Naruto Fanfiksi: Kembalinya Klan Peri Klan Uzumaki Chapter 7

Kembalinya Klan Peri Klan Uzumaki
Naruto © Masashi Kishimoto
The Lord of The Rings © J.R.R Tolkien
Warning: Sequel from ‘HEART’. Semi-Crossover with The Lord of The Rings. Romance/Adventure. A bit Fantasy. AU. OOC.
Pairing insert: Naru/Saku, Mina/Kushi, Sasu/Hina, Shika/Ino, Kaka/Kure

Di chapter ini full tentang klan Uzumaki.
.
Sebelumnya…
Hinata pun membiarkan dua orang di dalam ruangan itu menumpahkan segala emosinya, karena kehilangan orang yang sangat penting dalam kehidupan memang sangat memilukan. Ia pun beranjak dari sana, dan menaruh rantang makanan yang dibawanya di ujung pintu. Besok dia akan mengunjungi Sasuke lagi, ia akan lakukan permintaan terakhir Naruto padanya.
.
Chapter 7
Klan Peri  Klan Uzumaki I
.
.
            “Apa…apa yang terjadi selanjutnya pada Rikudou Sennin?” tanya Naruto dengan airmuka yang menunjukkan ketidaksabaran.
            Kushina hanya menanggapinya dengan senyuman lembut, namun bisa Naruto lihat ada setitik sedih yang menguap dari ekspresinya. “Lihat saja ke depan, Naruto.”
            Lalu kini mereka berada di sebuah jembatan kecil yang menghubungkan dua tebing. Tepat di tengah-tengah lembah. Gelap dengan cahaya tipis putih kebiru-biruan yang menyelimuti wilayah itu. Entah darimana warna cahaya itu datang, yang jelas sangat eksotis dan romantis.
            Ketika menerawang ke depan lebih jauh lagi, akhirnya Naruto menyadari ada dua insan yang sedang berdiri di tengah-tengah jembatan kecil itu. Ah, rupanya itu mereka. Pria dan wanita. Abdi kerajaan dan sang putri. Suami dan istri. Uzumaki Hiro dan Uzumaki Sakura. Rikudou Sennin dan Hokuto no ōjo (Putri Bintang Utara).
            Di bawah mereka terbentang sungai kecil yang bermuara pada lautan yang tidak terlalu jauh dari wilayah rumah besar Uzumaki.
            “Jembatan itu bernama Gelair yang berarti bintang. Dan di bawahnya ada sungai kecil yang bermuara ke laut Aear, nama sungai itu adalah Menel yang artinya surga,” jelas Kushina pada Naruto.
            “Yah, aku tahu kok,” jawab Naruto singkat seakan tak terlalu peduli. Memang sejak ia berubah menjadi yousei, ia jadi mengerti bahasa yang menurutnya sangat aneh itu.
            “Tampaknya kau mengerti.” Kushina tersenyum lalu membiarkan Naruto larut dalam penjelajahan matanya pada dua insan yang berada di jembatan sana.
            Mereka saling berdekapan. Rikudou Sennin merengkuh lembut istrinya itu dari belakang. Kedua tangan mereka saling bertautan. Ia menyandarkan kepalanya di rambut merah jambu Sakura, tak bosan ia menghirup wangi bunga dari rambut indah itu. Bunga yang sama dengan namanya.
            Malam itu nampak tenang sekali. Meski dari dimensi lain, Naruto dapat merasakan kenyamanan yang luar biasa yang dihasilkan dari suasana ini. Syahdu.
            Dilihatnya Rikudou Sennin memandang ke atas langit gelap di atasnya. Senyum dari bibirnya seketika mengembang.
            “Pantas saja, padahal lampu penerang jalan tak dinyalakan. Elen sila lumenn’ omentilmo (Bintang itu selalu bersinar di setiap jam saat kita bertemu). Ini pasti ulahmu kan, Manis?” ucap pertapa hebat itu pada istrinya.
            Sakura tiba-tiba tertawa. “Ah, tidak kuminta juga, dia selalu begitu, Hiro. Earendell. Dia selalu senang jika melihat kita sedang bersama-sama begini. Makanya malam ini dia begitu terang.” Ia pun melihat ke atas sana, memandangi ratusan bintang yang sinarnya menerangi langit malam Uzumakigakure.
            Karena penasaran, Naruto pun ikut menengadahkan kepalanya ke atas. Seketika ia takjub. Gugusan bintang bertaburan menghiasi langit gelap di atasnya. Belum pernah ia melihat bintang berwarna putih kebiru-biruan itu, yang lebih membuatnya takjub lagi, bintang itu nampak lebih besar dari bintang yang ia sering lihat di Konohagakure. Sepertinya sangat dekat sekali dengan bumi Uzumakigakure ini.
            Tiba-tiba Kushina berujar pada anaknya, “Namanya Earendell, Naruto. Si pengelana dari utara, bintang yang hanya ada di Uzumakigakure. Konon katanya, yousei seperti kita ini tercipta dari cahayanya. Tapi tidak ada satu pun yang tahu pasti bagaimana kejadiannya.” 
