.”
.
.
Chapter
8
Klan Peri Klan Uzumaki II
.
.
Sepertinya
ini adalah pagi tersuram yang menyelimuti suasana Konohagakure No Sato. Padahal
telah banyak orang berlalu-lalang yang dilihatnya, namun Ino tidak terlalu
mengerti mengapa kini ia begitu gelisah.
Hari ini pun ia begitu malas membuka
toko bunganya sesuai jadwal biasa, entahlah, yang jelas ia sungguh bosan. Ino
membuka tokonya terlambat 30 menit dari hari biasa. Sejak tiga hari kemarin ia
hanya berada di rumah. Anggota Tim 10 yang lain punya kesibukan masing-masing.
Tidak ada misi atau hal lain yang mengharuskan mereka untuk berkumpul. Padahal
rindu akan bersenda gurau dan bercengkrama dengan timnya sudah sangat menjalar
dalam dirinya hingga terasa sesak.
“Apa
tidak ada hal lain yang harus kulakukan?” tanya Ino seraya membereskan pot-pot
yang letaknya agak tak beraturan.
“Ada
kok, kau harus ikut aku sekarang karena Godaime-sama ingin menyampaikan hal penting.”
Pot
yang sedang Ino pegang nyaris terjatuh tatkala ia menyadari sosok yang
tiba-tiba berada di depan tokonya. “Shi-Shikamaru.”
“Ya,
memang kau pikir siapa?” tukas Shikamaru datar.
“Apa
yang ingin Godaime-sama bicarakan?
Apakah kita akan mendapatkan misi?”
“Memangnya
aku tahu? Sudah, tidak usah banyak tanya. Kau ikut aku sekarang, kalau tidak
kau akan kutinggal.”
“Eh?
Ba-Baiklah, tunggu sebentar.” Ino masuk ke dalam rumahnya, lalu meminta izin
pada ibunya untuk menggantikannya menjaga toko.
Dan
sikap Shikamaru masih belum berubah dari seminggu yang lalu.
.
o0o
.
“Kau
belum bosan untuk melihat sejarah leluhurmu, kan, Naruto?”
“Hm?
Tidak juga, lagi pula aku sedang tidak dikejar-kejar oleh waktu,” jawab Naruto
tanpa emosi. Aku sendiri tidak tahu apa
waktu masih bergulir. Ia mendengus kesal dalam hatinya. Semua ini begitu membuat
pusing. Ia ingin tahu, tapi dalam satu waktu ia tak ingin tahu. Entahlah.
Sepertinya akan ada rahasia yang membuatnya terhenyak.
“Kita
berada di waktu sepuluh tahun setelah insiden Akio yang bertengkar dengan
ayahnya—Rikudou Sennin.”
Kushina
dan Naruto kini berada di balairung Rumah Besar Uzumakigakure yang sangat luas.
Pilar-pilar kokoh menahan langit-langitnya yang tinggi. Di sana serba berwarna
emas. Singgasana yang megah itu sebenarnya milik pemimpin Uzumakigakure, tapi
Rikudou Sennin diizinkan duduk di sana. Sebagai tanda jika ia dianggap setara
dengan pemimpin Uzumakigakure.
“Aku
sudah memutuskan tiga hari nanti, akan segera pergi ke Valinor. Tidak ada yang bisa menghentikan niatku ini.”
Naruto
melihatnya dengan serius. Waktu sepuluh
tahun? Tapi Rikudou Sennin sama sekali tidak terlihat tua. Jadi, memang benar
apa yang dikatakan wanita ini.
Di
depan Rikudou Sennin duduk dua orang lelaki berambut merah. Yang satu rambutnya
panjang diikat ke belakang, yang satu dipangkas hingga di ujung leher. Yang
satu berwajah sangat teduh, yang satu berwajah beringas sekaligus menyimpan
suatu rahasia hitam yang mengerikan. Karenanya dengan melihat airmuka mereka,
mereka dapat dibedakan. Padahal dulu mereka bagai pinang dibelah dua meski
bukanlah anak kembar. Yang jelas ditubuh mereka mengalir satu darah
persaudaraan kandung.
“Aku akan memberikan gulungan
rahasia yang aku miliki. Di sana ada kekuatan rahasia yang bisa kalian gunakan
untuk melindungi Uzumakigakure dan dunia ini,” ujar Rikudou Sennin pada kedua putranya
yang kini telah beranjak dewasa.
“Ya, Ayah. Tak perlu berlama-lama.
Kau tidak akan memberikannya pada kami berdua, kan? Jadi, ayo sekarang kau
bilang saja siapa yang akan kau pilih sebagai pewaris gulungan rahasia itu,”
ungkap Akio yang menyeringai; tak sabar menanti keputusan ayahnya. Ada hawa
jahat yang mengitarinya, Naruto bisa merasakan itu.
“Jangan tak sabaran begitu, Akio.
Gulungan itu yang akan memilih salah seorang diantara kalian berdua. Pada saat
posisi matahari tegak lurus dengan bumi, kalian datanglah ke Menara Pusat Segel
Empat Penjuru Mata Angin. Di sana takdir kalian akan diputuskan. Dan sekarang
adalah waktu terakhir kalian melihatku. Hiduplah dengan bijak di dunia fana
ini.”
Akio dan Akira memberikan salam
hormat terakhir pada ayah mereka sebelum Rikudou Sennin menghilang, dan tak
pernah terlihat kembali di Rumah Besar Uzumakigakure.
“Rikudou Sennin pergi ke Valinor
tiga hari setelahnya. Tak ada acara perpisahan yang mengharu biru, tidak ada
keramaian. Ia sengaja pergi tanpa banyak orang tahu. Hanya Dewan Petinggi
Uzumakigakure, dan kedua anaknya yang tahu akan hal ini. Ayo, Naruto. Kita ke
masa di mana ini adalah awal dari kekacauan di dunia shinobi.”
Sekejap saja Kushina dan Naruto
sudah berada di sebuah menara yang menjulang tinggi ke langit, tak terlihat
ujungnya. Menara itu terbuat dari intan yang sangat keras, berkilauan diterpa
cahaya matahari siang. Lantai di bawahnya yang terbuat dari intan juga; terukir
pola segi empat yang di dalam sisinya terdapat bintang yang ekor-ekornya
menunjuk ke empat mata angin: utara, selatan, timur, dan barat.
