Naruto Fanfiksi: You're My Everything Chapter 2 End

MAU KE JEPANG GRATIS? YUK, NULIS ARTIKEL. DEADLINE 16 JUNI 2016. INFO LEBIH LENGKAP KLIK BANNER DI BAWAH INI
Ikuti Present Campaign HIS Summer Trip Blogging Competition
 
You’re My Everything
Naruto © Masashi Kishimoto.
You’re My Everything Song © Glenn Fredly.
Pairings : Naruto dan Sakura. Setting : AU. Rating : T. Twoshots. Bahasa sedikit nyeleneh dan aneh. FLUFF.

“Dahimu yang lebar itu sungguh indah… Membuatku jadi ingin mencumbunya.” ~Uzumaki Naruto~


            Happy Reading, Friends ^^

BRAKK!!!
              Sakura membuka kasar pintu ruang Hokage sesampainya ia di sana. Dalam waktu satu jam ia berhasil tiba di Konohogakure. “Shisou, maaf aku ingin membatalkan misiku ke Iwa. Aku ingin menyusul—. Eh, Naruto?”
Rupanya Naruto sudah kembali ke desa dan berada di ruangan Hokage. Ia sedang memberi laporan pada Tsunade. Mereka terbengong-bengong memandang Sakura yang terlihat ngos-ngosan di ambang pintu.
Begitu juga dengan Gamatatsu yang berdiri di sebelah Naruto. Ekspresi yang dia pasang tak jauh berbeda dengan ekpresi wajah Tsunade dan Naruto. Alis terangkat dengan bibir mengerucut ke depan. Sebenarnya ukuran tubuhnya sebesar Gamakichi, tapi apa boleh buat Naruto memintanya untuk mengecilkan tubuhnya sejenak agar cukup masuk ke ruangan Hokage yang menurutnya tidak elit itu. Lantai kayunya lumayan lapuk, cat-cat dindingnya terlh memudar. Seharusnya ruangan ini segera direnovasi. Ya, dia adalah katak Myoubokuzan yang lumayan kritis, tapi selalu tak ada nyali untuk menyampaikan pendapatnya.     
“Sakura?! Kenapa kau kembali?!” teriak Tsunade. Padahal baru saja 5 jam berlalu. Tsunade mengerti pasti muridnya sama sekali tak sempat memijakkan kakinya ke desa Iwa.  
“Eh, Sakura-chan? Bukankah kau sedang ada misi dengan Teme? Di mana dia?”
“Diam, Dobe. Aku di sini!” Sasuke muncul dari arah belakang Sakura. Ia pun tak kalah ngos-ngosannya. Wajahnya mengkisut, matanya menyipit seperti kakek-kakek karena saking kecapaiannya mengejar Sakura. Sasuke tak menyangka Sakura bisa secepat itu berlari 2 jam non stop tanpa istirahat.  
Naruto tertawa melihat muka tak biasa Sasuke yang seperti kecapaian sehabis ikut lomba lari marathon mengelilingi Negara Hi. “Bwahahaha…!! Kau kenapa, Teme? Wajahmu aneh sekali! Hahaha!!!” tawa Naruto sembari memegangi perutnya.
            Sakura tiba-tiba menghampiri Naruto—menarik tangannya—dan keluar dari ruangan.
            “Are? Nani yattan da, Sakura-chan?!”
            “Tunggu, Sakura! Kau mau kemana? Kau belum memberitahuku kenapa kau tak melaksanakan misimu!”
            “Maaf, Shisou. Ada hal yang ingin kubicarakan dengan Naruto dulu.”
            “Huh?” Tsunade mengerenyitkan dahinya. Tak biasanya Sakura menolak perintahnya seperti ini. Itu adalah dokumen penting, harus diberikan tepat pada waktu yang telah dijanjikan. Mau taruh di mana muka Tsunade kalau ia mengingkari janjinya sendiri? Dan apa kata Tsuchikage nanti?
            Tsunade jadi naik pitam. Tapi ia tahu kepada siapa amarahnya itu dapat terlampiaskan.
            “Uchiha Sasuke…”
            GLEK
            “Ya?” ujar Sasuke pelan. Ia menelan ludahnya sendiri. Lalu mengarahkan pandangannya ke arah Tsunade yang menatapnya garang. Sedari tadi dia sudah bisa menebak bahwa hal buruk akan menimpa dirinya. Bak bom dokhla yang Presiden Bush jatuhkan di Afghanistan, ruangan itu nyaris hancur akibat dari teriakan menggelegar Tsunade.
            BOOM!!!
            “Grrrhhh… KENAPA KAU TIDAK MELAKSANAKAN MISI PERTAMAMU DENGAN BAIK, SASUKE???!!!”