            Naruto pun memandangi Kushina dengan airmuka sedikit terkejut. “Begitu?”
            ‘Sebenarnya yousei itu makhluk apa sih? Aku tak mengerti…,’ gerutu Naruto dalam hatinya yang membuat Kushina tersenyum karena geli. Ia tidak tahu jika Kushina bisa membaca pikirannya. Itu adalah kemampuan khusus miliknya.
            “Yah, aku mengerti dia hanya menurutimu, Sakura-hime, pewaris kekuatan Earendell. Dan dia juga hampir tidak mau berpisah denganmu, sampai-sampai merubah dirinya menjadi anting.” Rikudou Sennin lalu menyentuh anting berbentuk sehelai kelopak Sakura yang tersemat di telinga istrinya.
            “Ah, kau terlalu berlebihan, Tampan. Hanya ada segelintir yousei saja yang bisa mengendalikan kekuatan Earendell. Dan dia hanya muncul seratus tahun sekali. Dia berwujud sebagai antingku semata-mata agar aku bisa membawanya kapanpun,” titah Sakura.
            “Hmm, walau begitu tetap saja kekuatan dia yang sebenarnya hanya muncul di malam hari.”
            Sakura pun berbalik menghadap suaminya. “Ya, tapi kau percaya akan kekuatanku kan, Hiro? Tanpa Earendell aku pun bisa bertarung.”
            “Memang saat ini konflik semakin runyam, Sakura-hime. Aku tahu aku sedang diincar oleh manusia-manusia itu. Dan…”
            “Dan aku adalah perisaimu,” potong Sakura yang merengkuh kedua bahu Rikudou Sennin dengan lembut.
            Rikudou Sennin terdiam sejenak, lalu membawa tangannya membelai wajah cantik Sakura dari ujung mata, kemudian perlahan-lahan turun ke dagunya. “Bukan, kau adalah bidadariku.” Kemudian ia mengecup bibir ranum istrinya dengan lembut dalam tempo yang cukup lama. Menyampaikan cinta lewat keintiman yang tak terlarang. Dan Sakura nampak hanyut akan sentuhan kasih dari suaminya itu.
            Lantas Rikudou Sennin menarik wajahnya kembali. Ia pun berucap, “Le mellon, Sakura (Aku cinta kamu, Sakura).”
            “Ya, aku tahu. Aku juga mencintaimu.”
            Melihatnya entah apa yang Naruto rasakan, seperti kisah cinta sempurna yang banyak orang impikan, karena baginya cinta yang ia inginkan tak mudah didapat semudah membalikkan telapak tangan.
            Kalau memikirkan tentang cinta, bagi Naruto itu adalah ilusi. Seandainya gadis yang ia cinta merasakan perasaan yang sama…
            “Kau lihat kan, Naruto, mereka sangat harmonis. Tapi sudah kubilang sebelumnya. Ini tak berlangsung lama…,” jelas Kushina.
            “Maksudnya—”
            Belum sempat Naruto menyelesaikan kata-katanya, Kushina membawanya ke waktu lain. Mereka berdua pun berdiri di sebuah tanah lapang yang terdapat banyak tebing-tebing rendah. Permukaan tanahnya kering dan berkeriput.
            Saat tiba di sana, kepulan asap menutup wilayah itu. Naruto berusaha menghilangkan asap-asap itu agar tak menghalangi penglihatannya.
                “Ada apa ini? Kita di mana?” tanya Naruto pada Kushina.
            “Sedang terjadi perang. Ini di wilayah utara pintu masuk Uzumakigakure.”
            “Lalu siapa yang sedang berperang?” tanya Naruto lagi.
            “Lihat saja ke depanmu, Naruto.”
            Naruto memincingkan matanya. Kepulan asap itu lama-lama menghilang dan pemandangan di depannya tampak jelas. Ia pun langsung terkejut melihatnya.
            Di depannya tergeletak mayat yang cukup banyak. Bisa dilihat mereka yang tewas itu adalah yousei. Namun yang lebih membuat Naruto terkejut lagi adalah dua makhluk yang kini saling berhadapan.
 “Jadi ini kekuatan Hokuto no ōjo? Tapi sepertinya kau sudah kehabisan tenaga ya.”
“Heh, aku masih kuat menghadapimu. Jangan meremehkan aku,” ujar wanita itu terengah-engah.
“Haah, aku memang tak bisa main-main denganmu. Sebenarnya aku mengasihanimu karena kau wanita. Itu lebih mudah bagimu jika kau katakan di mana keberadaan suamimu sekarang.”
“Tak akan aku biarkan kau memasuki Uzumakigakure, Monster sialan!”
