Naruto Fanfiksi : I'm Your Angel


 I’m Your Angel
Naruto © Masashi Kishimoto
Angel Duster © Susugi Sakurai
Warning: AU. Rated T. OOC. Multichapters. Angst/Romance/Fantasy.
Characters: Sasuke and Hinata

            Maaf, jadi publish fic baru hehe. Fic ini pengganti Shinjitsu No Uta yang nggak saya lanjutkan karena ada rencana mau dibuat original fic genre fantasy ^^.
            Oke langsung saja ya, selamat membaca ^^
.
.
            Summary: Hinata, malaikat yang dijuluki sebagai Evening Star karena merupakan malaikat terakhir yang sampai sekarang belum selesai mengerjakan tugasnya. Tugas para malaikat adalah membuat semua manusia di muka bumi bahagia sebelum pergantian tahun baru. Namun Hinata gagal sebelum itu. Akhirnya Kami memberikan tugas terakhir yang lumayan berat padanya. Yaitu menghilangkan kepedihan yang sedang dirasakan seorang pemuda bernama Uchiha Sasuke. Pertama yang ia lakukan tentunya mencari tahu apa yang membuat Sasuke mengalami lara berkepanjangan. Tapi harus sebelum hari pergantian tahun yang akan datang seminggu lagi. Kalau tidak Hinata akan…
.
.
            Apa yang paling kau takutkan di dunia ini?
            Kesendirian…
.
.
            Angels, answer me,
            Are you near if rain should fall.
            Am I to believe
            You will rise to calm the storm?
            --A Song by Enya, “Angeles”, The Shepherd Moons (1991) Album.
.
.
Chapter 1
.
.
            Malam menguasai hari. Malam yang dipenuhi kelabu tanpa ada binar bintang yang biasa menemani. Rinai hujan turun tergesa-gesa menghentak bumi. Dan jalanan yang lima menit lalu terlihat ramai kini mulai beranjak sepi.
            Senyap…
            Menimbulkan kegelisahan…
            Tapi tidak untuk sosok yang melayang di langit itu.
            “Untungnya aku tidak akan pernah merasakan dingin atau kebasahan,” dia seorang malaikat. Namanya Hyuuga Hinata. Terbang rendah di langit Kota Tokyo benderang meski saat itu malam berhujan. Sayap putihnya membentang indah lagi kokoh. Tubuhnya bercahaya ibarat bintang yang mengeluarkan sinarnya sendiri. Ia mengenakan kain putih yang menutupi seluruh tubuhnya; mengikuti lekuknya yang semampai.
            Hinata adalah malaikat yang sangat jelita. Julukannya Evening Star. Karena ia satu-satunya malaikat yang belum tuntas melaksanakan tugas.
            Ia jadi teringat percakapan terakhirnya dengan Kami.
            “Hinata, turunlah ke bumi. Ada yang membutuhkan pertolongan.”
            Hinata menunduk; memberikan salam hormat. “Berapa lama Tuanku memberikan waktu?”
            “Sampai di hari pergantian tahun. Itulah batasmu.”
            “Kalau aku gagal?”
            “Kau selalu saja pesimis, Hinata. Jangan sampai gagal, kau tahu akibatnya bagi dirimu.”
            Hinata semakin merunduk, lalu mengangguk.
“Di mana ya dia?” Ia terus mencari…mencari seseorang yang hari itu menjadi tanggung jawabnya. Aku tidak boleh gagal. Ia sendiri tidak tahu persis alasan Kami ingin menolong manusia ini, apakah ia manusia yang taat? Apakah manusia ini percaya akan adanya Kami?
Tanpa pikir panjang ia lalu memejamkan matanya, mencoba menerawang sosok yang sedang ia cari.
“Ketemu!” Hinata langsung membuka mata dan segera pergi ke tempat pemuda itu.
Ia pun akhirnya menemukan pemuda itu. Sedang bersandar di tiang listrik di pinggiran jalan Shinjuku; dekat dengan lampu lalu lintas.
“Uchiha Sasuke ya? Lebih pucat dari yang aku lihat barusan. Dia…seperti mayat hidup.” Hinata memperhatikan dengan saksama pemuda yang berada di depannya. Ia menurunkan tubuhnya ke tanah.
Pemuda itu berumur sekitar 18 tahun, sedang menghisap puntung rokok yang nyaris habis. Ia sedang memandangi langit kelam di atasnya, entah apa yang sedang ia pikirkan.
“Sedang menunggu seseorang ya?” Hinata tersenyum lembut. Ia lalu berdiri di sebelah Sasuke dengan merentangkan satu sayapnya. Melindungi pemuda itu dari basah. “Kau tidak akan bisa melihatku, tapi setidaknya aku bisa melindungimu.”
“Ia sendiri tidak menyadari jika air tak membasahinya lagi. Pikirannya ada di tempat lain. Kucoba menerawang saja,” Hinata lalu menyentuh bahu Sasuke, hal itu tak mengapa karena pemuda itu tak akan merasakan kehadirannya. Lalu sekelebat bayangan pun muncul di otaknya: Seorang gadis berambut merah jambu, pertengkaran antara gerombolan pemuda, pemuda berambut kuning, tangisan, lalu darah yang mengalir, bau anyirnya sampai terasa di hidungnya.