Segel itu adalah miniatur lambang
bintang Earendell, yang memiliki
empat ekor cahaya.
Di
pinggir menara berdiri Akio dan Akira yang menunggu mandat datang. Ada juga
Dewan Petinggi Uzumakigakure yang melihatnya di luar wilayah segel utama.
Menjadi saksi peristiwa bersejarah ini.
“Setelah ini, takdirmu dan takdirku
akan berbeda, Dik,” ujar Akio dengan nada meledek.
Sementara Akira hanya tersenyum
kecil mendengar ungkapan kakaknya.
Lalu waktu itu pun datang. Menara
Pusat Empat Segel Mata Angin berkilau hingga membuat silau mata yang melihat
saat matahari tepat berada di atasnya.
Perlahan menara itu terbelah empat dari bagian
tengahnya, kemudian terpisah perlahan. Pola segel empat mata angin bercahaya di
keempat ujungnya. Masing-masing adalah warna yang melambangkan para keempat
hewan buas, yaitu: merah di selatan, biru di timur, hijau di utara, dan putih
di barat.
Naruto
melihatnya dengan wajah serius. Di dekat menara itu kemudian muncul sebuah meja
yang terbuat dari intan juga.
Kemudian
Akio dan Akira beranjak menuju ke sana untuk menunggu petunjuk.
Setelahnya
cahaya dari matahari yang lurus, perlahan-lahan menekuk ke bawah, semakin ke
bawah sampai ia menunjuk pada satu direksi, yaitu...
“K-Kau...harusnya itu milikku!” Akio tiba-tiba menjadi geram.
Perlahan-lahan ada cahaya keemasan yang
berkumpul mendekat ke arah Akira, semakin dekat...
Sampai Akio terlihat garang. Sebelum
sampai di tangan Akira, cahaya keemasan yang adalah gulungan rahasia milik
Rikudou Sennin itu direbut olehnya. “Ini adalah milikku. Jika ini diberikan padamu
hanya akan menjadi sampah, kan, wahai pesuruh Rumah Besar desa terkutuk ini?
Hahaha.”
Dewan Petinggi Uzumakigakure terkesiap
melihatnya, mereka semua berdiri, namun dengan shunshin no jutsu Akio berada di depan mereka dengan membuat kekkai dari api.
“Mau apa kau, Akio?!” teriak Miyazaki.
“Berisik! Ini bukan urusan kalian!” hardik Akio. “Nah, adikku mari kita selesaikan ini, kalau kau
berhasil mengalahkanku, aku akan memberikan gulungan ini padamu. Kita bertarung
sebagai yousei yang terhormat.”
“Apa benar itu tujuanmu untuk sampai bertindak
jauh, Nii-san? Kau juga sebenarnya ingin membunuhku, kan?”
“Hm? Hahaha. Kau sudah tahu rupanya. Ya, aku
jijik melihat wajah rendahanmu yang rela menjadi pesuruh Rumah Besar
Uzumakigakure. Kau memalukan ayah kita saja.”
“Pesuruh?” tanya Naruto.
“Lebih tepatnya Akira menjadi penjaga Rumah Besar
Uzumakigakure yang dibawahi langsung oleh ayahku. Tingkatnya setara dengan
prajurit biasa. Itu ia lakukan untuk memperbaiki reputasi kakaknya yang
dipandang jelek oleh desa. Ia ingin menebusnya dengan tidak mengambil
kesempatan berdiri sejajar dengan Dewan Petinggi.”
“Adik yang baik ya,” komentar Naruto; menunjukkan rasa simpatinya.
“Baiklah siapa dulu ya akan memulai ya?” seringai Akio.
“Itu terserah, Nii-san, aku—”
“Kena!” tiba-tiba Akio muncul di belakang adiknya yang
belum sempat menyelesaikan ucapannya.
“Cepat sekali!” lenguh Naruto yang terperengah melihat
pemandangan itu.
Mulut Akira berlumuran darah; ia melirik
sedikit ke arah belakang dengan raut wajah setenang mungkin. Padahal tak
dipungkiri ia sedang kesakitan.
“Kau selalu membalas ocehanku, Dik. Itulah
mengapa kau menjadi lengah. Dasar bodoh! Hahaha.”
“Ke-Kenapa kau sa-sangat ingin memb-bunuhku?
Kenapa k-kau sa-sangat membenciku, Nii-san?”
“Aaa... Apa Akira yang manis ini akan menangis?
Hahaha. Kau tahu? Aku sangat membencimu karena Ada hanya memperhatikanmu. Padahal yang paling hebat adalah aku! Kau
hanyalah parasit yang memalukan leluhur kita! Sedangkan aku…aku adalah anak dari Rikudou Sennin dan Hokuto
No Ojou!”
Akira menghela nafas dengan tenaga
tersisanya. “Nii-san, sebenarnya kau begini
karena Memil telah tiada, kan?”
Akio tiba-tiba bergetar mendengarnya. Ia
bungkam sesaat.
“Kau juga sedih mengapa Ada juga harus pergi ke Valinor. Iya, kan?”
“Be-Berisik...”
“Nii-san
hanya pura-pura kuat sehingga melampiaskannya dengan amarah membara. Padahal
dalam hati Nii-san sangatlah rapuh.”
“Kubilang diam!—eh?”
Seketika tubuh Akira berubah menjadi
intan berbentuk manusia. Dan tubuh aslinya menendang kakaknya dari titik buta
di atas kepalanya. Akio pun terpelanting ke bawah.
“Kau harus ingat bahwa di dalam diriku juga
mengalir darah Rikudou Sennin dan Hokuto No Ojou! Daiyamondoburēdo no jutsu (jurus serangan pedang intan)!” kemudian Akira menghentakkan tangannya ke bawah
sehingga lantai yang terbuat dari intan itu berubah runcing menusuk-nusuk tubuh
Akio.
Akio tidak terlalu sempat menghindar
sehingga kedua tangannya terkena intan runcing itu. Dan gulungan rahasia yang
ada di tangannya terlempar ke udara.
Akira mengeluarkan jutsu angin penghisap dari tangannya sehingga gulungan rahasia itu
datang sendiri ke tangannya.
Naruto yang memperhatikan pertarungan
seru itu jadi bertanya-tanya. “Dari tadi mereka mengeluarkan jutsu,
tapi mengapa tanpa segel tangan?”