0o0o0o0o0

              “Kenapa—kenapa kau tak memberitahuku kalau kau akan pergi ke Myoubokuzan selama 2 tahun, Naruto?!” Tanya Sakura sembari menarik kerah Naruto seperti hendak meninjunya.
              Naruto terheran-heran melihat sikap Sakura ini. “Bukankah kemarin kau yang bilang sendiri bahwa lain kali saja aku memberitahunya?”
              Sakura merasa ditampar bolak-balik. Hal itu yang memang kemarin diucapkannya pada Naruto. Tatapannya pun melunak. “A—Aku…” Ia lantas melepaskan cengkramannya dari kerah Naruto, menundukkan kepalanya.
              Dengan gaya cool, Naruto membenarkan kerahnya bajunya yang berantakan.
               “Gomenasai, Naruto… Aku tidak tahu kalau yang ingin kau sampaikan adalah—tapi untuk apa kau tinggal di Myoubokuzan selama 2 tahun?”
              Naruto menjawabnya tanpa berekspresi. “Aku belum layak jadi Hokage jadi aku butuh berlatih satu atau dua jutsu tingkat S lagi.”
              “Ma—Masa? Bukankah kau sudah cukup hebat, Naruto? Dan selama itu?”
              “Ya, sebenarnya itu bukan alasan utama. Aku hanya ingin berlibur sejenak di sana untuk menghilangkan penatku.”
              Namun dalam pikirannya Naruto juga berkata. ‘Maaf, Sakura-chan. Untuk yang satu itu aku tidak bisa memberitahumu. Nanti kau malah tidak membiarkan aku pergi.’
              Sakura mengerenyitkan dahinya. “Jadi kau mau pergi karena kemarin aku marah kepadamu?”
              Lantas airmuka Naruto berubah drastis menjadi konyol. Muka penuh leluconnya pun ia keluarkan karena ia tak mau Sakura menyesali kepergiannya. “Hahaha… Tentu saja tidak, Sakura-chan. Aku sudah merencanakan hal ini jauh-jauh hari. Lagipula aku tak mengambil hati umpatanmu kemarin. Santai saja, Sakura-chan,” ucap Naruto sembari cekikan. Bukannya terhibur wajah Sakura malah bertambah muram.
              “Eh? Kau kenapa, Sakura-chan? Tak usah sedih begitu... Hei! Bukankah kau sedang ada misi bersama Teme? Ini kesempatan bagus untukmu, Sakura-chan! Pastinya tak ada aku yang mengganggu kalian. Dua tahun, Sakura-chan. Dua tahun kau tak akan merasa bosan. Hehehe…”
              Kalau memang tak diambil hati, mengapa Naruto terus mengucapkan pernyataan Sakura kemarin? Ia makin merasa bersalah.
              Sebenarnya Naruto bertanya-tanya pada dirinya sendiri, mengapa Sakura sampai seperti ini mendengar dia akan pergi. Of course, dia selalu clueless walaupun sebenarnya tingkat ke-GR-annya itu selangit.
              Tapi Naruto bukanlah orang yang cepat tanggap terhadap lingkungan di sekitarnya. Buang sampah saja kadang ia tak peduli, apalagi terhadap seseorang yang memiliki perasaan khusus padanya.
            “Kau bodoh, Naruto…,” ucap Sakura yang kini menyesal mengapa kemarin ia berbicara seperti itu pada si blondie. Dia tidak bosan kok. Beneran deh. Namun entah mengapa kata-kata yang ia keluarkan selalu berbeda dengan hati nuraninya sendiri.
            “Memang hanya itu yang kau ingin katakan kepadaku? Hanya salam perpisahan?”
            Naruto terlihat berpikir sejenak, ragu untuk menyampaikannya. “Sebenarnya ada yang lain sih, Sakura-chan.” Ia lalu merogoh kantung kunainya, hendak mengeluarkan sesuatu dari sana.
            Sakura melihat dengan saksama gerakan tangan Naruto.
            Tapi Naruto malah menarik lagi tangannya keluar. “Ah, tidak jadi deh. Hahaha!”
            “KENAPA TIDAK JADI?!” teriak Sakura kesal. Padahal dia sangat penasaran dengan apa yang ingin Naruto keluarkan dari kantung kunai-nya.
            “Aaa… Itu… Umm…” Diteriaki seperti itu Naruto jadi tambah grogi. Ia mulai bertapa lagi dalam pikirannya. Mungkin inilah waktu yang tepat untuk memberikannya pada Sakura.
            “Apa yang kau ingin tunjukkan padaku? Cepat perlihatkan sekarang!”
            “Tidak jadi, Sakura-chan. Bukan sesuatu yang penting kok. Hehehe,” ucap Naruto cekikikan sembari mengusap-usap belakang kepalanya. Rupanya ia belum siap mental untuk memberikannya pada Sakura.
            Sakura yang merasa dipermainkan tiba-tiba jadi merah padam. Tampang sangarnya yang biasa ia sembunyikan tak ragu-ragu lagi ia keluarkan. “Grrrhh… Kau Naruto! Cepat tunjukkan benda yang kau sembunyikan itu di kantong kunai-mu!”
            “Eh? Beneran kok, bukan sesuatu yang penting, Sakura-chan. Ehehehe.” Naruto mulai merinding melihat wajah Sakura yang terlihat sangat menyeramkan. Ia mundur satu langkah. Tapi ia tetap tidak mau menunjukkan benda itu pada Sakura.
            Lantas koridor menara Hokage pun terasa panas bagi Naruto.
            “Kau membuat marah, Uzumaki Naruto!” Sakura mendekat ke Naruto dengan mengepalkan tangannya. Ia siap-siap melayangkan bogem mentah pada Naruto.
            “E—Eh, Sakura-chan. Tu—Tunggu dulu… Aku—.” Naruto terdesak di dinding, berusaha untuk menenangkan Sakura yang mulai mengamuk. Tapi sepertinya itu adalah hal yang sia-sia…
            “SHANNAROOO!!!!” Dan…
            BLARR!!!
            ‘Hm, suara apa itu? Keras sekali…”
            “POKOKNYA AKU TIDAK MAU TAHU!!! KAU HARUS MENGANTARKAN DOKUMEN ITU SEKARANG JUGA. H^*(&%$#$MV()%#.$#@@((”
            Sasuke yang sedang dimarahi habis-habisan oleh Tsunade menoleh ke luar ruangan Hokage. Kepulan asap lamat-lamat terlihat dari sana. Mata Sasuke tak ayal langsung terbuka lebar.
            Gamatatsu pun memberikan reaksi yang sama. ‘Ada apa ya? Apa kak Kichi sudah meng-summon Naruto? Kalau begitu aku juga harus secepatnya pergi dari sini’ Kemudian Gamatatsu mencoba memotong pembicaraan Tsunade dengan Sasuke. “Ano…”
            “Hei, Sasuke! Perhatikan penjelasanku, kau melihat apa, hah?!”
            “A… Itu Tsunade-sama. Sepertinya terjadi keributan di koridor sana. Boleh kulihat sebentar?”
            “Hh? Aku tak mendengar apa-apa. Kau jangan mengalihkan pembicaraan. Kau tidak bisa kabur, lepas dari tanggung jawabmu!”
              Gamatatsu menoleh bolak-balik pada Tsunade dan Sasuke dengan wajah polosnya. ‘Sepertinya mereka menganggapku tidak ada, ya?’
            ‘Dasar, ia tak bisa mendengar suara lain karena terhalang oleh suaranya sendiri yang cempreng bak terompet rusak itu,’ gerutu Sasuke dalam hatinya. ‘Lagian ini bukan salahku. Ini gara-gara Sakura yang tiba-tiba langsung mengajak pulang ke desa.”
            Sementara itu di koridor Menara Hokage…
            “Jangan lari, NARUTOOO!!!”
            BLARR!!!
            Sakura meninju lantai koridor. Lantainya pun seketika luluh-lantak, bolong di tengahnya.
            Naruto memandang ngeri Sakura. Untuk menghindar ia langsung bertengger di langit-langit koridor. ‘Ya, Tuhan. Bisa-bisa bangunan ini hancur. Aku harus bisa menghentikan amukan Sakura-chan. Tapi bagaimana? Aku belum ingin memberikan benda itu padanya.’
            Sakura celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri. Tapi ia tak menemukan seseorang yang sedang dicarinya. Lalu ia melihat butiran debu berjatuhan dari langit-langit koridor. Sejurus ia langsung menoleh ke atas.
            “GGRRRhhh… Naruto! Cepat turun!”
            “Tidak mau!” rengek Naruto seperti anak kecil.
            “Kenapa tidak mau?!”
            “Habis kau menyeramkan, Sakura-chan.
            “A—Apa? Awas kau, Naruto! SHANNAARROOO…!!!” Sakura melompat ke atas.
            “Eh? Apa aku salah ngomong? Kenapa Sakura-chan jadi tambah sangar? Uwaaa….!!!!” Teriak Naruto sembari menghindar dari serangan Sakura. Ia melompat kembali ke lantai. Tapi retakan di lantai akibat serangan Sakura tadi membuat kaki Naruto tersandung. “Aduh!”
            Tanpa Naruto ketahui, sebuah benda yang disembuyikannya tadi keluar dari kantung kunai-nya.
              Melihat Naruto yang terjatuh, Sakura lalu berbalik arah untuk menyerangnya kembali.
             Naruto lalu menghadap ke arah datangnya Sakura. “Hiiiyyyy!!!!” Matanya terbuka lebar ketakutan melihat Sakura yang berlari ke arahnya. Kini ia pasrah menerima serangan ganas si rambut pink itu. Naruto pun menutup kedua matanya. Ya, dia akan tamat kali ini! 
            “Kau tidak akan bisa lari, Naruto! Rasa—. Eh?!”
            Naruto membuka matanya ketika ia merasakan tak ada bogem mentah melayang ke tubuh atau ke wajahnya. Ternyata eh ternyata, Sakura terdiam bak orang yang disihir menjadi patung. “Lho? Kau kenapa diam, Sakura-chan?”
            Sakura terpaku melihat suatu benda yang letaknya tak jauh dari Naruto. Benda tersebut adalah sebuah kotak berbentuk love bertuliskan ‘Sakura e’ di penutupnya.
