Puisi: Hikayat Kebangkitan
Puisi ini diikutkan dalam proyek @nulisbuku #GoodbyeNovember
Hikayat
Kebangkitan
Kemarin aku masih
setia bercumbu dengan khayal.
Tepekur dalam diam
bernama malas.
Terkurung dalam penjara
bernama keraguan.
Yang bergentayangan
di kotak pikiran hingga buatku terkulai.
Sebait kata
langsung mati di ujung pena yang belum tersentuh kertas.
Tak dapat kuuraikan
sepanjang sungai cerita.
Imajinasi hanya
sebuah delusi yang masuk ke tong sampah.
Namun kini cerminku
berbalik arah.
Menertawakan
bayangan pengecut di dalam sana.
Si pengecut yang
terbilang masa lalu.
Kutinggalkan ia
membusuk di peti kenangan.
Aku bebas!
Aku lepas!
Dari sihir jahat penyamun
kata.
Dari bagian hitamku
yang menerkam bagian putihku.
Dan kini dia dimakan
tanah kemenangan hidup-hidup.
Tonggak kebangkitanku
berawal dari mimpi tak berbatas ini.
Aku rela terbuai
dekapan kalimat-kalimat indah sampai tak kenal waktu.
Dari goresan tinta
emas tangan yang tak lelah menari.
Maka sayap kecilku
menjemput nikmat yang dijanjikan langit.
Kusadari bulan
berakhir menyapa ramah.
November, kulepaskan
engkau dalam bahagiaku.
Dengan syair berselimut
syukur ini…
Bogor,
2011
Pretty Angelia
Wuisan
Tags:
Poem
2 komentar
semua dunia hanya fana
ReplyDeletehanya ilusi walau tanpa mata
tanpa satupun kan abadi
bila ada yang tak sehati
selalu, dengan apa yang kita yakini
salam salut.. :)
terima kasih sudah membaca
DeleteSalam kenal ya ^^