“Itulah ciri-ciri Klan Uzumaki, Naruto. Kami
menggunakan chakra yang diambil tidak
hanya dari tubuhh kami tapi juga dari energi dalam bumi. Dan hati kami yang
bekerja untuk mengeluarkan jutsu
andalan kami. Sehingga tidak memerlukan segel tangan yang rumit,” jelas Kushina panjang-lebar.
“Eh, praktis sekali. Hanya memikirkan jurusnya
dan merapalkan saja?”
“Ya, setidaknya harus sesuai dengan elemen
bawaan. Akira berelemen air, angin, dan tanah. Tadi ia mampu mengubah dirinya
menjadi intan karena ada unsur tanah dan air dalam pembentukannya. Sedangkan
Akio berelemen api. Kami lebih sering menciptakan pola segel dibandingkan
dengan menggunakan segel tangan.”
“Tapi bukankah itu curang? Bagaimana kalau
lawannya manusia biasa?”
Kushina hanya tersenyum mendengarnya. “Nah, tidak semua yousei bisa melakukannya. Yang bisa adalah yousei yang berhasil membuang lima dosa dari tujuh dosa yang tidak
terampuni. Lagipula yousei
menggunakannya pada saat sedang terdesak saja dan juga ini adalah pertarungan
antar sesama yousei.”
“Eh?” Naruto tidak terlalu mengerti apa itu tujuh
dosa yang tidak terampuni.
“Cih!” Akio
lalu salto di udara untuk menghindari serangan dari bawah. Dengan cepat ia
berdiri di Menara Segel Empat Mata Angin itu sambil menyerang Akira dengan api
besar yang keluar dari mulutnya.
Akira menghentakkan tangannya ke lantai
yang terbuat dari intan yang kemudian terburai menjadi air. Menjadi perisai
untuk menghindari serangan api kakaknya. Tapi serangan api yang bagai peluru
itu begitu dahsyat, Akira sampai terbakar sedikit tangannya.
“Kau masih di bawahku, Akira. Baiklah, sekarang
aku tidak akan main-main. Akan aku perlihatkan jurusku yang sesungguhnya,” Akio lalu menghentikan tangannya di badan
Menara Segel Empat Mata Angin yang sudah tertutup itu.
Tiba-tiba saja menara itu pecah
berkeping-keping, dan segelnya otomatis terbuka. Lalu muncul lingkaran hitam
yang semakin lama semakin membesar tepat di atas langit menara yang telah
menjadi kepingan itu.
Keempat hewan buas yang menjaga Lingkar
Luar Uzumaki terkesiap di tempatnya masing-masing.
“Ada yang membuka segel.”
“Bukan membuka, tapi menghancurkannya.”
“Tidak mungkin, padahal segelnya mengandung
kekuatan besar kita.”
“Itu artinya pelaku menghancurkannya dengan
sesuatu di luar kuasa kita, sesuatu yang sangat kita benci.”
“Kau mendengar suara-suara seperti monster itu,
Naruto. Mereka sedang berdiskusi,” ujar Kushina di tengah pertarungan dahsyat ini.
Naruto memang mendengarnya samar-samar. “Siapa mereka”
“Seiryuu, Genbu, Suzaku, dan Byakko; Shi no Ujigami.”
Akira dan seluruh Dewan Petinggi terkejut
melihatnya.
“Kau pasti tahu, Akira. Jika seorang yousei berhasil membuang tujuh dosa tak
terampuni maka dia sudah disetarakan sebagai Tuhan. Jika hanya lima, dia bisa
menjadi seorang Pertapa Sakti seperti Ada.
Nah, bagaimana jika tujuh dosa itu tidak dibuang, melainkan disatupadukan di
dalam hati ini?”
Akira mematung melihat ulah kakaknya
yang sudah terlampau jauh. Angin besar pun mulai mengitari tempat itu. “I-Ini.. Jigoku
Mon (Pintu Neraka).”
“Hahaha, tebakanmu benar, Adikku. Selamat datang
di pintu di mana Sembilan Iblis Berjubah Hitam lahir. Bagaimana jika aku
memanggil iblis yang lain, hm?”
“Cukup Akio! Kau keterlaluan!” teriak salah satu Dewan Petinggi yang
kesemuanya masih terkurung di dalam kekkai.
“Hahaha, aku memang tidak bisa menundukkan Shi No
Ujigami, tapi dengan kesembilan bijuu
saja sebenarnya sudah cukup. Akan kubuka pintu yang menyimpan kekuatan hitam
yang kalian benci! Desa ini akan aku hancurkan! Dan aku akan menguasai dunia
dengan memiliki bijuu-bijuu itu! Hahaha!”
“Kita tidak bisa tinggal diam, Seiryuu. Ayo,
segera kumpulkan kekuatan untuk melenyapkan Jigoku
Mon. Kau yang memimpin ritual,” ucap Genbu pada pemimpinnya.
“Hei, yang pemimpin adalah aku, bukan Seiryuu!” protes Suzaku.
“Asal bicara kau, Suzaku. Sejak dulu akulah
pemimpin di sini! Kau tahu itu,” balas Seiryuu tak mau kalah.
“Rikudou Sennin sendiri yang memintaku untuk
menjadi pemim—”
“Hentikan! Sekarang bukan waktunya untuk
berdebat!” Byakko
berusaha melerai.
“Ya…ya… cepatlah, aku tak ingin lautku sekaligus tempat
tidurku ikut hancur, hooaam,” celetuk Genbu yang paling santai dan pemalas di antara mereka.
Naruto terkekeh-kekeh mendengarnya,
ternyata keempat hewan buas ini seperti anak kecil saja, suka bertengkar.
Padahal suasana sedang kacau.
“Baiklah, kita mulai.” Akio lalu menangkupkan kedua tangannya, “kai!” kemudian
warna hitam menyelimuti pola segel di lantai menara. Terus menyebar hingga
hitamnya sampai di pusat segel di masing-masing lembah tempat Shi no Ujigami berada.
“Sial! Kita terlambat!”
teriak Seiryuu. “Ayo, cepat kalian berdiri di masing-masing menara kalian.”
“Apa yang akan kita lakukan?”
ROAARR!
“Apa itu?”
“Itu suara teriakan para bijuu! Mereka terpengaruh kekuatan hitam
dari pintu sial itu dan ingin keluar dari sini! Bagaimana ini? Menghancurkan
pintu itu kita perlu kekuatan penuh, tidak akan bisa membaginya untuk menahan bijuu,” jelas Byakko yang terlihat
panik.