            Naruto menyadari Sakura sedang tak memperhatikan dirinya. Ia menoleh ke mana Sakura memandang. Ia pun terkejut melihat kotak itu tergeletak di sana. “Kuso!” umpat Naruto.  Ia segera bangkit untuk mengambil kotak tersebut.
            Naruto pun memalingkan wajahnya pada Sakura, dilihatnya tatapan Sakura yang melunak—pandangannya tak sedetik pun menjauhi kotak yang sedang Naruto genggam itu. 
            ‘Kenapa kau keluar?!’ umpat Naruto dalam pikirannya. Ia membelakangi Sakura dan meremas kuat kotak tersebut. Sebenarnya yang dia lakukan sungguh tidaklah berguna karena kalau pun kotak itu dihancurkan ia tak akan merasakan apa-apa. Bisa jadi barang mahal di dalamnya ikut rusak. ‘Bagaimana ini? Aku belum siap mental mengatakannya…’
            “Na—Naruto…”
            GLEK!!!
            Naruto menelan ludahnya sendiri. “Y—Ya?” Ia memalingkan wajahnya pada Sakura. Dilihatnya mata jade Sakura yang tampak berkaca-kaca.
            Sakura…speechless. Ia tak mengerti mengapa jantungnya berdebar kuat seperti ini. Melihat namanya tertera di kotak tersebut ia jadi salah tingkah. ‘Mu—Mungkinkah, Naruto…’  
            “Ya, Hahaha. Ketahuan deh,” ucap Naruto sembari tertawa. Tapi tetap saja rasa groginya tak bisa ia sembunyikan.
            “Na—Naruto… Benda itu…”
            Naruto memalingkan wajahnya pada kotak yang ia genggam di tangannya. “Ah, iya Sakura-chan. Aku akan pergi selama dua tahun. Jadi aku ingin memberikan sesuatu padamu.”
            “Se—Sebenarnya apa benar kau pergi 2 tahun hanya untuk berlatih saja di Myoubokuzan?”
            “Ahaha…!! Benar kok Sakura-chan. Aku hanya ke Myoubokuzan tidak ke mana-mana.”
            “Ta—Tapi—.”
            “Lagipula… Ada suatu hal yang ingin kusampaikan padamu.”
            “Eh? A—Apa?”
            “Ano… Sakura-chan. Aku… Sebenarnya aku...” Jantung Naruto jadi dag dig dug tak keruan. Semoga ia tidak salah ucap. Kemudian Naruto menutup keduanya. “Ma—Mau—.”  
            POOF!!
            Belum sempat Naruto menyelesaikan kata-katanya, ia menghilang dari hadapan Sakura.
            “Lho? Na—Naruto?!” Sakura panik melihat Naruto yang menghilang tiba-tiba. Ia melihat ke sekelilingnya. “Ke mana dia?! Naruto!” Sakura berlari ke sana ke mari. Tapi batang hidung Naruto tak terlihat di sudut manapun. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke ruangan Tsunade.
            Sementara itu di suatu tempat…
            “MAUKAH KAU JADI PACARKU?” ucap Naruto lantang. Akhirnya kata-kata itu keluar dari mulutnya juga. Matanya masih tertutup rapat-rapat, ia enggan membukanya karena takut melihat ekspresi wajah yang Sakura pasang.
            “Heh, aku tak sudi jadi pacarmu!”
            “Eh? Ini bukan suara Sakura-chan,” dan Naruto pun membuka perlahan matanya. Rupanya dia sudah tidak lagi berada di Konoha. Ia melihat daerah sekelilingnya.
            Pegunungan… Kolam minyak… Patung kodok…
            “KORA, KICHI!! Kenapa kau meng-kuchiyose-ku ke tempat ini? Dan… DAN SIAPA JUGA YANG SUDI MENJADIKANMU SEBAGAI PACARKU?!!
            “Heh! Kau tadi yang bilang sendiri padaku sambil menyodorkan benda itu.” Gamakichi menunjuk ke arah sebuah benda yang sedang digenggam Naruto. “Lagipula bukannya kau yang meminta untuk disummon ke sini?”
            “Ini bukan untukmu tahu! Kau meng-summon-ku bukan pada waktu yang tepat!” Naruto memaki-maki Gamakichi sembari mengarahkan telunjuknya ke arah kodok tak tahu di untung itu.
            “Huh, kenapa jadi marah-marah? Lagipula kenapa penampilanmu berantakan begitu?”
            Naruto memperhatikan dirinya sendiri. Lalu menyadari kalau tubuhnya itu penuh debu dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Naruto tak menjawabnya. “Pokoknya aku harus kembali ke Konoha sekarang juga! Kau mengacaukan acara pernyataan cintaku pada Sakura-chan!”
            “Hahaha… Untuk Sakura rupanya. Tapi menurutku cara menembakmu tadi nggak banget, ketinggalan zaman, dan norak tahu! Kau harus latihan lagi, Naruto. Ekspresi yang tadi kau pasang juga seperti peminta-minta di jalanan. Hahahaha.”
            “URUSHAI!!!” bentak Naruto yang membalikkan tubuhnya lantaran malu. Lantas ia terlihat berpikir sejenak, kemudian pada akhirnya ia setuju dengan pendapat Gamakichi. Caranya menyatakan cinta pada Sakura memang terlalu klise. Padahal ini sudah zamannya Bella dan Edward tapi kenapa dia masih menyatakan cinta ala zaman purba? Untungnya tadi Sakura tak sempat mendengar pernyataan cintanya karena dia keburu disummon oleh Gamakichi ke Myoubokuzan.
            Naruto membayangkan bagaimana jadinya kalau ia kembali lagi ke Konoha sekarang juga.
            ‘GGrrrhhh… Kau tadi menghilang kemana, Naruto???!!! Sudah cukup kau mempermainkan aku!!! Rasakan ini, SHANNAARROOO!!!’
            “Aduh!” Naruto menyentuh dahinya sendiri. Ia sedang membayangkan Sakura meninju keras kepalanya. Bisa-bisa hal itu yang bakal terjadi kalau ia kembali ke Konoha sekarang. Mungkin Sakura sedang kelimpungan sembari ngamuk ke sana ke mari mencari ke mana dia pergi.
            “Ya, barangkali memang sekarang bukan saatnya, Kichi. Kau benar caraku menyatakan cinta pada Sakura-chan memang nggak banget, ketinggalan zaman, dan norak,” ucapnya sembari menunduk.
            Gamakichi terbelalak kaget melihatnya. ‘Eh? Apa-apaan wajahnya itu. Dia laki-laki yang sensitif ternyata, dasar!’ ucapnya dalam hati sembari menyipitkan matanya.
            “Ya, sudahlah. Aku mau ke tempat Fukasaku-sama. Kau tahu di mana beliau, Kichi?
            “Kau tak jadi kembali ke Konoha? Ada di rumahnya mungkin sekarang sedang makan siang.”
            ‘Makan siang?’ Tanya Naruto dalam hatinya. Lalu otaknya mulai berputar, membayangkan makanan apa yang sedang mereka santap. Naruto kelihatan ingin muntah. Ia ragu untuk langsung ke sana. Bisa-bisa ia ditawari sup ulat hijau yang warnanya kehijauan seperti kotoran kerbau. Dan tentunya ia tidak mau mencicipi makanan itu sesendok pun, seperti waktu dulu saat ia pertama kali berlatih sennin mode di sini. Beruntung dia membawa sedikit makanan di ranselnya.
            Lantas Naruto pun melenggangkan kakinya menjauhi Gamakichi.
            “Eh, Naruto! Kau mau ke mana? Itu bukan jalan ke arah rumah Fukasaku-sama.”
            “Aku tahu kok. Aku mau ke tebing sebentar.”
            “Untuk apa?”
            “Bukan urusanmu, Kichi.”
            ‘Dia masih kesal sepertinya. Lebih baik aku biarkan saja dia ke sana,’ gumam Kichi dalam hati. “Hati-hati, kabut sedang turun. Bisa-bisa kau terperosok ke jurang.”
            “Iya… Iya… Kau bawel Gamakichi.” 
            Gamakichi celingak-celinguk ke sana ke mari. Ada seseorang yang ia tunggu, tapi entah mengapa tidak nongol juga sedari tadi. Padahal seharusnya adiknya pulang bersamaan dengan sampainya Naruto di Myoubokuzan. “Tunggu, Naruto. Tatsu dimana?
            “Dia masih di ruangan Tsunade-baa-chan. Nanti juga kembali kok. Tenang saja, Kichi. Daaa…”
            Time skip. Di ruangan Hokage.
            “Shisou! Anda melihat Naruto?!” Sakura muncul di ambang pintu. Tersengal-sengal ibarat orang yang kecapaian sehabis dikejar anjing gila. Wajah putihnya yang terlihat pucat membuat Tsunade dan Sasuke terbengong-bengong melihatnya. Lalu penampilannya yang acak-acakan penuh peluh dan debu. Ada apa ini? Tsunade masih ingat betul Sakura tadi baik-baik saja ketika keluar dari ruangannya. 
            “Bukankah tadi dia bersamamu, Sakura?” Tanya Sasuke untuk memastikan.
            “Me—Memang benar, Sasuke. Tapi tadi Naruto tiba-tiba menghilang begitu saja.”
            Alis Sasuke terangkat, ia menyadari sesuatu yang aneh dari ucapan Sakura tadi. ‘Tumben dia tidak memanggilku Sasuke-kun.’
            “Pasti Kichi-nii telah meng-summon Naruto ke Myoubokuzan. Dia harus mempersiapkan misi besarnya. Kalau begitu aku permisi dahulu.” Gamatatsu yang sedari tadi menjadi kambing congek di ruangan itu akhirnya memiliki kesempatan untuk berbicara juga. Sebelum pergi, ia menunduk pada Tsunade terlebih dahulu.
            Tsunade pun mengangguk.
            Gamatatsu lantas merapalkan jutsu untuk mengeluarkan pintu jalan pintas menuju ke Myoubokuzan.
            “Tunggu!!!”
            “EEeepp…!!” Tiba-tiba seseorang menarik kaki Gamatatsu dengan kuat hingga ia terpelanting ke lantai.
            “Apa-apaan kau, Sakura?!” teriak Tsunade yang langsung berdiri melihat sikap tidak sopan Sakura pada katak gembul itu. Walaupun dia itu adalah hewan yang tak ada bagus-bagusnya, namun tetap saja tak layak diperlakukan dengan semena-mena.