“Sudahlah, kau sendiri juga tahu racun dari siluman Ular temanku tadi sudah merembes masuk ke aliran darahmu. Sebentar lagi kau akan habis. Kalau manusia biasa sekali kena pasti akan mati. Sepertinya berkali-kali kau mengalirkan chakra ke tubuhmu sendiri untuk meminimalisir kecepatan efek racunnya. Namun sayang, satu-satunya penawar adalah hati siluman Ular itu sendiri yang tubuhnya telah kau hancurkan. Bodoh sekali!” Ia menyeringai penuh kemenangan, walaupun tubuhnya juga dibaluri dengan luka-luka besar maupun kecil. Bentuknya bersisik hijau serupa Naga. Ia sangat besar untuk lawannya yang seorang wanita—yang tubuhnya juga tak kalah berhiaskan luka.
“Di mana Rikudou Sennin? Mengapa istrinya yang bertarung?” tanya Naruto pada Kushina.
“Ia sedang berada di tempat lain di dalam rumah besar Uzumakigakure. Mengikuti rapat penting yang diikuti oleh para dewan pemimpin. Ini adalah serangan mendadak.”
Jantung Naruto mulai menggebu memikirkannya. Apa yang akan terjadi pada wanita itu? Apakah dia akan mati?
“Karena itu aku akan membunuhmu sebelum aku mati!” teriak Uzumaki Sakura percaya diri sembari mengunuskan kunainya ke arah lawan. Meski nafasnya tinggal separuh, dan tenaganya lama-kelamaan semakin layu.
“Kuakui kau memang hebat, seorang diri membunuh teman-temanku kesebelas monster Juunishi1. Pengawal-pengawalmu saja langsung tewas. Tapi sayangnya kau tak akan bisa mengalahkan aku si Naga yang paling kuat. Hahaha!”
“Kau manusia kan? Sepertinya siluman telah mempengaruhimu sehingga kau lupa kalau kau hanya seonggok daging yang diperalat,” balas Sakura itu sengit.
“Hah! Persetan dengan manusia! Aku ingin kuat! Karena itu aku membutuhkan kesembilan bijuu yang disegel di dalam tubuh suamimu.”
“Kau harus melangkahi mayatku dulu!”
“Bedebah! Akan kucabik-cabik kau sampai tubuhmu hancur. Graaauuummm!” Siluman Naga itu pun melesat ke arah lawannya dengan kecepatan tinggi.
Sedangkan Sakura hanya diam di tempat, ia memuntahkan darah segar dari mulutnya, lalu tersungkur ke tanah. “Sial! Aku tak bisa menahan racunnya lagi. Kalau saja tadi aku tak menyentuh kulit siluman Ular itu, pasti tidak begini,” teriaknya. “Aku tak mampu mengeluarkan jurus souzou saisei2.”
Naruto tersentak melihatnya ia pun berteriak, “Kita harus menolongnya!”
Namun tiba-tiba Kushina menahan Naruto. “Percuma Naruto, ini hanya rekonstruksi dari kejadian masa lalu. Kita hanya bisa diam memperhatikan.”
“Ta-Tapi—”
“Mati kau!” Naga itu menyemburkan api yang sangat panas ke arah Sakura.
Sakura tak bisa menghindar, ia terkapar di tempatnya. “Maafkan aku, Hiro,” bisiknya sembari menitikkan air mata.
Naruto yang tak tahan melihatnya pun segera melompat ke arah perempuan itu.
“Naruto!” teriak Kushina yang terkesiap melihat ulah Naruto.
Naruto mengeluarkan kagebunshin no jutsu untuk memudahkannya mengeluarkan Rasengan. Tapi ketika telah terbentuk, Rasengan itu langsung lenyap dari tangannya. “Lho? Aku tak bisa mengeluarkan Rasengan. A-Ada apa ini?” ujarnya panik.
Kushina hanya memandang iba pada anaknya. Masalahnya memang Naruto baru sembuh dari luka parah yang dideritanya kemarin. Masih diperlukan waktu lagi agar tubuhnya mampu mengeluarkan jurus-jurus pamungkasnya.
Sementara Naruto, ia memandang nanar ke pemandangan di depannya. Lalu menutup matanya rapat-rapat, tak sanggup melihat wanita yousei itu habis dilalap api. Cahaya dari kobaran api yang cukup besar itu pun menyilaukan matanya.
Namun tiba-tiba ia merasakan cahaya berlebihan dari kobaran api yang menyilaukan matanya lenyap seketika. Ia pun membukanya dan melihat api itu telah menghilang.
“E-Eh?” Kedua mata Naruto pun melebar seketika. Rupanya ada yang berdiri di sekitar tubuh Sakura untuk melindunginya. Dia adalah, “Rikudou Sennin… I-Itu…” Naruto terpaku di tempatnya karena melihat pemandangan yang pernah ia rasakan sebelumnya. “Enam tubuh Pain…” Ya, akhirnya ia datang juga. “Ah, benar juga, ia memiliki Rinnegan wajar saja jika jurusnya sama.”
Api yang sangat dahsyat itu dimakan oleh bagian tubuh hungry ghost realm. Keenam tubuh Rikudou Sennin sama dengan tubuh aslinya, seperti kagebunshin. Hanya animal realm saja yang seperti monster. Jadi untuk membedakan bagian-bagian tubuh yang memiliki jurus-jurus khusus sangat sulit dilakukan.