Para bijuu mulai mengamuk
tak terkendali, mata mereka meradang merah. Berlari kesana kemari seperti ingin
mencari tempat keluar. Dan akhirnya mereka keluar dari Uzumakigakure secara
membabi buta; seperti hewan yang kesurupan.
“Mereka terpengaruh dengan kekuatan hitamnya!
Bisa-bisa mereka keluar dalam keadaan ganas seperti itu, Seiryuu!”
“Terpaksa kita harus mengedepankan
hal yang lebih penting. Kita harus menyelamatkan Uzumakigakure dari kehancuran.
Kita harus memperbaiki segelnya karena menara itu telah hancur. Selain para bijuu, menara itu berfungsi juga sebagai
penyeimbang bumi. Aku jamin Akio tidak akan membunuh bijuu-bijuu itu. Jika bijuu-bijuu
itu dibunuhnya itu perkara yang lebih serius,” jelas Seiryuu berusaha
menenangkan bawahannya.
Shi
No Ujigami berdiri di menaranya masing-masing dan mulai mengumpulkan
kekuatan. Mereka memusatkan pikiran ke Menara Pusat Empat Segel Mata Angin.
“Kalau begitu bagaimana jika kau
kumasukkan ke dalam pintu yang penuh dengan penderitaan ini? Ah, bukan kau
saja, tetapi seluruh desa ini! Hahaha.” Akio merentangkan kedua tangannya ke
arah pusaran hitam di atasnya, membuat pusaran itu semakin membesar.
Perlahan-lahan pusaran itu mengisap
apa saja yang ada di dekatnya.
“Ugh! Aku harus menghentikan ini. Fuuton: Fuuryuudan No Jutsu (jurus serangan naga angin)!” Akira mengeluarkan
jurus elemen angin berbentuk naga besar yang menyerang Akio, tapi ternyata ada
perisai aneh yang mengitari tubuh Akio, sehingga jurus itu membalik ke arahnya.
Akira tentu saja menghindar, tapi jurus
itu kemudian menghantam ke arah Dewan Petinggi Uzumakigakure sampai membuat kekkai apinya hancur.
“Miyazaki-sama!” teriak Akira yang panik.
“Tenang saja, Akira. Fokuskan dirimu
pada kakakmu!” rupanya Miyazaki mengantisipasi serangan dengan menggunakan kekkai angin terkuatnya.
“Hahaha. Sekarang saatnya kau akan
mati Akira! Akuma gurippu te no jutsu! (jurus cengkraman tangan iblis)!”
lantas muncul tangan-tangan hitam yang jumlahnya tak terhitung keluar dari Jigoku Mon.
Akira melesat-lesat susah payah
menjauhi tangan menyeramkan itu. Tempat yang dilewati tangan tersebut tersentuh
sedikit saja langsung terbakar api hitam. “Kalau begini seluruh Uzumakigakure
bisa habis terbakar.” Ia fokus ke arah depannya selama lima detik, tapi ketika
itu datang tangan-tangan hitam dari belakang.
Sementara itu Naruto mendengar lagi Shi no Ujigami berdiskusi.
“Ritual kalian lama sekali! Kalian
sudah siap?!” seru Seiryuu dari tempatnya.
“Siap!”
“Aku menunggu aba-abamu!”
“Lakukanlah sekarang, Seiryuu!”
“Baiklah!
Fuuinjutsu: Kaze no yosumi (Jurus segel: empat penjuru mata angin)!”
Kemudian cahaya biru, hijau, merah,
dan putih melesat dengan cepat ke arah Menara Pusat Empat Segel Mata Angin di
atas tanah Uzumakigakure.
Akira mulai merasakan seluruh
tubuhnya mati rasa. Tangan-tangan hitam itu masuk ke pembuluh darahnya;
menghentikan peredarannya perlahan-lahan. Membuatnya muntah darah berkali-kali.
“Jadi ini akhir dari hidupku?”
Ia sudah tak bisa menggerakkan
tubuhnya lagi. Ia hampir akan mengubah dirinya menjadi ledakan air untuk
menutup pintu neraka itu. Tapi sebelum itu cahaya empat warna muncul dari pola
segel yang saling tersambung dan meluncur ke langit dengan kecepatan yang tidak
terjangkau mata. Ia jadi memiliki ide lain.
“Tidak disangka mereka membantu,
padahal aku belum bisa mengendalikan mereka,” ujar Akira tersenyum lemah.
Jigoku
Mon seketika menghilang ketika Segel Empat Mata Angin utuh kembali. Mengunci
ekor-ekor pola segelnya yang tadi sempat terbuka. Tangan-tangan hitam yang
menyerang Akira pun melepaskan cengkramannya. Tubuhnya tergeletak di tanah.
“A-Apa?” Akio tampak kesal.
“Kekuatanku terkuras 70% untuk membuka pintu ini. Dan Shi No Ujigami sialan itu menggagalkan rencanaku! Mereka masih
menuruti pesan ayahku ternyata.” Ia kemudian menyadari adiknya nyaris tak
berdaya di tanah tak jauh dari pijakannya. “Ah, sepertinya aku tidak perlu
berkecil hati.”
Dengan shunshin no jutsu Akio berdiri di samping adiknya, dan mencekik
leher Akira tanpa pikir panjang. “Bagaimana rasanya sekarat itu, Akira? Nikmat
bukan?” ujarnya menyeringai.
“Heh, kau tidak bisa membayangkan
betapa senangnya aku, Nii-san. Akhirnya
aku bisa bertemu dengan Ada dan Memil,” Akira malah tersenyum puas.
Akio jadi merasa ditampar. Ia lupa
jika ia mati, ia akan bertemu dengan kedua orangtuanya, namun nafsu ingin
memiliki kekuatan besarnya sangatlah besar. Membuatnya lupa akan hal yang
berharga bagi dirinya. Tak disangka cengkraman tangannya di leher Akira
melonggar. “K-Kurang ajar kau, Akira!”
Ia sadar Akira sudah tak bernafas
lagi.
Naruto yang melihat pemandangan itu
jadi geram sendiri. “Tega sekali dia!” kemudian ia mulai mendengar suara-suara
tak asing.
“Bunuh saja dia, Miyazaki-sama! Dia sudah membunuh keluarganya
sendiri. Ia pantas mendapatkannya!”