            “Kumohon jangan pergi dulu… Err… Siapa namamu?”
            “Gamatatsu!” jawab kodok gembul itu ketus. “Kenapa kau menghalangiku pulang?”
            “Tadi aku dengar Naruto akan menjalankan misi? Misi seperti apa? Di mana? Kapan? Dengan siapa? Dan…”
            “Mo ii, Sakura!” teriak Tsunade memotong omongan Sakura yang nyaris tak memiliki jeda. Panjang seperti kereta api yang memiliki sepuluh gerbong.
            “Ha—Hai. Gomenasai, Shisou,” ucap Sakura yang langsung menundukkan kepalanya. Ia sendiri tak mengerti kenapa ia menjadi senewen seperti ini. Tapi ia tetap ingin mengetahui perihal kepergian Naruto selama dua tahun itu. Berarti kecurigaannya benar, Naruto memiliki urusan lain selain berlatih di Myoubokuzan. “Shisou, tapi apa benar Naruto akan melaksanakan sebuah misi? Yang aku tahu dia ingin liburan di sana. Aku sudah curiga mana mungkin selama itu dia meninggalkan Konoha kalau niatnya hanya untuk liburan.”
            ‘Yah, apa boleh buat. Tak perlu merahasiakannya lagi pada Sakura,’ ucap Tsunade dalam hatinya.
            Melihat gurunya diam saja Sakura sedikit blingsatan. “Shisou, aku mohon jawab pertanyaanku dengan jujur,” rengeknya.
            “Baiklah, Sakura. Aku harap kau tenang dulu. Aku akan memberitahukan suatu hal padamu.” Tsunade menghela nafasnya sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya. “Naruto mendapatkan misi SS rank dari petinggi Konoha untuk menghentikan pemberontakan kejam di Kusagakure.”
            “Kusagakure? Maksud Shisou pemberontak bulan merah yang sadis itu?”
            Tsunade menganggukkan kepalanya.
            Sakura menggigit bibirnya sendiri. Ia tahu betul pemberontak yang dalam setahun ini tindak-tanduknya sangat meresahkan masyarakat. Mereka adalah penjahat yang bisa dibilang penjelmaan dari Akatsuki atau bisa juga disebut sebagai Akatsuki kedua. Berdomisili secara misterius di Negara Rumput.
            Satu tahun terakhir ini, rakyat di sana sangat menderita. Terjadi pembantaian masal, kelaparan, pertikaian dan berbagai macam tindak kriminal kelas atas di sana.
            “Tapi kenapa harus Naruto yang ke sana sendiri?”
            Tsunade diam sejenak. Lalu melanjutkan kembali penjelasannya pada Sakura. “Misi ini adalah penentuan terakhir apakah Naruto layak menjabat sebagai Hokage Keenam atau tidak. Kalau misi ini berhasil ia laksanakan, maka para petinggi Konoha tidak akan ragu lagi untuk mengangkatnya sebagai Hokage Keenam.”
            Sakura terlihat sumringah.
            Sedangkan Sasuke tidak memasang reaksi apa-apa di wajahnya, karena ia sendiri telah mengetahui perihal tersebut dari Naruto. ‘Ano Dobe… Kenapa tidak mengatakan hal yang sesungguhnya pada Sakura? Aneh… Apa terjadi sesuatu hal pada mereka kemarin?’
            “Ta—Tapi, Shisou. Tetap saja aku sangat khawatir dengan keadaan Naruto nanti. Bagaimana kalau Naruto—.”
            “Sakura… Naruto bukan anak kecil lagi. Dia pasti bisa menjaga dirinya sendiri. Lagipula dia adalah pahlawan besar kita. Kau sudah mengetahuinya sejak lama ‘kan, Sakura?” Tsunade menyunggingkan senyuman manisnya pada Sakura. Berusaha untuk meyakinkan muridnya. Namun gadis itu tampaknya tetap gundah gulana.
            Tsunade menceritakan kembali pada Sakura mengapa Naruto pergi selama itu. Sebulan lagi Naruto akan menyusup masuk ke desa kecil itu sebagai pendatang baru. Ia tak bisa gegabah dengan langsung melakukan penyerangan, bisa-bisa rakyat di sana juga menjadi korban. Untuk itu petinggi Konoha memberikan waktu dua tahun padanya.
            Naruto perlu waktu lama untuk menjalankan misi mata-mata sekaligus membunuh ini. Karena ia membutuhkan informasi yang akurat tentang anggota-anggota pemberontak itu agar tak salah bunuh. Mengingat shinobi-shinobi kejam tersebut sama sekali tak dikenal oleh dunia luar. Hanya nama kelompok mereka saja yang tampak eksis. Namun kalau misi itu selesai lebih cepat, Naruto diperbolehkan pulang ke desa.   
               Sakura terdiam agak lama. Ia mulai berpikir yang tidak-tidak. Bagaimana jika Naruto nanti kelaparan? Bagaimana jika Naruto terluka? Siapa yang akan menyembuhkan lukanya? Lalu—Lalu, kalau ada apa-apa dengan Naruto, siapa yang akan membantunya?
            “Shisou, aku ingin menyusul Naruto ke Myoubokuzan.”
            Tsunade terkesiap. “Huh? Kenapa tiba-tiba? Tidak bisa, Sakura. Kau sedang ada misi dengan Sasuke, dan kau harus melaksanakannya dulu. Lagipula mengapa kau tadi kembali ke desa? Misimu jadi tambah lama selesainya.”
            “Misi Naruto sangat berbahaya, dia membutuhkan ninja medis seperti aku, Shisou. Sasuke bisa mencari ninja medis lain untuk mendampinginya,” ucap Sakura membela diri.
            ‘Eh, Masa?’ Tsunade mengerenyitkan dahinya. Ia tahu kalau Sakura memang sedikit protektif pada Naruto, tapi tak biasanya Sakura sampai seperti ini. Dia menolak misi pertamanya yang dilaksanakan berdua saja dengan Sasuke, lantas memilih untuk menemani Naruto menjalankan misi berbahayanya. “Sebenarnya apa yang terjadi, Sakura?”
            Sasuke sendiri juga sangat terkejut mendengar pernyataan Sakura. ‘Eh? Jangan-jangan Sakura...’
            Sakura mulai menangis, dia jadi ingat apa yang barusan ingin Naruto katakan. Bukan maksud Sakura ke-GR-an. Tapi setidaknya dia sangat ingin mendengar kata-kata itu keluar dari bibir Naruto. Dulu dia pernah tak berhasil menahan kepergian seseorang yang disayanginya. Namun kali ini dia tak akan membiarkan seseorang berharga yang lain pergi meninggalkannya begitu saja. Dia tak sudi menunggu 2 tahun kepulangan Naruto. “Kemarin aku sedikit marah dengan Naruto, sehingga ia tidak sempat menyampaikan rencana kepergiannya padaku. Shisou,  aku mohon izinkan aku ke Myoubouzan. Setelah selesai aku janji aku akan langsung kembali ke desa.”
            Tsunade mengangkat satu alisnya, dalam hati ia tersenyum pada muridnya itu. ‘Huh, dasar anak muda.’ Lalu ia pun menyetujui permohonan Sakura.
            “Bagaimana, Gamatatsu? Apa Sakura bisa langsung sunshin ke sana?”
            Sakura kegirangan mendengarnya. “Arigatou na, Shisou,” ucapnya sembari membungkuk.
            “Dia tidak memiliki kontrak dengan para katak di sana. Jadi untuk ke Myoubokuzan hanya bisa di tempuh melalui jalan biasa.”
            “Huh? Ja—Jadi berapa lama perjalanan ke sana?” Tanya Sakura yang langsung cemberut mendengar ucapan Tatsu.
            “Kira-kira seminggu. Tapi medannya sangat sulit. Sekarang musim kabut turun, jadi kadang gunungnya tak terlihat, lalu kau harus menempuh lautan kecil yang sangat dingin. Belum lagi hutan yang penuh dengan binatang buas seperti ular berbisa, harimau galak, dan lumpur hidup. Kemudian—.”
            “Aku tak peduli dengan lautan kecil nan dingin, hutan rimba, kabut tebal dan sebagainya! Yang penting kau harus menunjukkan jalan kepadaku menuju ke Myoubokuzan.” Sakura mencubit pipi gembul Gamatatsu sembari mendekatkan wajahnya. Sontak katak polos itu meronta kesakitan.
            “Awuh… wuh…!! Wefasywan!! Iyaw… Awu awan mengantwarmu ke syana!”
            Sakura pun melepas cengkramannya pada pipi Gamatatsu yang kemerahan. “Baiklah, kapan kita berangkat?”
            Gamatatsu menggoyangkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. ‘Huh, gadis ini sangat menyeramkan. Bisa-bisa aku dicabik-cabik kalau tidak menurutinya. Padahal aku bisa saja langsung sampai ke Myoubokuzan dalam waktu singkat. Apa boleh buat kalau begitu…’
            “Sekarang juga bisa.”
            “Eh? Hontou?” Sakura terlihat kegirangan. Kemudian ia menghadap Tsunade. “Shisou, terima kasih atas kesempatannya. Aku akan kembali dalam waktu 8 hari. Tapi bagaimana dengan Sasuke?”
            Sasuke masih tak percaya Sakura tak memanggilnya dengan menambahkan –kun di belakang namanya.
            “Nanti aku alihkan tugasmu pada Yamanaka Ino. Kau tenang saja, Sakura.”
            “Ha—Hai! Hontou ni arigatou, Shisou!” Sakura membungkukan badannya pada Tsunade. Lantas ia memalingkan wajahnya pada Sasuke. “Semoga berhasil di misi pertamamu, Sasuke. Maaf aku jadi tak bisa mendampingimu menjalankan misi,” ucap Sakura sembari tersenyum. Ia pun keluar ruangan bersama dengan Gamatatsu.
            “Hn,” jawab Sasuke tanpa ekspresi. Tapi entah mengapa dia sedikit tak rela dengan kepergian Sakura menyusul Naruto itu. Ia memandang punggung Sakura yang menghilang ketika melewati pintu. ‘Padahal aku inginnya bersama Sakura, bukan Ino.’
           
