Seni Mencari Cinta Sejati di Umur 30 Tahun ++

 


Seni Romansa di Umur 30 Tahun ++

            Zaman remaja dulu mencintai itu kayak naik bom bom car. Tabrak sana-sini, minta bantuan kenalan sama teman, kirim surat, dan lain-lain. Lalu, tiba-tiba cowok yang aku sukai pacaran sama orang lain. Dan pada waktu itu, move on dengan mudahnya haha. Dasar aku, cewek yang cuma berani ngode tanpa nyatain langsung duluan.

            Umur 20 tahunan, caraku mencintai itu lebih gawat lagi. Pindah ke Bandung dan tinggal di sana selama 5 tahun, ketemu sama orang yang ngerasa sefrekuensi. Jatuh cinta lebih lama, walaupun pada saat itu nggak pacaran sama beliau. Pengalamannya pasti dijadiin cerpen atau ceritanya dimodifikasi buat jadi novel saking ngerasa cocoknya ama ini orang. Tapi hasilnya sama aja, bukan jodohnya. Aku memutuskan berkarier di Jakarta, dia di Bandung. Kebayang kalau bersama, memang nggak akan ketemu.

      Setelah ditinggal menikah dua kali sama orang yang dulu sangat-sangat kuinginkan, jadi mendatangkan banyak pelajaran. Kalau bukan dia orangnya, sebaper apapun, sekhusyuk gimana pun aku berdoa (kayaknya ini juga doanya masih nggak benar atau masih kurang haha), ya memang bukan dia orangnya.

            Terus beberapa tahun berlalu, ternyata aku fine-fine aja hidup tanpa mereka. Sepatah-patahnya hati aku, tidak menyurutkan aku untuk tetap berprestasi, menghasilkan karya, dan belajar hal-hal baru. Awal-awal memang menyakitkan, tapi pas dijalani dengan melihat ke depan, menetralkan hati bukan hal yang sulit. Bukan berarti melupakan total ya, tapi jadi nggak kepikiran saja. Dan itu bagiku lebih dari cukup.

         Setelah itu tidak terlalu ngoyo soal cinta. Ada yang datang dan pergi, silakan aja haha. Pengalaman paling unik adalah di tahun 2018 mau dikenalin sama cowok lebih tua 7 tahun. Dianya nggak mau, nggak ngasih alasan juga kenapa nggak mau. Aku mikirnya, oh mungkin aku terlalu muda buat dia.

Dan aku rileks aja nggak baper. Terus yang bikin aku terheran-heran adalah di tahun 2022, 4 tahun kemudian orang itu datang kembali bilang mau coba kenalan. Empat tahun yang aku nggak pernah mikirin ini orang, tiba-tiba mau. Aku nanya, kenapa tiba-tiba mau kenalan lebih jauh? Jawabnya cuma nggak kenapa-napa haha.

Ya udah coba chattingan 1 hari, cuma feelingku nggak enak sepanjang chatan sama beliau, akhirnya aku akhiri dengan kalimat sesopan mungkin. Alhamdulillah beliau mau menerima.

Dalam mencari Mr. Right sekarang aku pakai mindfulness. Penuh dengan kesadaran, dan kuncinya adalah nggak baper duluan. Logika lebih dipakai dibandingkan hati, dan itu works di segala case karena nggak buang-buang waktu.

            Membuat aku juga mendekati orang potensial dengan cara yang lebih rileks. Nggak berharap secara berlebihan, dan mengedepankan logika. Kalau merasa oke, ayo ngobrol sebentar. Kalau nggak oke, aku nggak ragu bilang stop. Pas lakinya tiba-tiba ghosting atau acuh tak acuh, nggak maksa orangnya buat jelasin kenapa tiba-tiba hilang, biarkan saja dia pergi. 

Atau kemudian bersikap biasa seolah tidak ada apa-apa di antara kita. Move on dengan mudah karena tidak baper duluan. Walaupun kadang kepikiran juga, cari di mana lagi ya haha.

            Orang mikirnya kalau udah masuk umur 30 tahun itu nggak akan ngoyo lagi cari jodoh. Kalau aku sebaliknya, malah lebih selektif, belajar untuk lebih sabar, dan cinta datangnya bisa belakangan. Pokoknya jadi lebih hati-hati dan penilaian nomor satu tetap sama. Doi harus takut sama Allah atau punya potensi takut sama Allah dilihat dari action-nya (action ya bukan kata-kata.)

            Mencari sosok potensial dengan mindfulness itu nyaman banget sebenarnya. Kita jadi nggak memaksakan kehendak, kayak whatever happen happen lah. Nggak pakai drama, alias jadi lebih ikhlas aja. Dan kita juga bisa menolak dengan cara elegan tanpa menyakiti orangnya. Atau pas orangnya tiba-tiba hilang nggak nyariin dan nggak kepikiran, yaudah aja gitu.

            Walaupun gagal, tidak kapok untuk terus mencoba buka hati dengan yang lain. Kalau ngerasa nggak cocok, nggak ragu bilang sampai di sini aja. Kalau cocok, yaudah dicoba dulu.

            Jadi, untuk jiwa-jiwa umur 30 tahunan yang belum menemukan setengah dari hatinya, tidak perlu khawatir, waktu yang tepat akan datang. Fokus ke dirimu dulu, kembangkan potensi, tapi jangan lupa memperhatikan sekitar. Karena biasanya yang mau sama kamu itu datangnya nggak terduga, tiba-tiba aja nongol pas lagi nggak expect apa-apa. Bisa jadi udah kenal lama, teman main, dikenalin teman, atau orang yang ketemu secara random (ini ada tangan Allah yang buat kalian ketemu lho).

            Semangat terus mencari cinta sejati dengan penuh kesadaran dan nggak baper duluan!

Share:

0 komentar