“Membunuh sesama yousei adalah hal tabu. Aku tidak akan
mengambil langkah itu Seiryuu-sama.”
“Menyedihkan! Apa yang kau akan
lakukan?”
“A-Apa ini? Uaa!” Akio tiba-tiba
melenguh kesakitan. Rupanya ia diselimuti cahaya kehitaman yang menyerangnya
dari bawah.
“Sudah cukup sampai di sini, Akio!”
Dari
kaki Akio muncul sebuah segel berbentuk lingkaran hitam yang di dalamnya muncul
satu mata yang membuka. “Aaarrgggg!!!”
teriakan Akio semakin keras. Tubuhnya sedikit
demi sedikit mengeluarkan darah akibat dari gerakan cahaya hitam itu yang
melesat-lesat dari arah tanah menuju ke atas.
“I-Ini...kinjutsu
(jurus terlarang)...
Norowareta-me
no mahō (sihir mata terkutuk).”
“Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Akira
membuat pola segel jurus itu tepat saat kau berdiri di sampingnya. Jadi aku tak
membayar apa-apa, Akira yang telah membayarnya dengan membuat segel terlarang
di bawah kakimu. Sepertinya memang ini hukuman yang pantas untukmu, Akio!”
Miyazaki mengatupkan kedua tangannya di depan
dada, lalu mengarahkan kedua tangannya ke arah Akio.
“Api akan mengejarmu ketika kau menapakkan kakimu
di sini. Penderitaan akan selalu menghantuimu sampai ke keturunanmu. Ditakuti,
dikhianati, dikucilkan, dicacimaki...itulah yang akan kau rasakan di sana.
Bercampurlah dengan manusia! Maka kau akan mengerti penderitaan yang belum
pernah dirasakan yousei! Jadilah kau
sebagai siluman Tengu (siluman
gagak)!”
“Dan kutukan ini akan kau bawa seumur hidupmu!”
Tubuh Akio pun terselubung hitam. “Uuuaaarrgghhh!” Ia lenyap perlahan-lahan dihisap oleh mata yang
ada di bawahnya sampai mata itu tertutup.
Kemudian Miyazaki berbisik, “Kecuali jika kau bisa memperbaiki
kesalahanmu...kutukan itu akan lenyap. Tapi apa kau bisa hilangkan rasa
dendammu, hm?”
Bencana itu pun lenyap seketika. Yang
tersisa hanya puing-puing intan, sisa-sisa api Akio, dan jasad Akira yang
wajahnya terlihat damai.
Miyazaki berlutut; memperhatikan Akira
yang jiwanya sudah pergi ke tempat persinggahan terakhir para yousei. “Semoga Valar menjaganya dengan baik sampai ke
Valinor.”
Ia lantas mengambil gulungan jutsu Rikudou
Sennin yang tergeletak tak jauh dari Akira.
“Miyazaki-sama!” terdengar geraman yang datang dari langit.
Seluruh yousei yang ada di sana menengadahkan kepalanya ke sana, tak
terkecuali Naruto dan Kushina.
“Me-Mereka…” Naruto ternganga di
tempatnya. Di sana ada Suzaku dan Seiryuu yang tubuh birunya nyaris memenuhi
langit Uzumakigakure.
“Kenapa kau tidak bunuh saja, Akio?!
Seharusnya kau tidak perlu takut dengan hukuman melakukan hal tabu! Karena Akio
memang pantas mendapatkannya. Apa tujuanmu mengirim Akio ke dunia manusia? Dia
pasti akan membuat bencana di sana!”
Naruto menelan ludah; ia agak ciut
melihat raut wajah seram Seiryuu dan Suzaku yang tampak tidak senang.
Kedua anggota Shi No Ujigami itu turun dari langit perlahan-lahan, lalu disusul
oleh Byakko dan Genbu yang tiba-tiba hadir di sekitar mereka.
“Ini adalah jalan terbaik untuk
Akio,” jawab Miyazaki yang tampak tenang.
“Alasan yang tidak bisa diterima!
Para bijuu sekarang telah kabur ke
dunia manusia. Ini bukanlah masalah sepele,
Miyazaki-sama! Aku menjamin Akio
akan membuat kekacauan di muka bumi, tidak hanya dia, tapi juga keturunannya.”
“Kalau begitu mengapa kalian tidak
mencegahnya?”
“Seenaknya kau bicara! Tugas kami
memang menjaga bijuu, tapi yang punya
kuasa atas mereka adalah kalian! Kami yang seharusnya tunduk pada kalian, tapi
tak ada satu pun dari kalian yang layak menjadi tuan kami! Termasuk kau,
Miyazaki-sama, meskipun kau kami
anggap sebagai yousei yang
terhormat.”
Perdebatan pun tak bisa dielakkan
lagi. Shi No Ujigami tampak kecewa
dengan keputusan lembek Miyazaki.
“Kami akan tertidur untuk jangka
waktu seratus tahun. Dan kekacauan yang akan datang adalah tanggung jawab
kalian, termasuk para bijuu!”
Perlahan-lahan Shi No Ujigami lenyap dari hadapan para yousei. Di saat itulah semuanya dirasa telah mencapai akhirnya.
Mereka lari dari beban yang mereka anggap bukan beban mereka.
“Bagaimana ini, Miyazaki-sama? Shi No Ujigami memang memiliki rasa bangga yang tinggi pada dirinya
sendiri, karena itu ia tak sembarangan tunduk pada yousei. Namun hanya kekuatan merekalah yang setara untuk melawan
para bijuu.” Salah satu Dewan
Petinggi Uzumakigakure membicarakan hal yang sangat mendesak ini pada Miyazaki.
Tapi Miyazaki tampak tidak terlalu
memusingkannya. “Yang terjadi biarlah terjadi, kita lihat apa yang terjadi ke
depannya.”
“Haah, kenapa ia kelihatan seperti
orang yang pesimistis?” Naruto tidak terlalu suka dengan gelagat Miyazaki yang
merupakan kakeknya sendiri.
“Itu karena ia memiliki harapan
lain,” jawab Kushina.
“Harapan lain?”
“Nanti kau akan tahu, Naruto. Ayo,
kita loncat ke dimensi lain.”
Lalu tanpa Naruto sadari, mereka
telah berada di medan perang lain. Melompat ke satu dimensi dan dimensi lainnya
yang memperlihatkan hal yang menyedihkan.