0o0o0o0o0o0

            Pagi itu, hari ketujuh Naruto tinggal di Myoubokuzan. Tumben-tumbennya ia bangun di pagi buta. Naruto tak ada niat untuk melanjutkan tidurnya lagi karena takut nanti ada katak yang mengencingi wajahnya kalau sampai ia terlambat bangun. Dan sungguh! Air kencing katak itu baunya lebih pesing dari yang manusia punya.
            Naruto berniat untuk berlatih jutsu barunya di sekitar tebing yang menghadap hutan lebat. Di sebelahnya ada jurang yang curam dan dalam. Medan yang sangat cocok dijadikan tempat latihan untuk jutsu barunya yang berisiko tinggi.
            “Hmmm… Segarnya!!!” teriak Naruto yang sedang menghirup udara segar Myobokuzan sembari mengatupkan matanya rapat-rapat. Udara pagi pegunungan memang sangat bagus untuk kesehatan. Untuk itu Naruto menghirup udara sebanyak-banyaknya sebelum memulai latihan.
            Sementara itu di tempat lain di Myoubokuzan…
            “Nah… Sampai!” teriak Gamatatsu yang kegirangan karena perjalanannya yang melelahkan selama seminggu akhirnya telah berakhir. Ia sangat-sangat kelelahan, dan ingin buru-buru berendam di kolam karena selama seminggu kulit orange kataknya tidak terendam air bersih pegunungan Myobokuzan. Mungkin itu penyebab utama mengapa kepalanya super duper pusing saat ini.
            Seminggu kemarin dia sungguh sial karena ternyata perjalanan menuju Myoubokuzan melalui jalan biasa sangatlah berat. Lautan kecilnya ternyata tak se-bersih yang ia kira, belum lagi di hutan belantara Tatsu digigit ular berbisa. Beruntung Sakura membawa obat penawarnya. Huffttt. Pokoknya Gamatatsu sudah bertekad dalam hatinya untuk tidak melewati jalan penuh penderitaan itu lagi.
            Gamakichi yang sedang berpatroli di gerbang Myoubokuzan tentu saja kaget dengan kehadiran adik semata wayangnya. Selama seminggu, dia mangkir dari dari tugasnya tanpa memberitahukan ke mana dia pergi selama ini.
            Adik yang tak tahu di untung! Semua tugasnya harus diselesaikan oleh Gamakichi agar mereka tidak diomeli Fukasaku-sama. Karena kalau Fukasaku-sama sampai ngambek bisa-bisa mereka berdua di potong jatah makannya selama seminggu! Parah ‘kan?
            “Oi, TATSU!!! Kemana saja kau selama seminggu?!! Dasar!! Aku jadi yang harus mengerjakan tu—.” Gamakichi tak melanjutkan kalimatnya karena ia menyadari kalau Tatsu tidak sendiri.
            Tatsu membawa seorang gadis berambut pink di punggungnya. Sakura pun segera turun dari punggungnya.
            “E—Eh kau? Pacarnya Naruto!” teriak Gamakichi heboh. Ia buru-buru menutup mulutnya. Dia sangat mengetahui kalau Sakura tidak suka disebut-sebut sebagai pacar Naruto.
            “Hai, Kichi. Di mana Naruto? Aku ingin bertemu dengannya.”
            “Heh?” Gamakichi mengerenyitkan dahinya, bingung. Biasanya Sakura selalu marah apabila ia memanggilnya dengan sebutan ‘Pacar Naruto’. Dan yang lebih mengagetkannya lagi gadis itu tiba-tiba berada di sini untuk mencari Naruto. Sebenarnya ada apa ini?
            Gamakichi memperhatikan raut wajah Tatsu yang terlihat pucat, matanya sayu seperti orang yang kurang tidur.
            “Hei, Gamakichi!” panggil Sakura.
            Kichi sontak mengalihkan pandangannya pada Sakura yang sangat sangat membutuhkan informasi di mana Naruto berada sekarang. “Ah, iya. Naruto sedang berada di tebing Myoubokuzan. Dari kolam minyak sana kau ke arah barat saja. Tidak jauh kok hanya 100 meter dari kolam.”
            Tanpa ba bi bu lagi Sakura langsung melesat ke tempat yang telah dijelaskan oleh Gamakichi.
            Gamakichi masih mematung di tempatnya, ia masih tak percaya dengan apa yang terjadi saat ini. “Kenapa gadis itu tiba-tiba kemari dan mencari Naruto?” Pandangannya lalu beralih kembali pada Gamatatsu. “Heh, Tatsu. Kau belum menjawab pertanyaanku!”
            “HOOEEEKKK!!!” tiba-tiba Gamatatsu mengeluarkan seluruh isi perutnya yang selama seminggu ini hanya terisi dengan makanan seadanya, jauh dari makanan 4 sehat 5 sempurnanya ala katak.
            “Kau Kenapa,Tatsu?!!”
            “Sepertinya aku mabuk darat, Kichi-Nii. Aku tak terkena air bersih selama seminggu ini.”
            “Eh? KOK BISA??!! Memangnya selama seminggu ini kau kemana?!” Tanya Kichi sembari melotot.
            “Aku ke Myoubokuzan lewat jalan darat, Kichi-Nii. Sakura memaksa ingin ke sini. Tapi dia ‘kan tidak punya kontrak dengan para katak di sini, jadi tak bisa lewat melalui jalan rahasia.”
            “NA—NANI??!!!”
            Time-skip di tebing Myoubokuzan.
            “Naruto!” Sakura memanggil-manggil nama Naruto sembari memperhatikan daerah sekitarnya. 30 menit sudah dia berlalu-lalang di sekitar tebing. Namun batang hidung lelaki blonde yang dicarinya sama sekali tak muncul. “Naruto!” teriaknya lagi.
            Sementara itu Naruto—yang sedang menikmati udara segar Myoubokuzan di pinggir tebing—mendengar panggilan tersebut dengan samar-samar. Ia memutar bola matanya ke atas. “Eh? Seperti suara Sakura-chan.” Naruto hendak membalikkan tubuhnya, tapi niatnya seketika ia urungkan. “Hahaha!! Tidak mungkin ya Sakura-chan di sini. Mungkin hanya halusinasiku saja,” ucapnya terkekeh-kekeh sembari mengusap-usap belakang kepala. Ia pun kembali mengatupkan kedua matanya sembari meletakkan kedua tangan di pinggulnya.
            Sakura terus berjalan di persimpangan tebing. Ia hendak meneriakkan nama Naruto lagi. “Nar—.” Namun terhenti karena yang ia cari akhirnya ia temukan. Mata gadis itu terbuka lebar.
            Akhirnya setelah perjalanan panjang nan melelahkan Naruto bisa ditemukannya juga. Si blonde itu masih berdiri membelakangi Sakura. Entah apa yang sedang dilakukannya, Sakura tak peduli, ia langsung menerjang tubuh Naruto dari belakang.
            “Naruto!!!”
            Naruto yang merasakan kehadiran seseorang yang memeluknya dari belakang sontak menengok ke arah sana. “Apa-apaan ini?!! EH? SAKURA-CHAN?!!” teriaknya sembari melotot.
            Tapi Sakura terlalu kuat mendorong Naruto ke depan sehingga tubuh mereka berdua pun lebih maju ke pinggiran tebing. Dan…
            Mereka hampir jatuh ke jurang!
            “SAKURA-CHAN, JANGAN MENDORONGKU!!! UWWAAA!!!” teriak Naruto sembari memutar-mutar tangannya untuk menahan keseimbangan. Tapi terlambat, akhirnya mereka pun terjun bebas ke dalam jurang curam nan menyeramkan itu.
            “Lho?” Sakura membuka matanya dan menyadari mereka bahwa mereka sedang melayang di udara dengan kepala lebih dulu berada di bawah.
            “UWAAA!!!!!!!”
            “KYYYAAAAA!!!!!!” teriak Sakura ikut histeris. Ia memejamkan matanya rapat-rapat dan mempererat rengkuhannya pada tubuh Naruto.
            Naruto memandang ngeri ke bawah jurang. Kalau mereka terjatuh ke sana bisa gawat. Ia lantas memperhatikan Sakura yang memeluknya erat di belakang. Bagaimana ini? Tentunya Naruto ogah mati sekarang, karena pertama dia belum jadi Hokage. Kedua dia belum juga menyatakan perasaannya langsung pada Sakura. Ketiga, kesempatan menikah dengan gadis pujaan hatinya itu jadi hilang begitu aja? HELL NO!!!
            Tapi bukan Naruto namanya kalau dia hanya diam saja melihat keadaan di ujung tanduk ini. Tanpa pikir panjang lagi Naruto segera melepaskan rengkuhan Sakura dari tubuhnya.
            Sakura yang tadinya sangat panik, malah bertambah sangat amat panik sekarang. “Eh???!!! NARUTO!!! KENAPA KAU MELE—.”
            Bak petir yang menyambar, Naruto segera meraih tubuh Sakura setelah salto di udara sehingga kini kepalanya yang di atas. Ia membenarkan posisi Sakura agar sama seperti posisinya sekarang.
            Apa boleh buat, jurus baru yang belum sempurna pun terpaksa dipraktekkan saat ini. Kalau gagal mudah-mudahan saja tidak dikira malpraktek.
            Naruto memegang erat tubuh Sakura. Terbang melesat di udara dengan jutsu manipulasi anginnya, tujuan Naruto sekarang adalah membawa Sakura ke tempat yang aman dari jurang tersebut. Tapi memang sudah dasarnya sifat Naruto yang asal sruduk. Jadilah mereka sekarang bertengger di dahan pohon rindang nan lebat yang daunnya besar-besar, 3 kali ukuran tubuh manusia.
            Sakura nyaris tidak bisa mengatupkan matanya. Kejadiannya sangat cepat. Ia melihat ke bawah jurang yang lama-lama terlihat semakin menjauh sebelum ia sampai di ranting pohon yang cukup besar itu.