“Cepat kau bawa Sakura ke Miyazaki-sama. Jangan kau menghentikan langkah kakimu barang satu detik pun,” perintah Rikudou Sennin pada human realm.
Human realm tanpa pikir panjang lagi menggendong tubuh Sakura yang terkapar dan langsung pergi dari sana dengan sunshin no jutsu.
Dalam dekapan tubuh human realm Rikudou Sennin, Sakura akhirnya membuka matanya. “Hiro…,” bisiknya dengan suara parau.
“Ssstt…jangan bicara dulu, Sakura. Kau harus menyimpan sisa-sisa tenagamu, tapi aku mohon kau jangan tidur.” Ia takut jika istrinya tertidur malah semakin memperparah keadaannya sebelum mendapatkan perawatan penyembuhan.
“M-Maaf aku tak bisa m-mengalahkannya. Ini di siang h-hari, Earendell sama sekali t-tak bisa membendung kekuatan musuh.”
“Justru aku yang harus meminta maaf karena datang terlambat. Tak ada yang mengetahui serangan ini. Penglihatanku pun tak sampai kepadamu, aku juga tak tahu mengapa. Tadi ada rapat dengan petinggi kerajaan. Salah satu pasukanmu datang meminta pertolongan, tapi tak lama kemudian ia tewas.” Rikudou Sennin mempererat dekapannya pada Sakura. Dapat ia rasakan perlahan-lahan keadaan istrinya itu semakin melemah.
“A-Aku mencintaimu, Hiro…”
“Aku juga mencintaimu. Tolong jangan bicara lagi, Sakura. Aku mohon.” Sang human realm mulai menangis.
“Ya, t-tapi kau juga jangan menangis.”
Dan dengan itu Rikudou Sennin mencium kening Sakura, membiarkan airmatanya tetap jatuh, ia tak bisa menahannya.
“Serangan api terhebatku dihilangkan begitu saja olehnya. Jadi ini yang namanya Rikudou Sennin…,” ujar siluman Naga itu dengan nada suara bergetar. Ia memang mendengar kabar yang berhembus tentang kekuatan pertapa yang namanya melegenda itu.
“Kenapa? Kau mencariku kan?” tanya Rikudou Sennin dengan tatapan mata membunuh. “Kau manusia sampai berbuat seperti ini hanya demi mendapatkan sembilan bijuu. Kau juga nyaris membunuh istriku yang sangat aku sayangi.”
Siluman Naga itu bergidik ngeri. Aura membunuh sangat bisa ia rasakan. Ia tak mau mati seperti teman-temannya, tapi ia juga tak ingin menjadi pengecut yang melarikan diri. Ia mengambil ancang-ancang untuk mengeluarkan api dari mulutnya.
Rikudou Sennin pun membentuk segel tangan dengan cepat, kemudian mengatupkan kedua tangannya. “Akan kubalas seribu kali lipat… Chibaku Tensei!” Lantas tanah-tanah yang ada di sekitarnya naik ke langit, si siluman Naga itu pun ikut terangkat.
“Graauuummmm! Apa ini?!” Perlahan-lahan tanah-tanah itu pun melingkari tubuhnya dan dengan cepat mengurungnya dalam kurungan berbentuk bola besar.
“I-Ini…benar-benar jurus yang sama dengan waktu itu…,” titah Naruto mengulang kembali kejadian lalu saat ia bertarung dengan Pain.
“Kau akan kujadikan debu… Shinra Tensei!
BLAARRR…!
Rikudou Sennin menghancurkan Naga itu dengan sekali ledakan dalam kurungan yang dibuatnya. Ia pun langsung teringat pada istrinya. “Sakura…” Dalam sekejap ia pun menghilang dari tempat itu.
***
Naruto bisa merasakannya, suasana duka itu sangat pekat. Ketika Rikudou Sennin sampai di paviliun miliknya di dalam rumah besar atau kerajaan Uzumakigakure, semua anggota dewan pemimpin kerajaan ada di sana. Menunggu di depan pintu dengan wajah ditekuk.
“Di mana Sakura?” tanya pertapa itu dengan nada bergetar.
“Di dalam,” jawab salah satu petinggi kerajaan yang ada di sana.
Rikudou Sennin pun dengan terburu-terburu masuk ke dalam, namun sebelum itu ada yang merengkuh bahunya dari belakang. “Hiro…ini bukan akhir dari segalanya…,” ucap petinggi kerajaan itu.
Rikudou Sennin tampak tak mengindahkannya, ia terus berjalan ke dalam paviliun dengan langkah gontai. Sampai ia betemu dengan kedua anaknya yang masih kecil yang berada di depan pintu sebuah kamar. Masing-masing mereka berada dalam dekapan seorang dayang-dayang.
Naruto dan Kushina mengikuti dari belakang dengan keberadaan yang tak diketahui tentunya.
Kedua anak itu pun turun dari gendongan dayang-dayangnya dan berlari menuju ayah mereka. “Ada… (Ayah)!” teriaknya berbarengan.
Tangan terbuka Rikudou Sennin pun merengkuh tubuh kecil kedua anaknya.