Mayat shinobi bertebaran di mana-mana, bergelimpangan darah, bangunan
rata oleh tanah, kobaran api yang membumbung tinggi, anak-anak yang menangis
karena kehilangan orangtuanya, rakyat biasa yang menjadi sebatang kara.
Seseringnya ia ikut andil di barisan depan medang peperangan, belum pernah
Naruto melihat pemandangan yang sangat menyedihkan ini.
Tidak hanya manusia biasa, ia juga
mengenal banyak mayat yousei yang
bergelimpangan di sana.
“S-Sebenarnya a-apa yang terjadi?
Mengapa di sini ada yousei juga?”
“Ini adalah Perang Dunia Shinobi
Pertama, Naruto. Terjadi seratus tahun setelah insiden penyerangan Akio ke
Uzumakigakure yang menewaskan adiknya. Yousei
ikut ke dalam perang untuk mendinginkan keadaan, tapi sayangnya tujuan awal
yang mereka canangkan malah berubah lain. Mereka berbalik menjadi korban.”
“Tapi ini sadis sekali…,” rintih
Naruto.
“Ini akibat dari bijuu yang datang ke dunia manusia.
Sebagian memang ada yang takut dengan kekuatannya yang mengerikan, namun tidak
sedikit juga yang menginginkannya; terutama para klan-klan besar shinobi. Mereka saling bunuh demi
mendapatkan gulungan yang konon berisi jutsu
untuk mengendalikan bijuu.”
“Hanya untuk mendapatkan segulung
kertas yang tidak diketahui kebenarannya?”
“Ya, karena ada yang memprovokasi.”
“Siapa?” Naruto mulai penasaran.
“Coba kau perhatikan seseorang yang
berdiri di sana.”
Pandangan Naruto mengikuti direksi
yang Kushina tunjuk. Ia melihat sesosok manusia yang mengenakan pakaian serba
hitam berdiri di atas batu yang cukup tinggi. Ia berusaha menerjemahkan apa
yang matanya tangkap; yang tampaknya ia kenali. “I-Itu…sharingan…”
“Dia adalah anak tunggal Akio,
Naruto.”
“A-Apa? Bagaimana bisa? Padahal Akio
sama sekali tidak memiliki sharingan, kan?”
“Sharingan itu baru saja lahir. Akio
berubah menjadi seorang pria idaman para wanita. Menipu seorang wanita yang
berasal dari Klan Hyuuga, salah satu dari klan kuno di dunia shinobi yang sampai sekarang masih eksis
keberadaannya. Ia menikahinya karena hanya untuk memperbaiki dirinya yang
dikutuk menjadi Siluman Tengu oleh
ayahku.”
“Ma-Maksudmu…?” kini suara Naruto
benar-benar tercekat.
“Keturunan tunggal Akio itu memiliki
kekuatan baru bernama sharingan. Satu doujutsu
baru telah lahir. Ia hendak menimbulkan kekacauan kembali.”
“Kalian semua makhluk bodoh! Sia-sia
saja kalian saling menumpahkan darah, tapi tidak mendapatkan apa yang kalian
inginkan. Kalau kalian ingin aku memberi tahu pada kalian di mana tempat
gulungan sakti itu berada, kalian harus bersedia menjadi pengikutku,” ucap
Uchiha yang lahir pertama ke bumi itu.
Membuat Naruto sampai geram.
“Sombongnya memang sudah keturunan ya.” Ia mengingat sahabat lamanya yang
merupakan seorang Uchiha juga. “Apa yang Uchiha itu maksud?”
Mata scarlet Kushina kembali menatap putranya. “Ayo, kita pergi dari
sini, Naruto.”
Naruto menyadari tempat mereka
berpijak telah berganti. Di depannya ia melihat pemandangan yang tak jauh
berbeda dari Perang Dunia Shinobi Pertama. Matanya melebar, namun lebih melebar
lagi ketika ia tahu di mana ia berada saat ini. “U-Uzumakigakure!”
Kushina memejamkan matanya. “Ya, aku
lahir pada saat terjadi kekacauan ini, Naruto.”
“Bagaimana ini? Kalau terus begini
akan lebih banyak korban yang berjatuhan!” Naruto memperhatikan seorang yousei pria yang pakaiannya sudah
compang-camping akibat serangan dari musuh.
“Mereka menyerang Uzumakigakure?”
Kushina menjawabnya hanya dengan
anggukan.
Terlalu banyak darah, terlalu banyak
mayat, terlalu banyak yang terluka. Hal itu hanya membuat lubang kepedihan di
dadanya makin melebar. Jadi, yang disebut awal mula kekacauan dunia shinobi adalah seperti ini? Benar-benar
kejam sekali.
“Ayo, kita serang menara berkilau
itu. Gulungan jurus rahasia ada di sana!” perintah sang Uchiha pada
pengikutnya. Pengikutnya tanpa banyak bertanya mengikuti.
“Bunuh para yousei! Jangan biarkan
mereka tersisa!”
“Hancurkan tempat ini!”
“Ya, bakar sampai menjadi abu!”
Naruto menghalangi cahaya yang
menyilaukan mata dengan tangannya. Cahaya itu…adalah kobaran api yang membakar
titik pusat Uzumakigakure. Ia lantas menangkap dua sosok yang berdiri di salah
satu bangunan Uzumakigakure, yang salah satunya ia kenali sebagai kakeknya.
Dua sosok itu adalah seorang pria
dan wanita. Seorang kakak dan adik angkat yang memiliki tanggung jawab besar
untuk melindungi desa ini dari kehancuran.
“Sayangnya
Shi No Ujigami masih betah tertidur. Nii-sama, maafkan aku sepertinya tidak
ada cara lain.”
“Apa
kau yakin, Ruka? Bagaimana dengan Rin?”
“Aku
menitipkannya padamu. Tolong jaga satu-satunya permataku, Nii-sama.”
Siapa wanita berambut
merah marun itu? Tanya Naruto dalam hatinya.
Wanita
itu kemudian menghentakkan kedua tangannya ke tanah sampai terbentuk pola dua
segitiga terbalik berwarna merah jambu yang ujung runcingnya saling
bersentuhan. Lantas ia menarik nafas dalam-dalam sebelum meneriakkan sebuah
jurus, “Kinjutsu: Jikan o hanten sa seru no jutsu (jurus terlarang: jurus pembalik waktu!).”