            “Kau tidak apa-apa ‘kan, Sakura-chan?”
            Sakura lantas menyadari bahwa kini ia berhadapan dengan seseorang yang akhirnya bisa ia temukan itu. Ia menatap Naruto dengan wajah terbengong-bengong. Baru ia sadari bahwa kedua tangannya menyentuh dada bidang si blondie yang polos tanpa busana. Belum telanjang saja, pemandangan ini hampir membuatnya nosebleed. Tapi bukan Sakura namanya kalau dia tidak munafik.
            “KYAAAA!!!”
            DUAAKKK!!!!
            “UWAA!” Naruto nyaris jatuh dari pohon setinggi 20 meter itu jika dia tidak cepat-cepat meraih ranting pohon yang dipijaknya tadi.
            Sakura yang merasa bersalah dengan aksinya barusan, buru-buru membantu Naruto untuk naik lagi ke ranting. Tapi ternyata si blondie itu memang sangat cekatan. Dalam sekejap ia bertengger lagi di ranting pohon.
            “Nan da yo, Sakura-chan? Kenapa kau tiba-tiba memukulku?!” gerutu Naruto.
            “A… Itu… Tadi aku melihat cacing di rambutmu. Hahahaha!!” dalih Sakura. Kebohongan besar yang berusaha ia tutupi kebenarannya. Padahal ia sudah sering melihat Naruto latihan tanpa menggunakan baju atasan. Namun sejak kapan tubuh Naruto se-atletis ini?
            “Huh, begitu?” Dan bukan Naruto namanya jika dia tidak termakan tipu muslihat seseorang. Ia melihat wajah blushing Sakura.
            Tapi Naruto tidak mempedulikannya, karena ada sesuatu yang lebih penting yang dia harus klarifikasi sekarang. “Bagaimana kau bisa ke sini, Sakura-chan? Aku pikir kau tidak punya kontrak dengan para katak di sini, jadi tidak mudah untuk sampai ke sini, Lalu ada urusan apa kau ke sini?” Tanya Naruto dengan wajah serius.
            Bibir Sakura tiba-tiba menjadi kelu. “A—Aku…”
            Kedua alis Naruto sontak terangkat “Hmmm??”
            “A—Aku hanya penasaran dengan…”
            “Dengan apa?” Tanya Naruto lagi dengan wajah cool. Otomatis Sakura tambah dag dig dug jadinya.
            “De—Dengan…”
            “Huh?”
            “De—Dengan… Dengan HADIAHMU YANG MAU KAU BERIKAN PADAKU KEMARIN!” akhirnya keluar juga kata-kata yang bukan ia maksud untuk dilontarkan. Sakura menggerutu dalam hati. Kenapa jadi kata-kata itu yang keluar?
            “Oh jadi itu,” ujar Naruto datar.
            Tunggu! Kenapa Naruto memasang ekspresi seperti itu?
            “Ya, sudah tunggu di sini. Aku mau ambil kotaknya dulu di tempatku. Tapi setelah itu kau harus kembali ke desa ya, Sakura-chan. Nanti aku mengantarmu ke sana.”
            ‘Nani?! Naruto mengusirku??!!!’ Inner Sakura berteriak kesetanan. Namun Sakura langsung mengerti. Naruto rupanya ingin menghindarinya.
            Sebelum the Kyuubi host itu turun dari dahan pohon, Sakura meraih tangan Naruto dengan cepat. “Tunggu, Naruto!” tapi sayang seribu kali sayang, kini Sakura yang terpeleset karena ternyata ranting pohon besar itu sedikit licin.
            “EEEKKK!!!” teriak Sakura. Namun Naruto dengan sigap meraih tubuhnya agar tidak jatuh ke bawah. Refleks tangan Sakura melingkar di leher si blondie itu.
            Kini mereka saling berhadapan satu sama lain dengan posisi tubuh bersinggungan. Sadar akan posisi mereka, Naruto hendak melepaskan kedua tangan Sakura yang melingkar di lehernya. Tapi entah mengapa Sakura tampak tak ingin melepasnya.
            “Eh, Sakura-chan?” Naruto menelan ludahnya sendiri. Kedua pipinya merona semerah tomat busuk yang terlanjur matang. Dia terheran-heran kenapa Sakura bersikap ini padanya.
            “Berhenti melarikan diri dariku, Naruto,” lirih Sakura. Ia menatap mata cerulean di depannya itu lekat-lekat.
            “Huh? Apa maksudmu, Sakura-chan?” jantung Naruto mulai berdebar seperti tabuhan gendang yang bertalu-talu. Pikirannya langsung melayang-layang pada kejadian tempo lalu. Jangan-jangan Sakura tahu?
            “Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau akan melaksanakan misi SS rank, Naruto?”
            ‘Tuh ‘kan Sakura-chan tahu! Batin Naruto dalam hatinya. Pasti Tsunade-baba yang memberitahunya.
            Naruto mencoba realistis. Sebenarnya kemarin dulu dia ingin memberitahunya pada Sakura. Tapi gadis itu keburu ngambek. Alhasil ia memutuskan untuk tidak memberitahunya, hanya perihal ke Myoubouzan saja yang ia katakan.
             “Itu… Hahaha! Itu adalah misi rahasia, Sakura-chan. Aku tidak bisa memberitahunya pada sembarang orang.”
            Mata Sakura mendelik tajam. “Begitu? Jadi aku ini orang lain bagimu, hm?”
            Naruto mencoba membela diri. “Lagipula kemarin kau tidak mau berbicara padaku jadinya a—.”
            Sakura tiba-tiba membungkam bibir Naruto dengan telapak tangannya. “Diam, Naruto!” ucapnya.
            Mata Naruto seketika melebar, ia menyadari Sakura menangis. Bagus! Sekarang suasananya jadi kacau! Padahal bukan maksud Naruto membuat Sakura jadi seperti itu.
            “A—Aku… Kemarin aku tak bermaksud bersikap seperti itu padamu,” ucap Sakura pada akhirnya sembari terisak-isak.
            Tatapan mata Naruto melunak. “Sudahlah, Sakura-chan. Aku ‘kan kemarin sudah bilang tidak apa-apa.” Ia kemudian melepas tangan Sakura yang melingkar di lehernya. Dengan kedua tangannya ia mengusap kedua pipi si pinkish yang berlinangan air mata. “Jangan menangis, Sakura-chan.”
            Sakura lantas kembali merengkuh tubuh Naruto ke dalam pelukannya.
            Naruto tentu saja langsung salting. Wajahnya kembali merona merah. Ada apa dengan Sakura? Kenapa dia jadi manja seperti ini?
            “Kau tahu, Naruto? Aku dari Konoha berangkat menuju ke sini seminggu yang lalu.”
            “A—Apa?!” teriak Naruto terkaget-kaget. Ia menatap kepala Sakura yang bersandar di dadanya. ‘Benar juga. Sakura-chan tidak mempunyai kontrak dengan para katak di sini jadi perjalanannya selama itu. Tapi kenapa?’
            “Aku tak jadi menjalankan misi bersama Sasuke. Aku sampai rela menyebrangi lautan, hanya untuk bertemu denganmu, Naruto. Untung ada Gamatatsu,” ucap Sakura sembari tersenyum.
Cruising when the Sun goes down
Across the Sea
Searching for something inside of me.
            “Heehh??” Naruto speechless, tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Pantas saja Gamatatsu tidak kelihatan selama seminggu. Padahal seharusnya dia sudah kembali pada saat Gamakichi meng-summon Naruto ke Myoubokuzan.
I would find all the lost pieces
Hardly feel, deep, and real
I was blinded now I see
            “Dulu aku begitu buta, tapi kini mataku terbuka dengan lebar,” tukas Sakura. Ia kini menatap Naruto tanpa melepaskan pelukannya. “Kau sangat berarti bagiku, Naruto. Aku tak bisa jauh darimu.”
Hey hey hey you're the one
Hey hey hey you're the one
Hey hey hey I can't live without you
            Mata Naruto yang sudah terbuka lebar, jadilah tambah lebar seketika.
            “Bawa aku bersamamu, Naruto. Aku ingin membantumu menyelesaikan misi. Kau pasti membutuhkan ninja medis ‘kan?”
Take me to your place
Where our heart belongs together
I will follow you
You're the reason that I breath
            “Sakura-chan, kenapa tiba-tiba—.”
            “Dulu aku tak punya kemampuan apa-apa sehingga membiarkan Sasuke pergi. Tapi kali ini… Untukmu… Tak ‘kan kubiarkan kau pergi, Naruto. Karena…”
I'll come running to you
Fill me with your love forever
Promise you one thing
That I would never let you go
            “Karena apa, Sakura-chan?” pertanyaan itu keluar begitu saja dari bibir Naruto.
            Hijau lalu bertemu dengan biru... “Karena kau adalah segalanya bagiku,” jawab Sakura.
'Cause you are my everything…
            Jantung Naruto serasa mau keluar mendengarnya. Ia mematung seketika.
            Sesaat mereka saling bertatapan. Dan Naruto entah mengapa jadi terbawa suasana. Ia tak tahu kenapa wajahnya sendiri lama-lama maju mendekati wajah Sakura.
            Sakura sendiri tercenung di tempatnya. Jantungnya mulai berdebar-debar. Jangan-jangan Naruto ingin…
            Lalu… Naruto tersenyum. “Terima kasih, Sakura-chan. Tapi aku tak bisa membawamu bersamaku.”
            Sontak Sakura mundur satu langkah, melepaskan rengkuhannya pada tubuh si blondie. “Apa?!” tiba-tiba ia jadi merah padam.
            “Hahaha! Jangan marah dulu, Sakura-chan. Ini adalah misi yang ditugaskan untukku seorang, aku tak bisa mengajakmu. Lagipula ini adalah misi yang berbahaya.”
            Dahi Sakura mengkerut. “Kau menganggapku lemah ‘kan, Naruto?”