Ada… (Ayah), kami tak dibolehkan melihat Mamil (ibu) sebelum Ada datang. Ayo kita ke dalam Ada…
“Ya, tapi tunggu, aku ingin memeluk kalian sebentar saja,” jawab Rikudou Sennin singkat. Namun dapat Naruto lihat titik air turun dari matanya yang tertutup rapat. Tangisan yang tak bersuara karena ia tak ingin anak-anaknya mendengar, ia terus mendekap kedua anaknya dalaam waktu yang cukup lama.
Tanpa sadar Naruto juga jadi terbawa suasana.
Kushina tiba-tiba berujar, “Dia tahu istrinya sudah tiada… Sebelum tiba di paviliunnya iya sudah tahu. Eh? Kau menangis, Naruto?”
Naruto pun buru-buru menyeka airmatanya, “A-Ah, aku hanya terbawa suasana saja.”
Kushina hanya tersenyum lembut sembari merengkuh bahu Naruto.
Karena entah mengapa Naruto membayangkan itu adalah dirinya.
“Baiklah, Naruto. Sekarang kita ke waktu setelahnya…,” ujar Kushina.
***
“Anda memang bisa merasakan bahaya yang menimpa orang-orang di dekatmu dengan rinnegan. Jadi menurutmu Sakura-hime sengaja menutup penglihatanmu padanya?”
“Begitulah,” jawab Rikudou Sennin sembari memejamkan matanya perlahan. “Dia ingin menyelamatkan saya, sehingga tidak mau saya terlibat dalam pertarungan itu.”
Kemudian sunyi itu mengitari mereka.
Tak berapa lama, ada yang berbicara “Lalu apa yang anda rencanakan, Hiro-sama? Saya sebenarnya setuju kesembilan bijuu itu disegel di tubuh anda. Namun kalau boleh jujur, saya rasa itu bukanlah jalan keluar yang terbaik. Akhir-akhir ini banyak orang-orang yang mengatakan dirinya shinobi menyerang desa kita untuk mengincar anda. Saya mengatakan ini bukan karena saya meragukan kemampuan anda untuk melindungi desa. Tapi kalau terus diserang, keselamatan desa akan terancam dan bisa terjadi jatuh korban yang tidak terhingga dari kedua belah pihak.”
Naruto melihatnya dengan airmuka datar, ekspresi pertapa yang baru saja melewati masa-masa beratnya ditinggal oleh yang paling berharga baginya. Dan kini sedang menghadapi masalah lain, yaitu pecahnya perang besar yang akan terjadi di depan mata.
Mereka sedang mengadakan pertemuan di sebuah lapangan terbuka yang tidak terlalu luas. Semua benda yang ada di sana terbuat dari batu-batu berwarna coklat. Duduk di atas kursi batu dengan sandaran setinggi dada. Di tengah-tengah ada sebuah meja besar berbentuk bundar. Mereka duduk mengelilinginya. Dengan disuguhi gemeresik air yang turun dari jeram kecil. Jeram itu keluar dari salah satu tembok batu yang mengelilingi tempat itu. Ditambah dengan daun-daun berwarna emas yang berguguran diterpa angin. Memang mereka lebih terlihat sedang bertamasya dibanding dengan melakukan rapat.
Dan juga sepertinya ia menemukan satu ciri khas klan Uzumaki yang sangat terlihat. Meski tidak semuanya, rata-rata dari mereka memiliki warna rambut semerah darah. Namun masih ada yang mengganjal pikirannya, yaitu mengapa mereka terlihat masih muda, cantik, dan tampan. Tak sekalipun Naruto melihat yang sudah renta di sini.
“Para petinggi kerajaan ini, mereka umurnya berapa?” tanya Naruto pada Kushina.
“Hmm? Kira-kira umur mereka sekitar 200 tahun. Yang paling muda Rikudou Sennin, dia berumur sekitar 50 tahun.”
“E-EH?” teriak Naruto yang terkejut mendengar ucapan Kushina.
Kushina tertawa kecil. “Itu salah satu ciri-ciri klan Uzumaki. Mereka berumur panjang, dan selalu terlihat muda, tidak pakai jurus macam-macam lho. Sudah dari awalnya begitu. Hehe.”
“I-Itu menyeramkan…,” ujar Naruto terbata-bata. Ia baru melihat hal aneh seperti ini seumur hidupnya.
“Lalu Uzumaki Miyazaki, yang memimpin rapat ini. Yang memakai obi berwarna emas itu. Dia pemimpin kerajaan Uzumaki atau yang biasa disebut juga rumah besar Uzumaki. Dan dia adalah ayahku…”
Sekarang Naruto hanya terdiam memandang Kushina dengan mata melebar dan mulut menganga.
Sementara Kushina hanya membalasnya dengan senyuman lebar.
“K-Kalau begitu umurmu berapa?”
“Aku?” Kushina memandangi langit di atasnya. Kemudian kembali menatap wajah Naruto dengan tersenyum. “Tidak ingat,” ujarnya.