Kedua pola segitiga itu kemudian membuka hingga tegak lurus
dengan langit. Seketika muncul cahaya merah jambu di seluruh tanah Uzumakigakure.
Langitnya yang membiru kelabu pun berubah memerah darah.
“Ada apa ini?”
“Aku tidak tahu!”
“Badanku rasa-rasanya seperti meleleh!”
“Cepat cari dari mana jurus ini berasal!”
Semua terlihat panik, tak terkecuali Uchiha yang sama sekali
tidak memiliki pengetahuan tentang jurus ini.
“Bawa Uzumakigakure dan penduduk aslinya ke dimensi lain!”
teriak wanita itu lagi. Setelahnya ia memuntahkan darah segar yang membasahi
baju miko putihnya yang kini banjir
darah.
“Ruka!”
“Selamatkan dunia, Nii-sama.
Namárië (selamat tinggal),” ujar Uzumaki Ruka yang menghilang bersamaan
dengan tangan-tangan putih yang menggerayangi tubuhnya.
Dan tentu Miyazaki mengenal betul pemilik tangan itu. Ia pun
memanjatkan doa seraya memejamkan mata. Ekspresinya mengukirkan pedih yang tak
terperi, “Semoga Valar
menjaganya dengan baik sampai ke Valinor.
Kedua segitiga itu dengan cepat kembali ke tanah berlawanan
dengan arah ketika terbuka, diikuti dengan tanah Uzumakigakure yang tiba-tiba
longsor; membuat semua yang di sana panik. Mereka semua terperosok ke dalam
tanah. Maka lenguh-lenguhan meminta tolong meletus ke udara karena mereka pikir
ini adalah hari pembalasan yang telah lama didongengkan oleh para nenek moyang.
Mereka tidak menyangka hari itu akan datang.
Seketika semuanya menjadi hitam. Ketika ada seberkas cahaya
datang, para manusia menyadari wilayah peperangan tadi berubah menjadi daratan
kosong. Mereka berada di tanah gersang padang pasir berwarna putih; hanya
semilir angin yang menemani.
“A-Apa sebenarnya yang terjadi?”
“Di mana kita sekarang?”
“Jurus apa tadi? Dahsyat sekali.”
“Tidak tahu. Mengapa tempat ini menjadi kosong? Kemana para yousei itu pergi?”
“A-Apa kita telah m-mati?”
“Jangan bodoh! Jelas-jelas kita masih hidup!”
“Kalau kau merasa benar, tunjukkan jalan keluar ke tempat
ini!”
Manusia-manusia itu saling bertanya dan saling mencaci maki
dikarenakan ketidaktahuan mereka. Uchiha yang memimpin peperangan ini pun tidak
mengetahui apa-apa. Ia juga baru merasakan jurus aneh yang ia tidak ketahui sejarahnya
itu. Padahal ia sangat tahu tentang seluk-beluk leluhur yang telah membuangnya.
Setelah itu mereka menemukan jalan pulang dengan wajah
ditekuk. Kecewa karena usaha habis-habisan mereka gagal total.
“Kelemahan manusia memang mudah terprovokasi, padahal
kebenaran saja belum mereka ketahui. Sejak saat itulah yousei tak mau lagi ikut campur dalam
permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Kami terlanjur dibakar api amarah dan
malah berbalik membenci manusia. Akhirnya kami semua memutuskan untuk pergi ke
persinggahan terakhir di Valinor,” ucap Kushina pada Naruto.
Setelahnya
pewaris Rumah Besar Uzumakigakure itu bercerita seolah-olah kisah ini memang
tidak ada ujungnya.
Meski banyak yousei yang memutuskan untuk pergi ke persinggahan terakhir,
ternyata sedikit dari mereka masih ada rasa peduli terhadap manusia-manusia
lemah yang sebenarnya masih memerlukan tuntunan. Untuk itu beberapa yousei, memutuskan untuk tetap bertahan
di desa mereka. Salah satunya Uzumaki Mito—dayang-dayang rumah besar
Uzumaki—yang merupakan keturunan Akira, yang nantinya menikah dengan Senju
Hashirama. Mereka bermaksud menebus kesalahan itu.
Uzumaki
Kushina dan Uzumaki Rin yang saat itu masih belia, kabur dari rombongan yang
akan pergi ke Valinor untuk membantu sesepuh mereka mengendalikan kekuatan bijuu. Meski pada saat itu mereka tidak
paham bagaimana caranya mengembalikan bijuu
ke Lingkar Luar Uzumakigakure. Dan tentunya hal tersebut membuat Uzumaki
Miyazaki ikut membatalkan perjalanannya ke Valinor demi anaknya tercinta.
Naruto
sampai tertegun mendengarnya karena ada satu deret nama yang ia kenali…Senju
Hashirama.
“Dulu
kami berpikir, menyegel bijuu itu
sendiri ke dalam tubuh kami adalah hal yang tepat. Namun dengan begitu banyak pengorbanan
yang kami lakukan, tetap saja peperangan masih saja menghantui dunia shinobi yang penuh dengan kebencian dan
kedengkian ini. Untuk itulah kami yang tersisa sekarang, kembali ke
tengah-tengah peperangan. Dengan kekuatan kami, kami bermaksud menyegel bijuu-bijuu ke tempat asal mereka.
Karena kami adalah satu-satunya harapan…dan mungkin sekarang kau yang akan
menjadi harapan kami, Naruto,” Kushina memejamkan matanya sejenak.
“Ada yang aku tidak mengerti,”
Naruto mulai mengalihkan pembicaraan, rupanya ada hal lain yang menarik
perhatiannya.
“Kenapa, Naruto?”
“Senju Hashirama menikah dengan yousei? Itu kedengaran aneh di
telingaku. Apakah bagi kalian para yousei
itu hal yang dibolehkan?” entah mengapa Naruto menanyakan hal ini.
Rasa-rasanya ada yang mengganjal di hatinya.
“Ya, itu adalah terlarang. Karenanya
Uzumaki Mito rela menjadi manusia utuh, memilih tinggal di dunia fana. Yang
tersisa hanyalah kekuatannya untuk menahan dan mengendalikan bijuu. Berbeda denganku yang tidak bisa
menjadi manusia seutuhnya sebab ada yang tidak rela.”
Naruto mengerutkan dahinya. “Jadi
aku ini—”
“Kau adalah Peredil, setengah yousei dan
manusia.”