            “Bukan begitu, Sakura-chan.” Naruto mencoba menjelaskan.
            “Kau pasti mengira aku membohongimu lagi ‘kan?”
            “Tentu saja tidak, Sakura-chan. Kau sudah capai-capai ke sini. Aku hanya takut terjadi apa-apa denganmu. Dan Tsunade-baa-chan juga pasti tidak akan mengizinkannya.”
            Sakura membuang mukanya ke kanan. “Huh, kau ini, Naruto. Kau ternyata sama saja dengan laki-laki kebanyakan, tidak percaya dengan kekuatan tersembunyi perempuan.” Ia menyilangkan tangannya di dada.
            Sebenarnya Naruto harus mengatakan itu karena ia sendiri tidak mau ada apa-apa dengan Sakura nanti jika ia ikut dalam misi. Ia tidak tinggal diam, mencari akal agar Sakura bisa mengerti. Ia lalu menunjuk ke atas langit Myoubokuzan. “Hei, Sakura-chan. Lihat! Ada katak berkepala Naga di sana!” teriak Naruto.
            “Mana?! Mmm!” Tiba-tiba sesuatu yang lembut dan basah menyentuh bibirnya. Sakura mencoba membuka matanya lebar-lebar. Naruto menciumnya! Bisa-bisanya si blondie itu tiba-tiba menciumnya. Tapi entah mengapa tubuh Sakura menjadi berdesir hebat, darahnya seketika memanas, naik ke ubun-ubun.
            Naruto mengigit bibir bawah Sakura perlahan, meminta izin untuk mengeksplor lebih jauh ke dalam. Spontan Sakura membuka bibirnya perlahan, lalu dilingkarkan kedua tangannya kembali di leher Naruto, matanya mengatup sempurna. Bisa ia rasakan lidah Naruto beradu dengan lidahnya di dalam.
            Tanpa mereka sadari tubuh mereka berdua jatuh dari ranting besar yang menjadi pijakan mereka. Mereka tak peduli kalau-kalau nanti tubuh mereka remuk, jatuh ke tanah di bawah mereka. Apalagi pohon besar ini sangatlah tinggi. Namun kenyataannya tubuh mereka terjun bebas, memutar-mutar di udara. Lalu perlahan-lahan  mereka jatuh, terhempas dari satu daun ke daun lainnya, tanpa melepaskan cumbuan mereka.
You're the one, you're my inspiration
You're the one, kiss, you're the one
You're the light that would keep me safe and warm
You're the one, kiss, you're the one
            Belum pernah Sakura merasakan hal seperti ini sebelumnya. Ia baru mengetahui, Naruto is a good kisser. Dia serasa terjun bebas dari gunung Himalaya yang paling tinggi di dunia ke Samudra Hindia yang luasnya tak terkira.
Like the sun goes down, coming from above all
To the deepest ocean and highest mountain
Deep and real deep I can see now
            Sampai di daun yang paling akhir, posisi Sakura terbaring di bawah dengan Naruto di atasnya.
            Selang beberapa detik Naruto membuka matanya dan melepaskan cumbuannya pada Sakura. “Wow,” ucapnya sembari tersenyum salah tingkah.
            Sakura membalasnya dengan senyuman. “Aishi—. Mmm…” Belum sempat Sakura menyelesaikan kata-katanya Naruto mencium bibirnya lagi yang memerah karena ciumannya barusan.
            “Aishiteru yo, Sakura-chan,” ucap Naruto setelahnya. “Aku tak mau kau yang bilang duluan,” ucapnya sembari cengengesan.
            “Baka!” teriak Sakura sembari memukul pelan dada Naruto. “Dakedo anata wa atashi no baka.
Hey hey hey you're the one
Hey hey hey you're the one
Hey hey hey I can't live without you
            Naruto kembali salah tingkah sembari cekikikan. Ia lalu memperhatikan area bawah dan menyadari ternyata ia menindih tubuh Sakura. “Hooaa… Gomenasai, Sakura-chan!” teriak Naruto sembari bangkit dari posisinya. Ia lalu celingak-celinguk ke sana ke mari. “Lho? Kenapa kita tiba-tiba ada di sini? Aku rasa tadi aku tidak mengeluarkan jutsu ruang hampaku. Dan…” Naruto lalu memandang ke atas. “Whooaaa… Jauh sekali dari ranting yang tadi. Untung kita tidak apa-apa.” Efek ciuman tadi ternyata sangat dahsyat. Ckckckck.
            Sakura tersenyum malu-malu. Ia sendiri juga tidak percaya kalau mereka tiba-tiba berada di tempat itu.
            Naruto kemudian membaringkan tubuhnya di atas daun, di sebelah Sakura. Ia menatap sekilas gadis di sebelahnya yang sedang memandang langit pagi Myoubokuzan. Matahari mulai merangkak naik ternyata.
            “Sakura-chan, kau tidak menyukai Teme lagi?” Tanya Naruto tiba-tiba.
            Sakura otomatis memalingkan wajahnya pada Naruto. “Itu salahmu yang membuatku sangat terobsesi dengan Sasuke, tahu!”
            “Eh, maksudnya?”
            “8 tahun yang lalu kenapa kau henge menjadi Sasuke, Naruto?”
            Naruto menelan ludahnya sembari melotot. “Kau tahu dari mana, Sakura-chan?”
            “Heh, rahasia. Yang penting aku tahu,” jawab Sakura ketus.
            Naruto kemudian mengalihkan pandangannya ke langit di atasnya. “Ya, apa boleh buat. Aku tak punya nyali untuk langsung berbicara padamu, karena dulu kau memben—.”
Take me to your place
Where our heart belongs together
I will follow you
You're the reason that I breath
            Sakura langsung bangkit membungkam bibir Naruto dengan cepat. “Aku tak pernah bermaksud seperti itu padamu, Naruto,” ucapnya berkaca-kaca. “Dulu aku adalah gadis polos yang belum mengerti apa-apa.”
            “Wakaru yo, Sakura-chan,” ucap Naruto pelan. Ia menggenggam kedua bahu Sakura untuk menopang tubuhnya.
            “Kenapa—Kenapa kau begitu mencintaiku, Naruto? Padahal aku selalu menyakiti perasaanmu. Aku selalu menyusahkanmu. Dan…”
I'll come running to you
Fill me with your love forever
Promise you one thing
That I would never let you go
            “Kalau begitu kenapa kau sekarang tiba-tiba mencintaiku, Sakura-chan?” Tanya Naruto dengan wajah datar.
            Sakura lantas tersenyum. “Karena pada akhirnya aku tahu, kau ada laki-laki pertama yang memuji dahi jelekku. Kau adalah inspirasiku, Naruto. Kau yang selalu menyemangatiku hingga aku jadi seperti sekarang ini. Kau adalah cahayaku, yang selalu menjagaku. Karena kau adalah—.”
            Naruto kembali meraih bibir Sakura dengan bibirnya, menurunkan wajah Sakura dengan kedua tangannya. “Karena kau adalah segalanya bagiku, Sakura-chan,” ucapnya sembari menunjukkan cengiran rubah khasnya.
'Cause you are my everything…
            Sakura lantas tersenyum lebar sembari menurunkan kepalanya di dada bidang Naruto. “Kalau aku tidak bisa ikut denganmu melaksanakan misi itu. Berjanjilah satu hal padaku, Naruto.”
            “Eh? Janji apa?”
            “Berjanjilah kau akan kembali kepadaku.”
            Naruto cengengesan mendengarnya. “Ya. Ya. Itu pasti, Sakura-chan. Hei, hei, berarti kau mau ‘kan jadi pacarku?”
            “Tidak mau!” jawab Sakura.
            “Heehhh?”
            Sakura lantas tersenyum lebar. “Aku maunya jadi istrimu,” jawabnya kemudian.
            Naruto mendelikkan matanya. Ia blushing seketika. “Wah. Hahahaha!!!” Yes! Satu impian besarnya tercapai. Tinggal jadi Hokage, maka sukses-lah dia.
            “Tokorode, Sakura-chan. Kapan kau ingin kembali ke Konoha? Aku yakin Tsunade-baa-chan pasti tidak mengizinkanmu lama-lama di sini.”
            “Nanti, Naruto. Izinkan aku tidur sebentar, Aku baru saja sampai ‘kan?” Sakura lantas melanjutkan tidurnya dengan tubuh Naruto sebagai gulingnya.
            Naruto menatap kepala si gadis berambut pink yang bersandar di dadanya. Ia pun membiarkan Sakura tertidur di atasnya karena cuaca juga memang tidak terlalu panas. Padahal dia harus latihan jutsu hari ini, tapi apa boleh buat terpaksa molor untuk sementara waktu.
            Naruto pun malah ikut tertidur. Mumpung tidak ada katak kecil yang selalu mengencinginya kalau ia terlambat bangun.
            Mereka tertidur dengan nyenyak di atas daun raksasa, tanpa mengetahui ada dua ekor katak tua yang sedang mengintai mereka tak jauh dari sana.
            “Dasar! Seenaknya saja berbuat mesum di tempatku!” umpat Fukasaku. Dia dari tadi berputar-putar keliling Myoubokuzan hanya untuk mencari muridnya itu. Eh, tak tahunya dia malah asyik tidur bersama seorang gadis di sampingnya. Dia beranggapan bahwa Naruto ketularan Jiraiya sepertinya.
            “Hei, Pa. Santai sedikit. Kau seperti tidak pernah muda saja,” bela Shinma, istrinya. Dia tersenyum tipis. Ia mengingat kejadian bertahun-tahun lalu di tempat yang sama, seorang pemuda berambut blonde sedang asyik-masyuk bersama dengan gadis berambut merah. “Orang tua dan anak sama saja.”
            Fukasaku sontak memandangi istrinya. “Kau bilang apa?”
            “Ah, tidak apa-apa kok, Pa,” balasnya sembari tertawa kecil.