Mendengarnya Naruto nyaris semaput ke tanah.
“Kita juga adalah shinobi, Miyazaki-sama. Meski sebenarnya kita memiliki kelebihan yang membedakan kita dengan manusia-manusia itu. Saya paham kekhawatiran anda. Tapi saya tak punya pilihan lain. Saya akan mengeluarkan bijuu-bijuu itu dari tubuh saya, dan meminta keempat hewan buas Shi no Ujigami menjaganya. Di mana tempatnya disegel saya masih memikirkannya, yang jelas di dalam wilayah Uzumakigakure…,” jawab Rikudou Sennin.
“Maksudmu…kau ingin ke Barinoruu secepat mungkin?” tanya petinggi lain.
Rikudou Sennin menundukan kepalanya sembari menutup rapat-rapat matanya. Ia pun lalu membukanya. “Ya…,” jawabnya singkat.
“Barinoruu? Apa itu?” tanya Naruto lagi.
“Barinoruu itu sama saja dengan Valinor. Surganya para yousei. Kalau mereka mati, arwah mereka akan pergi ke sana. Tentunya dengan jasad mereka yang telah dikremasi dan abunya ditaburkan di laut Aear. Yang terpisahkan akan bertemu kembali. Lautan akan mempertemukan arwah dan jasad itu dalam kehidupan abadi yang dinamakan Valinor.
“Hm?” Naruto mengerutkan dahinya. Ia tidak terlalu mengerti.
“Lalu bagaimana dengan anak-anak anda? Anda tidak bisa meninggalkan mereka. Mereka masih membutuhkan anda.”
“Tentu saja saya akan merawat mereka hingga mereka dewasa nanti, Retsu-sama. Saya akan mewariskan mereka kekuatan saya. Karena itu anda tidak perlu khawatir soal peperangan besar yang telah berada di depan mata. Saya yakin mereka bisa menyelesaikannya.”
Sunyi itu kembali terjadi beberapa saat. Kemudian…
“Kalau boleh jujur saya khawatir dengan sikap anak pertama anda yang berubah sejak ibunya meninggal. Kemarin Akio keluar dari desa tanpa mau memberi tahu pengawal ke mana dia akan pergi.”
Rikudou Sennin menatap datar salah satu petinggi rumah besar bernama Retsu itu. Lagi-lagi ia terdiam untuk beberapa saat. “Saya mengerti. Tapi tolong anda percayakan anak-anak saya kepada saya. Yang tahu mereka luar-dalam hanyalah saya.”
Wajah petinggi-petinggi itu mulai tegang. Sepertinya mereka mengerti tak seharusnya urusan keluarga dibawa dalam rapat mereka.
Salah satu dari mereka pun mengalihkan pembicaraan. “Oh ya. Saya dengar anda mengangkat salah satu klan dari manusia sebagai murid anda. Kalau kami boleh tahu klan apa itu?”
“Mereka klan yang sangat kecil, hanya terdiri dari beberapa orang saja. Tak perlu khawatir, mereka tak ada sangkut pautnya dengan penyerangan lima tahun lalu.”
“Ya, mungkin kau paham mengapa kami sedikit menginterogasimu tentang hal itu, Hiro-sama. Karena ini masalah krusial. Apa tujuanmu mengangkatnya sebagai murid?”
“Karena mataku tak pernah salah melihat masa depan…,” jawab Rikudou Sennin dengan kata-kata yang mengambang.
“Begitu? Apa nama klan itu?”
“Klan yang tinggal di dalam hutan. Dan mereka memiliki kemampuan melestarikan hutan. Klan Senju…”
“Sen-Senju? Senju Hashirama…,” ujar Naruto tiba-tiba. Ia tentu familiar dengan nama klan itu. Salah satu keturunannya adalah pendiri Konohagakure.
“Ah ya, ayah dari Senju Hashirama, Senju Eita adalah murid Rikudou Sennin,” sahut Kushina tiba-tiba.
Naruto tiba-tiba menjadi bungkam, ada yang mengganggu pikirannya. Perasaannya menjadi tidak enak. Jangan-jangan konflik yang terjadi selama ini berkesinambungan dengan hal-hal yang telah lama berlalu.
“Baiklah, Naruto. Kita lompat lagi ke waktu setelah ini,” ujar Kushina.
Naruto hanya mengangguk.
***
            Rikudou Sennin terus berjalan menuju hutan belantara yang berada tidak jauh dari tempat pertemuan tadi.
            Tentunya diikuti oleh dua orang yang tidak dikenalnya dari belakang—tanpa ia sadari.
            Dari kejauhan terlihat api yang cukup besar berkobar, Rikudou Sennin menghentikan langkah kakinya dan menatap ke arah kobaran api itu. Namun ia sama sekali tak terlihat panik, dan kemudian melenggangkan kakinya kembali menuju ke sana.
            Setelah sampai ke tempat tujuan, tampak seorang anak berumur sekitar 13 tahun sedang berlatih ninjutsu katon (elemen api).
            “Akio…,” ujar Rikudou Sennin. Tentu saja ia mengenal anak itu.