“Bagaimana bisa? Aku tidak mengerti.
Kalau aku memang Peredil mengapa
sejak lahir yang aku ketahui aku adalah manusia biasa?”
“Maka dari itu sekarang aku akan
menunjukkan sesuatu padamu, Naruto.”
“Perjalanan kita belum selesai?”
Kushina menggelengkan kepalanya
dengan senyuman tipis. Ia lantas mengibaskan tangannya ke atas. Seketika
suasana berubah kembali.
“Kau ingin mengetahui kisah cintaku
dengan Minato, kan?”
“Eh?” Naruto memandangi Kushina
dengan mata melotot.
“Pertemuan pertama kami tidak ada
yang istimewa, tapi aku bisa menjamin kisah cinta kami ini layak dijadikan
novel lho,” canda Kushina terkikih.
Dengan terburu-buru Naruto
memandangi sekitarnya. Ia pun sadar bahwa kini ia berada di sebuah ruang kelas
yang sepertinya tidak asing baginya. “I-Ini pekarangan akademi ninja.” Kemudian
ia memperhatikan seorang gadis kecil berumur 13 tahun dikerumuni oleh sejumlah
anak laki-laki yang umurnya tak jauh berbeda.
“Hei, apakah benar di dalam tubuhmu
ada kekuatan monster, Kepala Tomat? Kok kedengarannya menakutkan sekali, ya?
Hahaha.”
“Ayo, tunjukkan kekuatan dahsyatmu
itu, apa kau bisa menghancurkan pohon di belakang kami ini?”
“Ah, palingan bohong. Kepala Tomat
ini adalah perempuan yang payah, nilainya saja nyaris nol semua. Hahaha.”
“Dan bercita-cita menjadi Hokage?
Itu adalah cita-cita yang konyol sekali!”
Gadis kecil itu terdiam menahan
amarah. “Apa aku kacaukan peredaran darah mereka saja biar nafas mereka sesak?
Tapi kalau menggunakan kekuatan andalanku, aku akan membuka rupa asliku,”
bisiknya pelan.
Naruto yang mendengarnya maju
beberapa langkah. “Apa maksudnya?”
“Aku memiliki kekuatan khas yang
tidak dimiliki oleh semua orang. Masing-masing yousei memiliki kekuatan khas. Tapi kalau digunakan rupa yousei-ku akan terlihat.”
“Mengapa kau bisa ada di sini?”
“Ya…karena aku ingin menggantikan
tugas Mito-san yang menjadi Jinchuuriki Kyuubi pertama di Konohagakure.”
“Ja-Jangan…”
“Ya, sebelum dirimu, akulah yang
menjadi Jinchuuriki Kyuubi, Naruto.”
Kushina membeberkannya tanpa beban. Lagi pula hal itu sudah lama sekali
berlalu. Jadi tidak ada yang perlu disesali.
Leher Naruto serasa dicekik.
“I-Itulah mengapa m-mereka mengolok-ngolokmu?” tanyanya dalam bisikan, merasa
miris karena wanita yang mengaku sebagai ibunya itu bernasib sama dengannya.
“Pergi kalian!” Kushina kecil
melempar anak-anak nakal itu dengan tomat yang ia keluarkan dengan jurusnya.
Dengan ini rasanya cukup.
“Ah, beraninya kau melawan kami.
Ayo, teman-teman kita sekap Kushina di rumah angker dekat rumahku! Biar setan
di sana mengganggunya! Hahaha!” salah satu dari anak nakal itu siap-siap
menjerat Kushina dengan tali. Diikuti dengan teman-temannya yang hendak
menyerang Kushina dari segala arah.
“Apa boleh buat, tidak ada cara
lain.” Kushina hampir saja ingin memperlihatkan kebolehannya dalam bertarung,
namun sebelum itu, anak-anak yang mengganggunya dilempari dengan tomat secara
bersamaan.
“Waaa!!!” teriak anak-anak nakal itu
yang tersungkur ke tanah karena serangan tomat ke arah kepala mereka.
“Tolol, beraninya melawan
perempuan,” hardik seseorang yang bertengger di pohon.
Naruto melihatnya dengan saksama.
Semangatnya langsung naik berpuluh-puluh kali lipat ketika menyadari siapa
seseorang itu, “Ah! Otou-san!”
teriaknya seraya menunjuk ke arah Minato kecil yang sedang berusaha bergaya se-cool mungkin.
“Huh, si Pahlawan Kesiangan Minato,”
gerutu salah satu dari anak nakal itu.
“Akan kulaporkan pada Kepala
Akademi, biar kalian disuruh membersihkan WC selama dua bulan.”
Mendengarnya, anak-anak itu lari
tunggang-langgang. Tak mau hal yang terjadi sekitar tiga bulan yang lalu
terulang kembali. Karena WC akademi sangat-sangat bau dan menjijikan.
Setelah para pengganggu itu pergi,
Minato kecil pun turun dari pohon menghampiri Kushina. “Hei, kau tidak
apa-apa?”
“Kenapa repot-repot segala? Aku tak
akan mengucapkan terima kasih kepadamu,” ucap Kushina dengan raut judes. Ia
membuang muka dengan sengaja.
“Rupanya kau sangat galak ya?”
Naruto melirik dongkol pada wanita yousei
di sampingnnya. Tidak terima ayahnya diperlakukan seperti itu.
“Ahaha! Apa boleh buat, aku
menganggapnya sangat menyebalkan dan sok hebat.” Kushina tertawa dengan sedikit
rasa bersalah. Takut-takut Naruto memandang negatif padanya, padahal ini baru
di permulaan cerita.
“Eh? Padahal aku sudah berusaha baik
padamu. Tapi sepertinya kau memperlakukan semua orang sama rata. Seharusnya kau
bisa bersikap lebih baik dengan orang yang tulus ingin menjadi temanmu,” Minato
kecil mengucapkannya dengan raut wajah yang polos sekali dengan senyuman
selebar mungkin. Seolah-olah yang ia katakan memang berasal dari hati.
Sampai-sampai Naruto ternganga
dibuatnya.
“Terserah!
Aku tidak sudi berteman dengan anak aneh sepertimu!” umpat Kushina kecil yang
segera lari ke arah hutan, meninggalkan Minato yang terdiam di tempatnya.
“Haah,
keras kepala juga dia.”
Bersambung…
Wrote by PrettyAngelia