“Ugh!” Hinata menjauh sesaat. Lantas menatap Sasuke yang masih memandangi langit lekat-lekat. “Jadi kau telah melalui hari-hari yang berat ya?”
Ia lalu diam sejenak.
“Bagaimana caranya agar kau bisa bahagia?” Hinata jadi bertanya-tanya, tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
TENG!
TENG!
Jam kota telah berdenting, menunjukkan waktu berada di tengah malam. Malam yang kian lama kian dingin.
“Sasuke-kun…”
Sasuke berdiri dari sandarannya, memperhatikan seseorang yang telah memanggil namanya. Seseorang yang keluar dari rumah sakit yang kini sepi pengunjung. Ia memakai jaket putih. Pastilah ia seorang dokter.
Begitu juga dengan Hinata. “Gadis ini…” Ia tampak mengenalnya.
“Sakura…”
Gadis yang bernama Sakura itu menghembuskan nafas kuat-kuat, lantas tersulam senyum dari bibirnya yang tipis. “Padahal kau tak usah repot-repot untuk menjemputku.”
“Tidak baik perempuan pulang malam-malam,” jawab Sasuke datar.
“Apartemenku cuma tiga blok dari sini.”
“Tidak apa-apa, ini kemauanku.” Sasuke lalu mengambil payung yang sedari tadi ia sandarkan di belakang tiang listrik yang menjadi penyangganya. “Yuk.” Ia membuka payung itu.
Dan Sakura pun berdiri masuk ke dalam. “Terima kasih, Sasuke-kun.”
“Pacarnya ya?” Hinata lagi-lagi bertanya. Sayangnya ia tidak bisa membaca pikiran manusia, ia hanya bisa mengetahui masa lalu mereka dengan cukup menyentuhnya saja. Itu pun tidak semua yang bisa dilihat oleh kemampuannya.
Ia pun mengikuti kedua orang itu.
Beberapa menit kemudian akhirnya mereka sampai ke tempat tujuan.
“Kau ingin masuk ke dalam dulu?” Sakura membuka perlahan pintu apartemennya.
“Tidak, besok aku masuk kuliah jam pagi.”
Sakura kemudian tersenyum. “Baiklah, aku masuk dulu ya, Sasuke-kun. Kau harus secepatnya menjadi dokter. Sudah tinggal penelitian, kan? Masa kau kalah sama aku,” candanya.
“Tunggu, Sakura,” tiba-tiba saja Sasuke menarik tangan gadis berambut merah jambu itu.
“Ada apa?”
“Kau…” Sasuke terdiam sejenak. “Kau sekarang sudah masuk bulan ke berapa?”
Kedua alis Hinata terangkat, matanya pun membulat dua kali lipat ketika ia menyadari perut Sakura yang agak membesar. “Di-Dia hamil ya? Apa ia istri Sasuke?”
Sakura lalu memandangi perutnya. Ia mengelusnya perlahan dan berucap, “Lima.”
“Sakura aku—”
“Sasuke-kun!” potong Sakura cepat-cepat. “Berhenti menyalahkan dirimu sendiri.”
“Ta-Tapi,” wajah Sasuke mulai memelas.
Sakura menggeleng. “Tidak ada yang perlu disesali, Sasuke-kun. Semuanya memang sudah ditakdirkan terjadi. Tapi aku bersyukur bagian dirinya akhirnya ada dalam diriku juga.”
Sasuke terdiam. “Aku…tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri, Sakura!” serunya yang tak bisa mengontrol emosi. Ia lalu pergi meninggalkan Sakura yang masih berdiri di depan pintu apartemen.
Sakura hanya memandangi kepergian Sasuke dengan wajah suram. “Kau…yang membuat segalanya menjadi sulit, Sasuke-kun. Aku mengerti Naruto adalah sahabat yang berharga bagimu…”
“Naruto?” Hinata terus memperhatikan kata-kata yang diucapkan oleh Sakura.
“Tapi sungguh, itu bukan salahmu.” Sakura lalu masuk ke dalam apartemennya.
“Eh? Aku harus mengejar Sasuke,” Hinata mulai gelagapan, dan terbang dengan kecepatan penuh. “Aku harus mengetahui apa yang menyebabkan Sasuke sampai putus asa begini. Harus. Ini adalah misi terakhirku.”
Sasuke terus berlari…terus berlari menerjang hujan yang semakin kuat menghantam bumi.
Hyuuga Hinata memantapkan dalam hatinya bahwa ia akan melaksanakan perintah Tuannya. Dan ia tidak mau gagal.
v   
Sesampai di apartemennya, Sasuke buru-buru masuk, tentu diikuti Hinata di belakangnya. Ia mengunci pintu, lalu membanting tubuhnya ke kasur. Lalu menatap langit-langit tanpa ada ekspresi sama sekali.
Iba Hinata memperhatikannya. “Kelelahan ya?” Ia lalu duduk di kasur; di samping Sasuke. Ia lantas membelai rambut pemuda itu dengan lembut.
Tanpa kau minta
Diri ini akan selalu berada di sisi.
Walau kehadirannya tak disadari
Hingga pedih itu enyah dari sanubari.
Aku ditakdirkan berada di sini.
Memasuki duniamu yang begitu sepi
Hinata tiba-tiba menyadari Sasuke memperhatikannya. “Ah, dia tidak mungkin bisa melihatku ya.” Ia tertawa paksa.
“Kau siapa?” terlontar pertanyaan dari mulut Sasuke yang matanya belum beranjak dari sosok Hinata.
“Eh?” Hinata jadi kalang kabut tak percaya dengan apa yang terjadi pada dirinya. “K-Kau bisa melihatku?”
Bersambung

Share:

0 komentar