0o0o0o0o0

            Dua jam lamanya Naruto tertidur, setelah bangun ia langsung pergi membawa Sakura ala bride style ke kamarnya di rumah Fukasaku. Mau tidak mau dia harus melanjutkan latihan dengan membiarkan Sakura tertidur di kamarnya.
            Naruto tidak ingin membangunkan Sakura karena gadis itu terlihat sangat kecapaian.
            Sesampainya ia di kamar, perlahan Naruto menurunkan tubuh Sakura ke tempat tidurnya. Ia lalu membuka sepatu boot Sakura dan menyelimutinya selimut.
            Sebelum kembali ke tebing Naruto memandang sebentar si pinkette sembari tersenyum malu-malu. Ia kemudian merogoh kantung kunai di meja sebelah ranjangnya dan mengambil sesuatu dari sana. Kotak berbentuk love dengan tulisan ‘Sakura e’ di penutupnya. Ia pun mengeluarkan sebuah cincin dari sana.
            Cincin perak, dengan permata berbentuk bunga sakura di tengahnya. Dari kedua sisi permata meliuk-liuk pahatan akar bunga sakura yang melingkar mengikuti bentuk cincin. 
             Naruto lantas memakaikan cincin itu di jari manis Sakura. Ia membelai wajah gadis itu sebelum mengecup dahinya. “Sebesar apapun dahimu itu, kau tetap wanita tercantik yang pernah kutemui, Sakura,” bisik Naruto tersenyum malu-malu.

THE END
Oh ya, sekarang saya nulis novel dan salah satu naskah saya udah diterbitkan di toko buku. Penerbitnya Elex Media Komputindo judul novel Bintang dan cahayanya saya pakai nama pena nama saya sendiri, Pretty Angelia. Yuk dibeli di toko Gramedia dan Gunung Agung terdekat :D.


Share:

2 komentar

  1. hahaha walaupun endingnya kurang memuaskan, tapi tetap menyenangkan. ente2 benar2 top thor...

    ReplyDelete