            “Ah ya, Naruto. Dia adalah anak sulung Rikudou Sennin,” ucap Kushinan pada anaknya.
            “Katon: Gouenka3!” Kemudian dari mulut anak itu keluar tiga bola api yang cukup besar, dan ketika menyentuh udara bola api tersebut bersatu. Ia membakar hutan yang ada di depannya.
            “Suiton: Hahonryuu4!” Tak disangka-sangka Rikudou Sennin memadamkan apinya, dengan jutsu suiton (elemen air). Api seketika lindap begitu saja.
            Akio pun langsung menatap ayahnya dengan wajah terkejut. Namun tiba-tiba airmukanya mengeras. “Ada (Ayah), mengapa apinya dipadamkan? Ada tak melihatku sedang berlatih?”
            Namun Rikudou Sennin membalas perilaku tidak sopan anaknya itu dengan wajah biasa. “Jurus itu adalah jurus tingkat B. Bisa-bisa kau membakar habis seluruh hutan yang ada di Uzumakigakure. Mengapa tak berlatih di tempat Suzaku?”
            “Aku diusirnya,” jawab Akio ketus. “Huh, kalau begitu aku cari tempat latihan di luar Uzumakigakure saja.”
            “Kau mau keluar desa lagi?”
            “Mau di mana lagi, Ada? Di sini sudah tidak ada tempat lagi yang bisa aku jadikan sebagai arena latihan.” Akio sebenarnya masih terlihat kecil, namun perangainya nyaris sama seperti orang dewasa. Apalagi ditambah dengan sikapnya yang kurang ajar pada Rikudou Sennin.
            “Kau bisa berlatih bersama Ada di tempat Suzaku,” ujar Rikudou Sennin.
            “Tidak perlu. Itu hanya membuang-buang waktu, Ada. Aku akan menjadi kuat dengan caraku sendiri.” Akio mulai berjalan meninggalkan tempat itu. Lantas ia kembali menatap ayahnya. “Suatu saat nanti aku akan lebih kuat darimu!” Setelahnya ia pun sunshin ke tempat yang entah di mana itu.
            Rikudou Sennin terdiam sejenak melihat kepergian Akio, lantas ia menghembuskan nafasnya kuat-kuat.
            Naruto tak mengerti apa yang sedang terjadi, dan apa yang sedang pertapa hebat itu pikirkan, yang jelas pasti banyak sekali hal-hal yang mengganggu pikirannya.
            Tiba-tiba Rikudou Sennin menggigit jarinya, membentuk segel tangan, lalu meneriakkan, “Kuchiyose no jutsu!” Ia menghentakkan tangannya ke tanah. “Datanglah pelindung api dari selatan… Suzaku!”
            Kemudian Naruto bisa mendengar pekikan seperti suara burung Elang dari udara. Langit di atasnya tiba-tiba mendung, dan mengeluarkan cahaya merah. Tak lama keluarlah seekor burung raksasa berselimutkan api dari sana, yang lantas mendarat di tanah tempat Rikudou Sennin berpijak dengan kecepatan super.
            “Wow…ini hewan kuchiyose dipertarungan dengan Jyuubi dulu. Benar-benar indah, dan  kuat. Berbeda sekali dengan Bos Gamabunta, dan Gamakichi,” gumam Naruto takjub. Rasa-rasanya ia juga ingin memiliki hewan kuchiyose seperti itu.
            Kushina hanya menahan tawa mendengarnya. Ia mengenal betul Gamabunta, yang dulu menjadi hewan kuchiyose Minato.
            Suzaku merentangkan sayap besarnya, dan memekik lagi. Setelah itu ia menghadap pada Rikudou Sennin, dan menunduk, sebagai tanda hormat pada tuannya itu.
            “Mae Govannen (Salam),” ucap Suzaku pada Rikudou Sennin.
            Rikudou Sennin membalasnya dengan membungkukan kepala sejenak. Kemudian ia berdiri tegak kembali.
            “Ada perlu apa, Hiro-sama? Anda memanggil saya ke mari.”
            “Yah, maaf. Ini juga tidak aku rencanakan sebelumnya. Ada yang ingin aku bicarakan padamu. Hal penting.”
Suzaku lantas diam, dan mendengarkan ucapan Rikudou Sennin.
            “Kau sendiri mengetahuinya…klan Uzumaki rata-rata memiliki elemen dasar angin, dan air. Elemen tanah, dan petir hanya beberapa. Yang lebih jarang lagi adalah elemen api. Aku bisa menggunakan kelima elemen karena mata ini. Dan aku mengerti, kau sangat menantikan pengguna elemen api selain aku, karena kau hanya mau menurut pada mereka saja.”
Lantas Suzaku memberikan pendapatnya. “Saya memang hanya ingin menuruti pengguna elemen api saja, namun tentunya saya tak asal pilih. Karena api adalah elemen penghancur dimana penggunanya bisa diracuni nafsu ingin menang sendiri, dan menggunakannya untuk kejahatan. Saya memilih seseorang yang bisa menggunakannya demi kebaikan. Maka saya tidak akan ragu membagi kekuatan saya padanya.”
Rikudou Sennin sedikit terhenyak dengan pernyataan Suzaku, namun itu tidaklah salah. Ia mengerti apa maksudnya. “Jadi kau menolak Akio…”
Suzaku terdiam sejenak, dan menatap tuannya dengan airmuka datar. Ia kemudian berujar. “Yousei itu sangat kuat, dan arif. Memang berbeda dengan manusia yang lemah, dan sombong. Tapi yousei juga bisa tenggelam dalam kegelapan, dan menjadi makhluk yang bengis. Anda tak perlu menyalahkan diri anda jika semua ini terjadi, meski yousei mengetahui masa depan, mereka jarang ada yang bisa mengubahnya.”
            “Ya, aku tahu…tapi yousei tidak sekuat apa yang selama ini dipikirkan oleh kalian. Mereka sebenarnya adalah makhluk yang rapuh. Terutama saat mereka kehilangan orang yang sangat disayanginya. Bersyukur mereka masih bisa bertemu lagi, meski di tenpat yang sangat jauh,” jelas Rikudou Sennin. Ekspresinya seketika berubah sedih.
            Tiba-tiba Suzaku mengalihkan pembicaraan ketika melihat ekpresi tuannya itu. “Anda sendiri, sebenarnya paling takut membuka rinnegan anda untuk mengetahui masa depan. Sekarang mengapa itu anda lakukan? Jika saya boleh mengetahuinya…”
            Rikudou Sennin menutup matanya sejenak, “Hanya ingin tahu. Tapi tetap saja, aku tidak punya kuasa apa-apa.”
            Sejak tadi Naruto hanya diam, dan mendengarkan pembicaraan mereka. Itu karena ia ingin mengerti apa yang sedang mereka bicarakan, sehingga ia memutuskan untuk mendengarkannya secara detail.
            Kemudian Rikudou Sennin berujar lagi, “Apa mungkin…apa mungkin suatu saat nanti akan kau temukan pengguna elemen api itu? Yang akan menjadi tuanmu menggantikan aku…”
            Suzaku berdeham. “Tentu saja ada, saya yakin itu. Tapi saya tidak tahu kapan dia akan muncul.”
            “Kalau begitu, aku akan menyerahkannya padamu, Suzaku. Mungkin hal buruk itu akan terjadi, tapi aku rasa sudah saatnya generasiku yang melanjutkan perjuanganku. Aku ingin segera cepat-cepat bertemu dengan Sakura.”
            Airmuka Suzaku pun menunjukkan rasa iba. “Anda…memang sangat ingin sekali bertemu dengan Sakura-hime…” Sepertinya ia sangat mengenal sosok istri tuannya.
            “Tentu saja, seharusnya seribu tahun pun akan bisa kami lewati bersama-sama di sini. Namun apa boleh buat, semuanya telah terjadi…”
            “Baiklah kalau begitu, kami berempat pun akan menjaga tempat ini di keempat pintu masuk utama,” ujar Suzaku dengan tatapan sungguh-sungguh pada tuannya itu.

            Bersambung…
           
            Glossary
1.     Monster Juunishi: 12 monster zodiac, Tikus, Ular, Kuda, Harimau, Kelinci, Naga, Babi, Sapi, Anjing, Burung, Biri-biri, dan Monyet.
2.  Souzou Saisei: Jutsunya Tsunade, kalau di sini, aku jadiin jurus asli klan Uzumaki. Fungsinya untuk meregenerasi sel-sel tubuh sehingga menyembuhkan luka yang fatal sekali pun. Tapi karena terkena racun dari si monster Ular dari Juunishi di atas, istri Rikudou Sennin pun sulit mengeluarkan jurusnya.
3.    Katon; Gouenka: Ninjutsu api rank B. Berbentuk tiga bola besar, yang disembur dari mulut lalu menyatu. Efeknya sangat dahsyat sekali. Bisa membakar 10 hektar hutan.
4.  Suiton; Hahonryuu: Ninjutsu air rank B. Rikudou Sennin mengeluarkannya dari tangannya sendiri, tanpa harus ada air di sekitarnya.
5.      Enam tubuh Rikudou Sennin: Berhubung agak-agak aneh jika di bahasa Indonesia-in, ini adalah jenis keenam tubuh Pain
1.      God Realm
2.      Animal Realm
3.      Hell Realm
4.      Asura Realm
5.      Human Realm
6.      Hungry Ghost Realm

Ah, maaf ya kalau membosankan ^^a. Oh ya, jurus Uzumaki Sakura istrinya Rikudou Sennin memang kurang jelas ya. Tapi tenang aja, nanti kalian akan tahu di chapter nanti, karena bakal ada penersunya yang mungkin sudah ketebak bakal siapa hehehehe.
Chapter depan lanjutan Klan Peri Klan Uzumaki II, sama masa lalu Namikaze Minato, dan Uzumaki Kushina. Buat Sakura dkk, sabar ya, nanti bakal kembali ke sana kok J.


Share:

0 komentar